21 Siswa Berhasil Sabet 1 Medali Emas, 2 Perak, dan 2 Perunggu
5 Tim Peneliti Muda SMAN 7 Denpasar Berjaya dalam Kompetisi Internasional AIGC di Singapura
Medali emas bagi SMAN 7 Denpasar dipersembahkan tim peneliti muda beranggotakan 3 siswi, yang tampilkan penelitian berjudul ‘Bimatawa: Alternatif Kopi dari Biji Mangga Madu dan Daging Buah Mahkota Dewa’. Tim ini sabet medali emas kategori Pharmacy, Health, Medicine, and Humanistic Therapy
DENPASAR, NusaBali
Lima tim peneliti muda beranggotakan 21 siswa SMAN 7 Denpasar berjaya dalam kompetisi karya ilmiah internasional ‘Advanced Innovation Global Competition (AIGC)’ di Singapura, 14-20 November 2019. Mereka berhasil memboyong 1 medali emas, 2 perak, dan 2 perunggu.
Medali emas dipersembahkan tim peneliti yang membawakan penelitian berjudul ‘Bimatawa: Alternatif Kopi dari Biji Mangga Madu dan Daging Buah Mahkota Dewa’, yang dinobatkan sebagai jawara kategori Phar-macy, Health, Medicine, and Humanistic Therapy. Tim peraih medali emas ini beranggotakan Andi Namira Rachmaninov Saransi, 17 (siswi Kelas XII MIPA 3 SMAN 7 Denpasar), Ni Luh Made Christina Dewita Sari, 16 (Kelas XI MIPA 7), dan Ida Ayu Ngurah Shintya Ciptadewi, 15 (Kelas XI IIS 1).
Sedangkan 2 medali perak, masing-masing dipersembahkan tim peneliti SMAN 7 Denpasar yang mebawakan penelitian ‘Permen Anthelmintik dari Kombinasi Petai China dan Anggur Hijau’ dan tim peneliti yang membaewakan penelitian berjudul ‘Kompres Alternatif Penurun Panas dari Daun Dadap untuk Mengurangi Efek Jangka Panjang dari Pengkonsumsian Obat Kimia’.
Tim peneliti ‘Permen Anthelmintik dari Kombinasi Petai China dan Anggur Hijau’ yang sabet medali perak kategori Culinary and Food, beranggotakan Ni Putu Reina Mahargita, 17 (XII IPA 6 SMAN 7 Denpasar), Komang Mia Lestari Dewi, 17 (Kelas XII MIPA 6), Putu Ayu Eka Pratiwi, 17 (kelas XII MIPA 6), Putu Premanatara Pradnyadewi, 17 (kelas XII MIPA 6), dan Putu Anggita Saputri, 17 (Kelas XII MIPA 6).
Sementara tim peneliti ‘Kompres Alternatif Penurun Panas dari Daun Dadap untuk Mengurangi Efek Jangka Panjang dari Pengonsumsian Obat Kimia’ yang sabet medali perak kategori Personal Care Products, beranggotakan Ni Putu Diah Pradnya Septiari, 17 (siswi Kelas XII MIPA 6 SMAN 7 Denpasar), AA Raka Dyah Nindyaswari, 17 (kelas XII MIPA 1), AA Sagung Massita Jenika Putri, 16 (Kelas XII MIPA 6), Ida Ayu Indira Cempaka Sari, 17 (Kelas XI IPS 2), dan Ketut Ayu Santhi Dipayani, 16 (kelas XII MIPA 1). Penelitian ini berangkat dari kearifan lokal masyarakat Bali yang menggunakan daun dapdap sebagai penurun panas tubuh alami.
Sebaliknya, 2 medali perunggu masing-masing dipersembahkan tim peneliti yang penelitian berjudul ‘Puding dari Bunga Cengkeh dan Daun Basil Sebagai Makanan Ringan yang Bisa Mengobati Tifus’ dan tim peneliti dengan penelitian ‘Produksi Bioetanol Daun Kelapa dari Limbah Canang Sari Menggunakan Ragi Tape’.
Tim peneliti ‘Puding dari Bunga Cengkeh dan Daun Basil Sebagai Makanan Ringan yang Bisa Mengobati Tifus’ yang sabet medali perunggu kategori Culinary and Food, beranggotakan Ni Putu Diah Pradnya Septiari, 17 (Kelas XII MIPA 6 SMAN 7 Denpasar), AA Vinidya Ghitarani, 17 (Kelas XII MIPA 6), Desak Made Retenra Putri Suwari, 18 (Kelas XII MIPA 6), dan I Dewa Ayu Sari Artha Ningsih, 16 (kelas XII MIPA 6).
Sedangkan tim peneliti ‘Produksi Bioetanol Daun Kelapa dari Limbah Canang Sari Menggunakan Ragi Tape’, yang sabet medali perunggu kategori Biotechnology and Biofuels’ beranggotakan Edvin Eka Nur Rochim, 18 (Kelas XII MIPA 1 SMAN 7 Denpasar), Ni Putu Sri Mahadewi, 17 (Kelas XII MIPA 1), Ni Putu Intan Komaladewi, 17 (Kelas XII MIPA 1), dan Ni Wayan Enik Deviyanti, 17 (Kelas XII MIPA 3).
Ketua Tim Peneliti ‘Bimatawa: Alternatif Kopi dari Biji Mangga Madu dan Daging Buah Mahkota Dewa’ SMAN 7 Denpasar yang sukses mempersembahkan medali emas, Andi Namira Rachmaninov Saransi, mengatakan alternatif kopi ini dibuat terinspirasi dari perilaku masyarakat yang tidak sadar mengkonsumsi kafein (kopi) dalam jumlah berlebih, melebihi batas konsumsi kopi 200-300 mg per hari. Nah, terpikirlah untuk membuat kopi alternatif yakni perpaduan dari biji mangga madu (Mangifera sp) dan daging buah mahkota dewa (Plaleria macrocarpa). Berdasarkan penelitiannya, kandungan kafein dalam Bimatawa sangat rendah, yakni 0,55 persen/mg.
“Dari situ kami tertarik untuk membuat kopi yang rendah kafein, tapi masih bisa dikonsumsi secara reguler. Jadi, bisa konsumsi lebih banyak tanpa khawatir batas kafeinnya. Selain itu, Bimatawa juga mengandung antioksidan yang tinggi dibandingkan kopi-kopi lainnya,” ujar Namira saat ditemui NusaBali di SMAN 7 Denpasar, Kamis (21/11).
Namira dan anggota timnya sempat gugup juga ketika berlomba di Singapura, mengingat sistem tarung bebas yang mempertemukan mereka dengan segala umur dan kalangan. Mereka pun sempat pesimistis, karena rival-rivalnya di kategori Pharmacy, Health, Medicine, and Humanistic Therapy punya inovasi bagus-bagus.
“Bahkan, ada akademisi bergelar profesor ikut berlomba. Banyak juga dari kalangan profesional jadi pesaing kami. Mereka inovasinya wow semua, jadi kami sempat merasa kayak memandang rendah diri sendiri, pesimis gitu. Pas pengumuman, juga nggak disebut-sebut nama kelompoknya. Kami kira nggak dapat apa, eh ternyata dipanggil akhir-akhir dan dapat gold medal,” cerita siswi Kelas XII MIPA 3 SMAN 7 Denpasar ini.
Rasa gerogi juga sempat dialami oleh ktim peneliti ‘Permen Anthelmintik dari Kombinasi Petai China dan Anggur Hijau’, yang sabet medali perak kategori Culinary and Food. Menurut sang ketua tim, Ni Putu Reina Mahargita, produk permen berbentuk gummy yang dibuat dari kombinasi petai China (Leucaena leucocephala) dan anggur hijau (Caulerpa lentilifera), berawal dari sedikitnya obat cacingan yang memiliki rasa enak dan digemari anak-anak.
Seperti diketahui, anak-anak sangat menyukai permen. Maka, Putu Reina cs terpikir untuk membuat permen yang disukai anak-anak, namun kaya akan manfaat kesehatan. Permennya dinamai Le Candy Fera. “Petai China umumnya bagus untuk pencernaan. Sedangkan anggur hijau punya kandungan OPCs yang memberikan sifat antimicrobial, dapat menyingkirkan cacing. Kami sudah sempat mencari responden, teman sekelas dan anak kecil. Kami bisa simpulkan sebanyak 80 persen suka dengan permen Le Candy Fera ini,” jelas Putu Reina.
Permen Le Candy Fera buatan Putu Reina cs tidak hanya disukai oleh responden saat penelitian. Konon, saat kompetisi berlangsung di Singapura, banyak anak-anak yang menyukai permen tersebut. Hanya saja, penelitian yang dilakukan Putu Reina cs terganjal belum memiliki hak paten, sehingga belum mampu tembus medali emas.
Kendati hanya mampu membawa pulang medali perak, namun Putu Reina cs bahagia, dengan pencapaian yang dianggapnya luar biasa ini. “Kami semua di kelompok ini benar-benar baru pertama kali ikut lomba tingkat internasional. Degdegan banget. Saat pengumuman awarding bronze (perunggu), nama kita nggak disebut-sebut. Kita sudah mikir nggak bakalan dapat medali. Tapi, pas diumumkan dapat silver, kita heboh saking senangnya,” tutur Putu Reina.
Sementara itu, Kepala Sekolah (Kasek) SMAN 7 Denpasar, Tjokorda Istri Mirah Kusuma Widiawati, menyatakan pihaknya coba mengembangkan potensi siswa untuk ikut kompetisi internasional sejak 2 tahun lalu. Perkembangannya cukup lumayan. Khusus untuk tahun 2019, siswa SMAN 7 Denpasar telah berkompetisi tingkat internasional ke Arizona (AS), Malaysia, Jepang, dan Singapura.
Menurut Tjok Istri Mirah, birokrasi yang ketat membuatnya sulit untuk mengeluarkan anggaran sepenuhnya untuk keberangkatan siswa. Namun, dukungan moral sepenuhnya dari sekolah. “Dana coba dibantu oleh komite, itu pun tidak banyak, dan tidak sembarangan menganggarkan. Kami keroyokan untuk bisa mensupport anak-anak. Beberapa anak bisa kita bantu, yang lainnya masih kita carikan ke bebe-rapa donatur. Yang paling banyak mendanai itu orangtua masing-masing. Jadi, kami sharing partner dengan orangtua,” papar Tjok Istri Mirah. *ind
Medali emas dipersembahkan tim peneliti yang membawakan penelitian berjudul ‘Bimatawa: Alternatif Kopi dari Biji Mangga Madu dan Daging Buah Mahkota Dewa’, yang dinobatkan sebagai jawara kategori Phar-macy, Health, Medicine, and Humanistic Therapy. Tim peraih medali emas ini beranggotakan Andi Namira Rachmaninov Saransi, 17 (siswi Kelas XII MIPA 3 SMAN 7 Denpasar), Ni Luh Made Christina Dewita Sari, 16 (Kelas XI MIPA 7), dan Ida Ayu Ngurah Shintya Ciptadewi, 15 (Kelas XI IIS 1).
Sedangkan 2 medali perak, masing-masing dipersembahkan tim peneliti SMAN 7 Denpasar yang mebawakan penelitian ‘Permen Anthelmintik dari Kombinasi Petai China dan Anggur Hijau’ dan tim peneliti yang membaewakan penelitian berjudul ‘Kompres Alternatif Penurun Panas dari Daun Dadap untuk Mengurangi Efek Jangka Panjang dari Pengkonsumsian Obat Kimia’.
Tim peneliti ‘Permen Anthelmintik dari Kombinasi Petai China dan Anggur Hijau’ yang sabet medali perak kategori Culinary and Food, beranggotakan Ni Putu Reina Mahargita, 17 (XII IPA 6 SMAN 7 Denpasar), Komang Mia Lestari Dewi, 17 (Kelas XII MIPA 6), Putu Ayu Eka Pratiwi, 17 (kelas XII MIPA 6), Putu Premanatara Pradnyadewi, 17 (kelas XII MIPA 6), dan Putu Anggita Saputri, 17 (Kelas XII MIPA 6).
Sementara tim peneliti ‘Kompres Alternatif Penurun Panas dari Daun Dadap untuk Mengurangi Efek Jangka Panjang dari Pengonsumsian Obat Kimia’ yang sabet medali perak kategori Personal Care Products, beranggotakan Ni Putu Diah Pradnya Septiari, 17 (siswi Kelas XII MIPA 6 SMAN 7 Denpasar), AA Raka Dyah Nindyaswari, 17 (kelas XII MIPA 1), AA Sagung Massita Jenika Putri, 16 (Kelas XII MIPA 6), Ida Ayu Indira Cempaka Sari, 17 (Kelas XI IPS 2), dan Ketut Ayu Santhi Dipayani, 16 (kelas XII MIPA 1). Penelitian ini berangkat dari kearifan lokal masyarakat Bali yang menggunakan daun dapdap sebagai penurun panas tubuh alami.
Sebaliknya, 2 medali perunggu masing-masing dipersembahkan tim peneliti yang penelitian berjudul ‘Puding dari Bunga Cengkeh dan Daun Basil Sebagai Makanan Ringan yang Bisa Mengobati Tifus’ dan tim peneliti dengan penelitian ‘Produksi Bioetanol Daun Kelapa dari Limbah Canang Sari Menggunakan Ragi Tape’.
Tim peneliti ‘Puding dari Bunga Cengkeh dan Daun Basil Sebagai Makanan Ringan yang Bisa Mengobati Tifus’ yang sabet medali perunggu kategori Culinary and Food, beranggotakan Ni Putu Diah Pradnya Septiari, 17 (Kelas XII MIPA 6 SMAN 7 Denpasar), AA Vinidya Ghitarani, 17 (Kelas XII MIPA 6), Desak Made Retenra Putri Suwari, 18 (Kelas XII MIPA 6), dan I Dewa Ayu Sari Artha Ningsih, 16 (kelas XII MIPA 6).
Sedangkan tim peneliti ‘Produksi Bioetanol Daun Kelapa dari Limbah Canang Sari Menggunakan Ragi Tape’, yang sabet medali perunggu kategori Biotechnology and Biofuels’ beranggotakan Edvin Eka Nur Rochim, 18 (Kelas XII MIPA 1 SMAN 7 Denpasar), Ni Putu Sri Mahadewi, 17 (Kelas XII MIPA 1), Ni Putu Intan Komaladewi, 17 (Kelas XII MIPA 1), dan Ni Wayan Enik Deviyanti, 17 (Kelas XII MIPA 3).
Ketua Tim Peneliti ‘Bimatawa: Alternatif Kopi dari Biji Mangga Madu dan Daging Buah Mahkota Dewa’ SMAN 7 Denpasar yang sukses mempersembahkan medali emas, Andi Namira Rachmaninov Saransi, mengatakan alternatif kopi ini dibuat terinspirasi dari perilaku masyarakat yang tidak sadar mengkonsumsi kafein (kopi) dalam jumlah berlebih, melebihi batas konsumsi kopi 200-300 mg per hari. Nah, terpikirlah untuk membuat kopi alternatif yakni perpaduan dari biji mangga madu (Mangifera sp) dan daging buah mahkota dewa (Plaleria macrocarpa). Berdasarkan penelitiannya, kandungan kafein dalam Bimatawa sangat rendah, yakni 0,55 persen/mg.
“Dari situ kami tertarik untuk membuat kopi yang rendah kafein, tapi masih bisa dikonsumsi secara reguler. Jadi, bisa konsumsi lebih banyak tanpa khawatir batas kafeinnya. Selain itu, Bimatawa juga mengandung antioksidan yang tinggi dibandingkan kopi-kopi lainnya,” ujar Namira saat ditemui NusaBali di SMAN 7 Denpasar, Kamis (21/11).
Namira dan anggota timnya sempat gugup juga ketika berlomba di Singapura, mengingat sistem tarung bebas yang mempertemukan mereka dengan segala umur dan kalangan. Mereka pun sempat pesimistis, karena rival-rivalnya di kategori Pharmacy, Health, Medicine, and Humanistic Therapy punya inovasi bagus-bagus.
“Bahkan, ada akademisi bergelar profesor ikut berlomba. Banyak juga dari kalangan profesional jadi pesaing kami. Mereka inovasinya wow semua, jadi kami sempat merasa kayak memandang rendah diri sendiri, pesimis gitu. Pas pengumuman, juga nggak disebut-sebut nama kelompoknya. Kami kira nggak dapat apa, eh ternyata dipanggil akhir-akhir dan dapat gold medal,” cerita siswi Kelas XII MIPA 3 SMAN 7 Denpasar ini.
Rasa gerogi juga sempat dialami oleh ktim peneliti ‘Permen Anthelmintik dari Kombinasi Petai China dan Anggur Hijau’, yang sabet medali perak kategori Culinary and Food. Menurut sang ketua tim, Ni Putu Reina Mahargita, produk permen berbentuk gummy yang dibuat dari kombinasi petai China (Leucaena leucocephala) dan anggur hijau (Caulerpa lentilifera), berawal dari sedikitnya obat cacingan yang memiliki rasa enak dan digemari anak-anak.
Seperti diketahui, anak-anak sangat menyukai permen. Maka, Putu Reina cs terpikir untuk membuat permen yang disukai anak-anak, namun kaya akan manfaat kesehatan. Permennya dinamai Le Candy Fera. “Petai China umumnya bagus untuk pencernaan. Sedangkan anggur hijau punya kandungan OPCs yang memberikan sifat antimicrobial, dapat menyingkirkan cacing. Kami sudah sempat mencari responden, teman sekelas dan anak kecil. Kami bisa simpulkan sebanyak 80 persen suka dengan permen Le Candy Fera ini,” jelas Putu Reina.
Permen Le Candy Fera buatan Putu Reina cs tidak hanya disukai oleh responden saat penelitian. Konon, saat kompetisi berlangsung di Singapura, banyak anak-anak yang menyukai permen tersebut. Hanya saja, penelitian yang dilakukan Putu Reina cs terganjal belum memiliki hak paten, sehingga belum mampu tembus medali emas.
Kendati hanya mampu membawa pulang medali perak, namun Putu Reina cs bahagia, dengan pencapaian yang dianggapnya luar biasa ini. “Kami semua di kelompok ini benar-benar baru pertama kali ikut lomba tingkat internasional. Degdegan banget. Saat pengumuman awarding bronze (perunggu), nama kita nggak disebut-sebut. Kita sudah mikir nggak bakalan dapat medali. Tapi, pas diumumkan dapat silver, kita heboh saking senangnya,” tutur Putu Reina.
Sementara itu, Kepala Sekolah (Kasek) SMAN 7 Denpasar, Tjokorda Istri Mirah Kusuma Widiawati, menyatakan pihaknya coba mengembangkan potensi siswa untuk ikut kompetisi internasional sejak 2 tahun lalu. Perkembangannya cukup lumayan. Khusus untuk tahun 2019, siswa SMAN 7 Denpasar telah berkompetisi tingkat internasional ke Arizona (AS), Malaysia, Jepang, dan Singapura.
Menurut Tjok Istri Mirah, birokrasi yang ketat membuatnya sulit untuk mengeluarkan anggaran sepenuhnya untuk keberangkatan siswa. Namun, dukungan moral sepenuhnya dari sekolah. “Dana coba dibantu oleh komite, itu pun tidak banyak, dan tidak sembarangan menganggarkan. Kami keroyokan untuk bisa mensupport anak-anak. Beberapa anak bisa kita bantu, yang lainnya masih kita carikan ke bebe-rapa donatur. Yang paling banyak mendanai itu orangtua masing-masing. Jadi, kami sharing partner dengan orangtua,” papar Tjok Istri Mirah. *ind
1
Komentar