Berbagi Rasa Puisi Dalam 'Poetry on the Table'
Pra-event The Grand Slam bertujuan untuk memperkenalkan keenam finalis slammers yang akan beradu puisi di The Grand Slam nanti.
DENPASAR, NusaBali.com
Menyambut event The Grand Slam Unspoken – Bali Poetry Slam ‘Unspoken Justice’ yang akan berlangsung di Betelnut Ubud pada 8 Desember mendatang, Bali Poetry Slam mengadakan workshop Poetry on the Table yang berlangsung di Nonadansa Coffee & Restaurant pada Minggu (1/12/2019). Event ini merupakan pra-event The Grand Slam yang bertujuan untuk memperkenalkan keenam finalis slammers yang akan beradu puisi di The Grand Slam nanti.
“Di pre-event ini kami lebih ingin membahas proses kreatifnya para finalis yang akan tampil di Grand Slam. Jadi lebih untuk perkenalan juga mengenai apa itu The Grand Slam, dan memperkenalkan ke public siapa-siapa yang akan perform. Yang kedua, untuk memperkenalkan apa itu poetry slam, karena setiap kali ktia mengadakan acara selalu ada pertanyaan mengenai apa itu slam poetry,” ujar Virginia Helzainka, pengagas Bali Poetry Slam.
Keenam finalis ini yaitu Putu Cleo Chintya Rossa Devi, Anak Agung Ayu Rahatri Ningrat, Imam Barker, Jong Santiasa Putra, Kaizar Nararaya, dan Zeta Dangkua. Para slammers ini berasal dari latar belakang yang berbeda-beda, mulai dari Cleo Chintya yang merupakan anggota teater Kalangan, hingga Kaizar yang seorang pengacara.
Di acara Poetry on the Table ini, 14 peserta yang terdiri dari para finalis slammers dan kalangan umum ini duduk bersama dan diberi kesempatan untuk melakukan sharing session terkait pengalaman masing-masing dalam menulis puisi. “Ini kenapa saya tidak adakan dalam bentuk workshop di mana hanya ada satu pembicara, karena setiap orang memiliki pengalaman yang berbeda. Di sini, para peserta bisa mendapatkan pengalaman-pengalaman berharga dari peserta lain. Di sharing session ini juga mereka mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang masih membingungkan seputar poetry slam, seperti penulisan puisi bilingual yang menjadi salah satu pilihan di The Grand Slam,” lanjut Virginia.
Mendekati penghujung acara, para peserta mencoba untuk membuat puisi yang tersusun dari dua bahasa, menindaklanjuti pertanyaaan-pertanyaan seputar puisi bilingual yang akan ditampilkan pada The Grand Slam. Tak ketinggalan, para peserta juga turut membacakan puisinya secara bergiliran.*yl
Komentar