Kolaborasi Apik Seniman Bali-India
Teater Tari ‘Pralaya’
“Garapan ini merupakan sebuah dialog dan interaksi dua budaya yang secara fisik dan geografis berjauhan namun secara kejiwaan memiliki banyak kedekatan” (Prof Dr I Wayan Dibia SST MA)
DENPASAR, NusaBali
Karya teater tari berjudul ‘Pralaya’, sebuah kolaborasi seniman yang tergabung dalam GEOKS Singapadu, Gianyar, dengan Lata Sampradaya (Sampradaya Dance Creations Toronto, Kanada) tampil di Gedung Natya Mandala, ISI Denpasar, Sabtu (30/11) malam.
Garapan ini disajikan dengan memadukan dua gaya kebudayaan Bali dan India yang mengangkat pentingnya umat manusia menjaga integritas diri. Bila segala hal dipertaruhkan hanya untuk kepentingan di meja judi, judi politik, atau kekuasaan maka kehancuran bakal terjadi, dan itulah disebut Pralaya.
Usai pementasan, tokoh sekaligus budayawan, Prof Dr I Wayan Dibia SST MA, yang juga tampil dalam garapan tersebut menyinggung kreatifitas seni masih relevan melakukan dialog antara dua budaya guna menyampaikan tujuan atau pesan- pesan peradaban yang terjadi.
"Garapan ini merupakan sebuah dialog dan interaksi dua budaya yang secara fisik dan geografis berjauhan namun secara kejiwaan memiliki banyak kedekatan," ujar Prof Dibia yang juga pimpinan GEOKS Singapadu, Gianyar ini.
Prof Dibia menjelaskan, karya teater tari dan musik Pralaya yang berdurasi sekitar 75 menit itu mengangkat kisah dari epos Mahabharata dengan didukung 10 penari. Lima penari dari Bali, yakni I Wayan Dibia, I Gede Radiana Putra, Dewa Putu Selamat Raharja, Ida Ayu Made Dwita Sugiantini, dan Ni Ketut Santi Sukma Melati, sedangkan lima penari lainnya dari India yaitu Lata Pada, Atri Nundy, Nithya Garg, Parshwanah Upadhye, dan Adithya Veedu.
Dikatakan, karya kolaborasi Pralaya ini digarap melalui dua tahap, yakni pertama, penggarapan bagian-bagian kelompok di Bali dan kemudian penggarapan bagian detail di Toronto, Kanada. “Pralaya sebelumnya dipentaskan secara perdana di Fleck Dance Teater Toronto dan kemudian dipentaskan di delapan kota lainnya di Kanada, diantaranya Sudbury, Ottawa, Mntreal, Calgary, dan Vancouver," ungkapnya.
Garapan sengaja mengangkat tajuk Pralaya, menurut Prof Dibia, untuk mengingatkan kita semua agar menjaga integritas diri, kejujuran dan kemuliaan. "Jangan semua dipertaruhkan di meja judi, apakah judi yang sebenarnya, judi politik dan sebagainya. Kalau itu yang kita pertaruhkan, hancur kita, itulah yang dinamakan pralaya. Seperti halnya dalam epos Mahabharata, demi kemuliaan, rela mengorbankan saudaranya sendiri seperti yang terjadi diantara keluarga Pandawa dan Korawa," katanya.
Namun, lanjut dia, kalau manusia sudah bisa mengendalikan diri dan tidak ada buruk sangka dengan orang lain, maka akan menjadi manusia yang hidup bahagia. "Persoalan integritas, tak hanya terjadi di Bali dan Indonesia, namun juga di seluruh dunia. Integritas sudah mulai dipermainkan, dijadikan bahan mainan, bahkan diperjudikan," ucap seniman yang melahirkan tari Manukrawa dan puluhan karya seni monumental lainnya.
Sementara itu, pementasan teater tari dan musik yang disaksikan Kepala Dinas Kebudayaan Provinsi Bali I Wayan ‘Kun’ Adnyana, Rektor ISI Denpasar Prof Dr I Gede Arya Sugiartha, Konjen India di Bali, budayawan dan para mahasiswa itu mencakup lima bagian.
Bagian pertama dimulai dengan pemujaan terhadap Dewa Ganesha sebagai Dewa Pelindung untuk memohon keselamatan pertunjukan, kemudian dilanjutkan dengan penggambaran empat sifat yang mengendalikan hidup manusia, yaitu cinta kasih, loba, hormat, dan iri dengki.
Dua bagian berikutnya adalah pengenalan tokoh-tokoh dua keluarga yang berseteru, yaitu Korawa dan Pandawa, dalam Mahabharata, dan permainan dadu di Hastina yang berakhir dengan kekalahan Pandawa. Selanjutnya adalah protes Dewi Drupadi atas perlakuan Pandawa dan Korawa yang telah menistakan dirinya.
Dua bagian terakhir adalah Perang Bharatayudha yang berakhir dengan kehancuran seratus Korawa dan sejumlah ksatria Pandawa, serta kebangkitan semangat baru dalam suasana harmonis dan rasa kebersamaan.
"Bali dan India memiliki sejarah peradaban yang sangat panjang, banyak hal yang masih bisa kita lakukan bersama dan kita bagi untuk menghasilkan suatu dialog budaya melalui pertunjukan seperti ini," kata Prof Dibia.
Selain dipentaskan di Bali, Teater Tari Pralaya ini akan road show ke sejumlah kota baik di Indonesia maupun luar negeri, seperti Kota Surabaya, Jogjakarta, hingga 8 kota di India. *isu
Garapan ini disajikan dengan memadukan dua gaya kebudayaan Bali dan India yang mengangkat pentingnya umat manusia menjaga integritas diri. Bila segala hal dipertaruhkan hanya untuk kepentingan di meja judi, judi politik, atau kekuasaan maka kehancuran bakal terjadi, dan itulah disebut Pralaya.
Usai pementasan, tokoh sekaligus budayawan, Prof Dr I Wayan Dibia SST MA, yang juga tampil dalam garapan tersebut menyinggung kreatifitas seni masih relevan melakukan dialog antara dua budaya guna menyampaikan tujuan atau pesan- pesan peradaban yang terjadi.
"Garapan ini merupakan sebuah dialog dan interaksi dua budaya yang secara fisik dan geografis berjauhan namun secara kejiwaan memiliki banyak kedekatan," ujar Prof Dibia yang juga pimpinan GEOKS Singapadu, Gianyar ini.
Prof Dibia menjelaskan, karya teater tari dan musik Pralaya yang berdurasi sekitar 75 menit itu mengangkat kisah dari epos Mahabharata dengan didukung 10 penari. Lima penari dari Bali, yakni I Wayan Dibia, I Gede Radiana Putra, Dewa Putu Selamat Raharja, Ida Ayu Made Dwita Sugiantini, dan Ni Ketut Santi Sukma Melati, sedangkan lima penari lainnya dari India yaitu Lata Pada, Atri Nundy, Nithya Garg, Parshwanah Upadhye, dan Adithya Veedu.
Dikatakan, karya kolaborasi Pralaya ini digarap melalui dua tahap, yakni pertama, penggarapan bagian-bagian kelompok di Bali dan kemudian penggarapan bagian detail di Toronto, Kanada. “Pralaya sebelumnya dipentaskan secara perdana di Fleck Dance Teater Toronto dan kemudian dipentaskan di delapan kota lainnya di Kanada, diantaranya Sudbury, Ottawa, Mntreal, Calgary, dan Vancouver," ungkapnya.
Garapan sengaja mengangkat tajuk Pralaya, menurut Prof Dibia, untuk mengingatkan kita semua agar menjaga integritas diri, kejujuran dan kemuliaan. "Jangan semua dipertaruhkan di meja judi, apakah judi yang sebenarnya, judi politik dan sebagainya. Kalau itu yang kita pertaruhkan, hancur kita, itulah yang dinamakan pralaya. Seperti halnya dalam epos Mahabharata, demi kemuliaan, rela mengorbankan saudaranya sendiri seperti yang terjadi diantara keluarga Pandawa dan Korawa," katanya.
Namun, lanjut dia, kalau manusia sudah bisa mengendalikan diri dan tidak ada buruk sangka dengan orang lain, maka akan menjadi manusia yang hidup bahagia. "Persoalan integritas, tak hanya terjadi di Bali dan Indonesia, namun juga di seluruh dunia. Integritas sudah mulai dipermainkan, dijadikan bahan mainan, bahkan diperjudikan," ucap seniman yang melahirkan tari Manukrawa dan puluhan karya seni monumental lainnya.
Sementara itu, pementasan teater tari dan musik yang disaksikan Kepala Dinas Kebudayaan Provinsi Bali I Wayan ‘Kun’ Adnyana, Rektor ISI Denpasar Prof Dr I Gede Arya Sugiartha, Konjen India di Bali, budayawan dan para mahasiswa itu mencakup lima bagian.
Bagian pertama dimulai dengan pemujaan terhadap Dewa Ganesha sebagai Dewa Pelindung untuk memohon keselamatan pertunjukan, kemudian dilanjutkan dengan penggambaran empat sifat yang mengendalikan hidup manusia, yaitu cinta kasih, loba, hormat, dan iri dengki.
Dua bagian berikutnya adalah pengenalan tokoh-tokoh dua keluarga yang berseteru, yaitu Korawa dan Pandawa, dalam Mahabharata, dan permainan dadu di Hastina yang berakhir dengan kekalahan Pandawa. Selanjutnya adalah protes Dewi Drupadi atas perlakuan Pandawa dan Korawa yang telah menistakan dirinya.
Dua bagian terakhir adalah Perang Bharatayudha yang berakhir dengan kehancuran seratus Korawa dan sejumlah ksatria Pandawa, serta kebangkitan semangat baru dalam suasana harmonis dan rasa kebersamaan.
"Bali dan India memiliki sejarah peradaban yang sangat panjang, banyak hal yang masih bisa kita lakukan bersama dan kita bagi untuk menghasilkan suatu dialog budaya melalui pertunjukan seperti ini," kata Prof Dibia.
Selain dipentaskan di Bali, Teater Tari Pralaya ini akan road show ke sejumlah kota baik di Indonesia maupun luar negeri, seperti Kota Surabaya, Jogjakarta, hingga 8 kota di India. *isu
Komentar