Beakaon, Menetralisir Egoisme Dua Karakter
UPACARA pabeakaonan, mabeakaon atau juga disebut makalan-kalan, salah satu sarana pokok dalam upacara perkawinan menyiratkan makna mendalam.
DENPASAR, NusaBali
Bukan sekedar ritual yang mengesahkan hubungan suami istri baru, secara adat dan niskala. Namun juga bermakna pengendalian egoism dua karakter manusia yang berbeda, ialah laki dan perempuan.
Bea secara harfiah berarti upah, kaon berarti mengalah. Apanya yang mengalah ? “Egoisme dari kedua orang yang sepakat berumah tangga atau kawin,” ujar I Dewa Ketut Soma, tokoh adat dari Desa Satra, Kecamatan/Kabupaten Klungkung.
Doanya dengan upacara makalan-kalan ini, sifat-sifat egois dari laki- perempuan yang menikah, bisa lebih merem (meredup). Sebaliknya muncul rasa saling kasih dan sayang, saling percaya satu sama lain. “Harapannya muncul kesetiaan, sebagai hukum tertinggi dalam biduk perkawinan,” terang Dewa Soma. Karena kesetiaan itulah yang melanggengkan perkawinan. Bukan yang lain. Tidak juga dengan cincin kawin yang mahal dan mewah. *nat
Bea secara harfiah berarti upah, kaon berarti mengalah. Apanya yang mengalah ? “Egoisme dari kedua orang yang sepakat berumah tangga atau kawin,” ujar I Dewa Ketut Soma, tokoh adat dari Desa Satra, Kecamatan/Kabupaten Klungkung.
Doanya dengan upacara makalan-kalan ini, sifat-sifat egois dari laki- perempuan yang menikah, bisa lebih merem (meredup). Sebaliknya muncul rasa saling kasih dan sayang, saling percaya satu sama lain. “Harapannya muncul kesetiaan, sebagai hukum tertinggi dalam biduk perkawinan,” terang Dewa Soma. Karena kesetiaan itulah yang melanggengkan perkawinan. Bukan yang lain. Tidak juga dengan cincin kawin yang mahal dan mewah. *nat
Komentar