Menteri Bintang Puspayoga Besuk Anak Korban Kekerasan
Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA), Gusti Ayu Bintang Darmavati, membesuk bayi yang alami kekerasan berinisial KMW, 2, di Wing Amerta RSUP Sanglah, Denpasar, Sabtu (30/11).
DENPASAR, NusaBali
Balita berjenis kelamin perempuan ini alami patah kaki setelah dianiaya oleh pacar ibunya, 22 November lalu. Menteri yang akrab disapa Bintang Puspayoga ini tiba di Wing Amerta RSUP Sanglah sekitar pukul 14.00 Wita, dan langsung menuju ruang perawatan korban. Baru saja tiba, beberapa awak media terlihat langsung mengerumuni Bintang hingga depan kamar perawatan korban. Selama kurang lebih satu jam menemui korban, Bintang langsung meninggalkan RSUP Sanglah.
Dalam kesempatan wawancara, Bintang mengatakan kondisi korban sudah mulai membaik. Bintang mengaku, Kemen PPA akan terus melakukan koordinasi lintas terkait mulai dari tim medis, P2TP2A, dan lembaga lainnya agar bisa memberikan penanganan yang terbaik untuk korban. “Saya berterima kasih kepada semua pihak yang sudah menangani kasus ini. Saat ini korban sudah mulai happy. Ke depan bagaimana kita bisa memberikan rehab yang terbaik kepada korban dengan tidak membebani korban. Demikian juga pelaku, kita juga akan upayakan langkah hukum,” ujar Menteri Bintang Puspayoga.
Dia berharap untuk kasus ini pelaku bisa dihukum sesuai dengan perbuatannya sehingga bisa menimbulkan efek jera. Dengan adanya efek jera, kekerasan terhadap anak diharapkan bisa semakin berkurang. “Ke depannya sesuai arahan presiden, tidak hanya langkah kuratif bagi korban. Tapi juga langkah-langkah preventif yang kita lakukan. Terjadinya kasus ini tidak terlepas dari pernikahan dini yang terjadi. Ibu korban ini menurut informasi menikah di usia 17 tahun. Baru melahirkan sudah pisah,” katanya.
Disinggung mengenai pembiayaan korban kekerasan yang tidak ditanggung BPJS Kesehatan, memang menjadi pembahasan.
Bintang dan jajarannya mengaku akan mencarikan pola dan dikoordinasikan dengan kementerian terkait. Khusus untuk penanganan bayi KMW, pihaknya sudah membicarakan dengan pihak RSUP Sanglah. “Nanti kita akan carikan pola. Kami juga sudah bicarakan dengan kementerian terkait. Ini akan menjadi pokja penanganan kasus yang cepat tidak hanya untuk pelaku tetapi juga penanganan terhadap korban juga jelas,” tandasnya.
Sementara itu, Direktur Utama RSUP Sanglah, dr I Wayan Sudana MKes, menjelaskan mengenai pembiayaan pasien, saat ini pihak rumah sakit bekerjasama dengan yayasan, karena ada salah satu yayasan yang mau menanggung biaya perawatan korban. “Pembiayaan untuk pasien ini, kebetulan kami ada kerjasama dengan yayasan Rumah Anisa, ada bantuan dari sana. Kalau misalnya tidak ada biaya lain, tentunya rumah sakit berupaya yang terbaik, agar keluarga tidak terbebani dalam kasus seperti ini,” jelasnya.
Kondisi korban saat datang memang mengalami keluhan sakit pada paha kanan. Setelah didiagnosa, ada patah tulang. Saat ini pasien dirawat di ruangan Wing Amerta, untuk memberikan perasaan aman dengan harapan proses penyembuhan pasien baik psikis maupun fisik bisa berlangsung baik. Rencananya, korban akan menjalani perawatan lanjutan pada Selasa (3/12) mendatang.
“Selasa ini rencananya akan digips (pemasangan gips). Setelah diskusi dengan Bu Menteri, nantinya akan dibuatkan pola, siapa yang harus mengerjakan apa. Kalau kami di bidang penanganan medis, pasti kita kerjakan terlebih dahulu,” katanya. *ind
Dalam kesempatan wawancara, Bintang mengatakan kondisi korban sudah mulai membaik. Bintang mengaku, Kemen PPA akan terus melakukan koordinasi lintas terkait mulai dari tim medis, P2TP2A, dan lembaga lainnya agar bisa memberikan penanganan yang terbaik untuk korban. “Saya berterima kasih kepada semua pihak yang sudah menangani kasus ini. Saat ini korban sudah mulai happy. Ke depan bagaimana kita bisa memberikan rehab yang terbaik kepada korban dengan tidak membebani korban. Demikian juga pelaku, kita juga akan upayakan langkah hukum,” ujar Menteri Bintang Puspayoga.
Dia berharap untuk kasus ini pelaku bisa dihukum sesuai dengan perbuatannya sehingga bisa menimbulkan efek jera. Dengan adanya efek jera, kekerasan terhadap anak diharapkan bisa semakin berkurang. “Ke depannya sesuai arahan presiden, tidak hanya langkah kuratif bagi korban. Tapi juga langkah-langkah preventif yang kita lakukan. Terjadinya kasus ini tidak terlepas dari pernikahan dini yang terjadi. Ibu korban ini menurut informasi menikah di usia 17 tahun. Baru melahirkan sudah pisah,” katanya.
Disinggung mengenai pembiayaan korban kekerasan yang tidak ditanggung BPJS Kesehatan, memang menjadi pembahasan.
Bintang dan jajarannya mengaku akan mencarikan pola dan dikoordinasikan dengan kementerian terkait. Khusus untuk penanganan bayi KMW, pihaknya sudah membicarakan dengan pihak RSUP Sanglah. “Nanti kita akan carikan pola. Kami juga sudah bicarakan dengan kementerian terkait. Ini akan menjadi pokja penanganan kasus yang cepat tidak hanya untuk pelaku tetapi juga penanganan terhadap korban juga jelas,” tandasnya.
Sementara itu, Direktur Utama RSUP Sanglah, dr I Wayan Sudana MKes, menjelaskan mengenai pembiayaan pasien, saat ini pihak rumah sakit bekerjasama dengan yayasan, karena ada salah satu yayasan yang mau menanggung biaya perawatan korban. “Pembiayaan untuk pasien ini, kebetulan kami ada kerjasama dengan yayasan Rumah Anisa, ada bantuan dari sana. Kalau misalnya tidak ada biaya lain, tentunya rumah sakit berupaya yang terbaik, agar keluarga tidak terbebani dalam kasus seperti ini,” jelasnya.
Kondisi korban saat datang memang mengalami keluhan sakit pada paha kanan. Setelah didiagnosa, ada patah tulang. Saat ini pasien dirawat di ruangan Wing Amerta, untuk memberikan perasaan aman dengan harapan proses penyembuhan pasien baik psikis maupun fisik bisa berlangsung baik. Rencananya, korban akan menjalani perawatan lanjutan pada Selasa (3/12) mendatang.
“Selasa ini rencananya akan digips (pemasangan gips). Setelah diskusi dengan Bu Menteri, nantinya akan dibuatkan pola, siapa yang harus mengerjakan apa. Kalau kami di bidang penanganan medis, pasti kita kerjakan terlebih dahulu,” katanya. *ind
1
Komentar