Peringati Puputan Margarana
Memperingati Hari Puputan Margarana pada Rabu (20/11) hari ini, Desa Delod Peken, Kecamatan/Kabupaten Tabanan gelar napak tilas melibatkan 200 orang pada Selasa (19/11) sore sekitar pukul 18.00 Wita.
TABANAN, NusaBali
Napak tilas digelar lantaran Desa Delod Peken bagain dari sejarah perebutan senjata oleh Pasukan Ciung Wanara dan Belanda, sebab wilayahnya atau tepatnya di Kantor PLN Tabanan kini, digunakan sebagai tempat penyimpanan atau gudang senjata oleh Belanda.
Pantauan di lapangan, napak tilas sore kemarin dimulai dari Balai Banjar Sakenan Baleran. Peserta napak tilas dengan pakaian atasan merah putih ini menempuh jarak 15 kilometer menuju Taman Pujaan Bangsa Margarana di Desa Marga Dauh Puri, Kecamatan Marga, Tabanan.
Rute yang dilalui ini sesuai dengan rutenya Pasukan Ciung Wanara dalam membawa senjata menuju Pura Dalem Ole Desa Marga Dauh Puri. Kemudian menuju Jalan Diponegoro tembus Desa Denbantas, tembus ke Desa Tegal Jadi, Kecamatan Marga sampai di Pura Dalem Banjar Ole Desa Marga Dauh Puri.
Kepala Badan Permusyawaratan Desa (BPD) Desa Delod Peken Ida Bagus Adi Suarja, menjelaskan napak tilas dilakukan untuk menggugah kembali semangat generasi muda khususnya di Desa Delod Peken. Sebab Desa Delod Peken adalah bagian sejarah sebagai tempat perebutan senjata antara Pasukan Ciung Wanara dengan Belanda. “Dulu tepatnya di Kantor PLN adalah gudangnya senjata Belanda,” ungkapnya.
Menurut dia, perebutan senjata pada saat itu langsung dipimpin oleh Pahlawan Debes dan Pahlawan Wagimin. Dengan kekuatan yang penuh akhirnya senjata dapat direbut. Karena berhasil merebut senjata itu, akhirnya Pasukan Ciung Wanara diincar sehingga pasukan ini napak tilas menuju Pura Dalem Ole.
Sesampai di Pura Dalem, Pasukan Ciung Wanara sembahyang, ternyata aktivitas ini diketahui Belanda sehingga diserang, akhirnya Pasukan Ciung Wanara bergeser ke wilayah yang saat ini menjadi Taman Pujaan Bangsa Margarana. “Mereka memilih tempat tersebut untuk sembunyi karena pasukan Belanda sudah memiliki senjata modern. Namun akhirnya perang pun terjadi,” tutur Adi Suarja.
Sementara itu, Camat Tabanan Putu Arya Suta sangat mendukung kegiatan napak tilas ini. Karena hal seperti ini jarang dilakukan dan diharapkan untuk bisa dilaksanakan secara rutin ke depannya.
“Karena dengan adanya kegiatan ini, nantinya masyarakat khususnya generasi muda bisa mengenang dan mengetahui bagaimana perjuangan para pasukan Kusuma Bangsa yang tergabung dalam Ciung Wanara yang dipimpin I Gusti Ngurah Rai untuk mempertahankan kemerdekaan,” kata Arya Suta. *des
Napak tilas digelar lantaran Desa Delod Peken bagain dari sejarah perebutan senjata oleh Pasukan Ciung Wanara dan Belanda, sebab wilayahnya atau tepatnya di Kantor PLN Tabanan kini, digunakan sebagai tempat penyimpanan atau gudang senjata oleh Belanda.
Pantauan di lapangan, napak tilas sore kemarin dimulai dari Balai Banjar Sakenan Baleran. Peserta napak tilas dengan pakaian atasan merah putih ini menempuh jarak 15 kilometer menuju Taman Pujaan Bangsa Margarana di Desa Marga Dauh Puri, Kecamatan Marga, Tabanan.
Rute yang dilalui ini sesuai dengan rutenya Pasukan Ciung Wanara dalam membawa senjata menuju Pura Dalem Ole Desa Marga Dauh Puri. Kemudian menuju Jalan Diponegoro tembus Desa Denbantas, tembus ke Desa Tegal Jadi, Kecamatan Marga sampai di Pura Dalem Banjar Ole Desa Marga Dauh Puri.
Kepala Badan Permusyawaratan Desa (BPD) Desa Delod Peken Ida Bagus Adi Suarja, menjelaskan napak tilas dilakukan untuk menggugah kembali semangat generasi muda khususnya di Desa Delod Peken. Sebab Desa Delod Peken adalah bagian sejarah sebagai tempat perebutan senjata antara Pasukan Ciung Wanara dengan Belanda. “Dulu tepatnya di Kantor PLN adalah gudangnya senjata Belanda,” ungkapnya.
Menurut dia, perebutan senjata pada saat itu langsung dipimpin oleh Pahlawan Debes dan Pahlawan Wagimin. Dengan kekuatan yang penuh akhirnya senjata dapat direbut. Karena berhasil merebut senjata itu, akhirnya Pasukan Ciung Wanara diincar sehingga pasukan ini napak tilas menuju Pura Dalem Ole.
Sesampai di Pura Dalem, Pasukan Ciung Wanara sembahyang, ternyata aktivitas ini diketahui Belanda sehingga diserang, akhirnya Pasukan Ciung Wanara bergeser ke wilayah yang saat ini menjadi Taman Pujaan Bangsa Margarana. “Mereka memilih tempat tersebut untuk sembunyi karena pasukan Belanda sudah memiliki senjata modern. Namun akhirnya perang pun terjadi,” tutur Adi Suarja.
Sementara itu, Camat Tabanan Putu Arya Suta sangat mendukung kegiatan napak tilas ini. Karena hal seperti ini jarang dilakukan dan diharapkan untuk bisa dilaksanakan secara rutin ke depannya.
“Karena dengan adanya kegiatan ini, nantinya masyarakat khususnya generasi muda bisa mengenang dan mengetahui bagaimana perjuangan para pasukan Kusuma Bangsa yang tergabung dalam Ciung Wanara yang dipimpin I Gusti Ngurah Rai untuk mempertahankan kemerdekaan,” kata Arya Suta. *des
Komentar