BBPOM di Denpasar Gandeng Media
Sebarkan Informasi Keamanan Obat dan Makanan
Buat pertama kalinya Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan (BBPOM) di Denpasar memberikan penghargaan kepada media yang telah berpartisipasi menyebarluaskan informasi mengenai pengawasan obat dan makanan di Provinsi Bali.
DENPASAR, NusaBali
Dalam kesempatan itu, NusaBali menjadi media yang terbanyak yang mempublikasikan informasi. Kedepan, BBPOM di Denpasar menggandeng media untuk menginformasikan tidak saja bentuk pengawasan, namun juga tindakan pencegahan dan pemberdayaan masyarakat.
Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) di Denpasar, Dra IGA Adhi Aryapatni, menjelaskan, selama ini pemberitaan di media lebih banyak pada tindak pengawasan. Setiap tahunnya, ada sekitar 3.500 sampel obat dan makanan dan disampling dan diuji untuk kemudian ditindaklanjuti sesuai hasil pengujian. Sejauh ini, dari kategori pangan tradisional, bahan berbahaya yang sering ditemukan di Bali adalah jajanan Bali seperti jajan Begina masih ditemukan mengandung zat berbahaya seperti rhodamin B. Formalin masih ditemukan di pangan teri medan.
Sedangkan kategori obat tradisional, masih ditemukannya campuran Bahan Kimia Obat (BKO), padahal syarat obat tradisional harus menggunakan bahan alami atau herbal 100 persen. Sementara kategori kosmetik banyak ditemukan mengandung hidroquenon, mercury, dan retinoat. “PR kita di Bali, bagaimana strategi kita zat-zat kimia berbahaya ini semakin hari semakin disadari masyarakat, dan peran media bersama-sama Badan POM pasti akan memberikan dampak yang besar terhadap peningkatan kesadaran masyarakat,” ungkapnya, di sela memberikan Media Award di Inna Grand Bali Beach Sanur, Senin (2/12).
Menurutnya, obat dan makanan yang tidak aman tetap bisa beredar, karena adanya demand (permintaan) masyarakat yang tinggi, sehingga supplai (pemenuhan) tetap juga tinggi. Solusinya adalah menurunkan demand dengan pemberdayaan masyarakat. Karena itu, BBPOM di Denpasar tidak hanya berkutat dalam pengawasan dan penindakan, melainkan juga pemberdayaan masyarakat.
Dikatakan, ada beberapa program BPOM yang memberdayakan masyarakat yang dilakukan BPOM di Denpasar. Seperti program pasar aman, yang memberdayakan komunitas pasar dengan diberikan bimtek dan cara menguji keamanan makanan. Sementara program kedua, ada Gerakan Keamanan Pangan Desa yang sudah dimulai sejak tahun 2014. Gerakan ini berupa bimtek melibatkan komunitas desa dipimpin oleh kepala desa sebagai penggerak masyarakat desanya. “Pertama kita advokasi dengan lintas sektor. Mendapat komitmen dari camat, kepala desa, bupati. Dari situ kita menentukan desa mana yang akan kita pilih, karena terbatas, ada tiga desa setiap tahunnya, di setiap kabupaten. Setelah desanya dipilih, kita harus tahu pemahaman desanya dulu terkait keamanan pangan. Barulah kita lakukan pembentukan kader dan bimtek. Mereka akan mendeseminasikan ilmu keamanan pangannya kepada masing-masing komunitas,” tandasnya. *ind
Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) di Denpasar, Dra IGA Adhi Aryapatni, menjelaskan, selama ini pemberitaan di media lebih banyak pada tindak pengawasan. Setiap tahunnya, ada sekitar 3.500 sampel obat dan makanan dan disampling dan diuji untuk kemudian ditindaklanjuti sesuai hasil pengujian. Sejauh ini, dari kategori pangan tradisional, bahan berbahaya yang sering ditemukan di Bali adalah jajanan Bali seperti jajan Begina masih ditemukan mengandung zat berbahaya seperti rhodamin B. Formalin masih ditemukan di pangan teri medan.
Sedangkan kategori obat tradisional, masih ditemukannya campuran Bahan Kimia Obat (BKO), padahal syarat obat tradisional harus menggunakan bahan alami atau herbal 100 persen. Sementara kategori kosmetik banyak ditemukan mengandung hidroquenon, mercury, dan retinoat. “PR kita di Bali, bagaimana strategi kita zat-zat kimia berbahaya ini semakin hari semakin disadari masyarakat, dan peran media bersama-sama Badan POM pasti akan memberikan dampak yang besar terhadap peningkatan kesadaran masyarakat,” ungkapnya, di sela memberikan Media Award di Inna Grand Bali Beach Sanur, Senin (2/12).
Menurutnya, obat dan makanan yang tidak aman tetap bisa beredar, karena adanya demand (permintaan) masyarakat yang tinggi, sehingga supplai (pemenuhan) tetap juga tinggi. Solusinya adalah menurunkan demand dengan pemberdayaan masyarakat. Karena itu, BBPOM di Denpasar tidak hanya berkutat dalam pengawasan dan penindakan, melainkan juga pemberdayaan masyarakat.
Dikatakan, ada beberapa program BPOM yang memberdayakan masyarakat yang dilakukan BPOM di Denpasar. Seperti program pasar aman, yang memberdayakan komunitas pasar dengan diberikan bimtek dan cara menguji keamanan makanan. Sementara program kedua, ada Gerakan Keamanan Pangan Desa yang sudah dimulai sejak tahun 2014. Gerakan ini berupa bimtek melibatkan komunitas desa dipimpin oleh kepala desa sebagai penggerak masyarakat desanya. “Pertama kita advokasi dengan lintas sektor. Mendapat komitmen dari camat, kepala desa, bupati. Dari situ kita menentukan desa mana yang akan kita pilih, karena terbatas, ada tiga desa setiap tahunnya, di setiap kabupaten. Setelah desanya dipilih, kita harus tahu pemahaman desanya dulu terkait keamanan pangan. Barulah kita lakukan pembentukan kader dan bimtek. Mereka akan mendeseminasikan ilmu keamanan pangannya kepada masing-masing komunitas,” tandasnya. *ind
1
Komentar