'Stunting Fenomena di Zaman Modern'
Anggota Komisi IX DPR RI yang antara lain menangani masalah tenaga kerja dan kesehatan I Ketut Kariyasa Adnyana mengatakan, stunting merupakan sebuah fenomena di zaman modern.
JAKARTA, NusaBali
Lantaran stunting mencapai 27 persen secara nasional, sementara di Bali hanya 14,04 persen. "Stunting 27 persen skala nasional itu tinggi. Semua kementerian berkordinasi untuk mengatasi, karena bisa dikatakan ini sebagai fenomena di zaman modern," ujar Kariyasa kepada NusaBali usai Pemprov Bali audensi dengan Ketua DPD RI La Nyalla Mattalliti di Kompleks Parlemen, Selasa (26/11).
Anggota Fraksi PDIP ini menuturkan, stunting antara lain akibat kurang pemahaman ibu hamil dan kalangan muda ketika membesarkan anak-anaknya. Terlebih saat ini, mereka memberikan telepon pintar kepada buah hatinya untuk menjadi mainan. Padahal, itu tidak baik dan dapat membahayakan anak-anak, karena dapat mempengaruhi otak dan fisik. "Ini menjadi pekerjaan rumah bagi kita. Apalagi anggaran untuk kesehatan besar, tetapi stunting tetap tinggi. Kami akan mengevaluasi itu," katanya.
Bagi Kariyasa, mengatasi stunting tidak hanya mengevaluasi dari sisi anggaran. Melainkan perlu melakukan pencegahan dengan melibatkan masyarakat agar kelak stunting tidak tinggi dan Indonesia dapat menghasilkan generasi penerus yang baik ke depannya.
Walau dalam skala nasional persentase stunting tinggi, kata Kariyasa, stunting di Bali hanya mencapai 14,04 persen. "Ini paling rendah di Indonesia. Hal itu tidak terlepas dari kinerja Pemprov Bali yang baik di bidang kesehatan," papar Kariyasa.
Namun, Kariyasa berharap agar persentase stunting di Pulau Dewata terus menurun di zaman modern ini. Salah satu langkahnya adalah bekerjasama dengan posyandu di banjar-banjar dengan memberikan makanan bergizi kepada ibu hamil.
Tak ketinggalan, ibu hamil tidak terlalu banyak menggunakan gadget agar tidak mempengaruhi janin. Ketika melahirkan, ibu juga harus menyusui anak serta memperhatikan cakupan gizinya. "Hal tersebut sangat penting karena merupakan faktor utama dalam membesarkan generasi berikutnya. Bisa dikatakan itu adalah gong salju. Bila generasi muda kita lemah, maka negara ini bisa lemah," tegas Kariyasa. *k22
Anggota Fraksi PDIP ini menuturkan, stunting antara lain akibat kurang pemahaman ibu hamil dan kalangan muda ketika membesarkan anak-anaknya. Terlebih saat ini, mereka memberikan telepon pintar kepada buah hatinya untuk menjadi mainan. Padahal, itu tidak baik dan dapat membahayakan anak-anak, karena dapat mempengaruhi otak dan fisik. "Ini menjadi pekerjaan rumah bagi kita. Apalagi anggaran untuk kesehatan besar, tetapi stunting tetap tinggi. Kami akan mengevaluasi itu," katanya.
Bagi Kariyasa, mengatasi stunting tidak hanya mengevaluasi dari sisi anggaran. Melainkan perlu melakukan pencegahan dengan melibatkan masyarakat agar kelak stunting tidak tinggi dan Indonesia dapat menghasilkan generasi penerus yang baik ke depannya.
Walau dalam skala nasional persentase stunting tinggi, kata Kariyasa, stunting di Bali hanya mencapai 14,04 persen. "Ini paling rendah di Indonesia. Hal itu tidak terlepas dari kinerja Pemprov Bali yang baik di bidang kesehatan," papar Kariyasa.
Namun, Kariyasa berharap agar persentase stunting di Pulau Dewata terus menurun di zaman modern ini. Salah satu langkahnya adalah bekerjasama dengan posyandu di banjar-banjar dengan memberikan makanan bergizi kepada ibu hamil.
Tak ketinggalan, ibu hamil tidak terlalu banyak menggunakan gadget agar tidak mempengaruhi janin. Ketika melahirkan, ibu juga harus menyusui anak serta memperhatikan cakupan gizinya. "Hal tersebut sangat penting karena merupakan faktor utama dalam membesarkan generasi berikutnya. Bisa dikatakan itu adalah gong salju. Bila generasi muda kita lemah, maka negara ini bisa lemah," tegas Kariyasa. *k22
1
Komentar