Tjok Gde Agung Sukawati Perintis dan Pembaharu Pariwisata Budaya
Tjokorda Gde Agung Sukawati adalah pembuka gerbang dan areal Puri Agung Ubud untuk tamu mancanegara, sementara rumah peristirahatannya di Campuhan jadi cikal bakal pengembangan akomodasi pariwisata bergaya vila dan bungalow di Bali.
Penghargaan Parama Bhakti Pariwisata untuk Dua Tokoh Puri Agung Ubud (2)
GIANYAR, NusaBali
Bicara tentang pariwisata Bali, nama Raja Ubud Tjokorda Gde Agung Sukawati (alm) tak bisa dikesampingkan. Pasalnya, dialah praktisi tokoh perintis dan pembaharu pariwisata budaya, hingga Bali bisa seperti sekarang. Karena jasa-jasanya, Tjokorda Gde Agung Sukawati bersama kakaknya yang mantan Presiden Negara Indonesia Timur (NIT), Tjokorda Gde Raka Sukawati, dianugerahi penghargaan Parama Bhakti Pariwisata oleh Pemkab Gianyar.
Tjokorda Gde Agung Sukawati yang dulunya adalah Raja Ubud, dianugerahi predikat ‘Tokoh Perintis dan Pembaharuan Pariwisata Budaya Bali’. Sementara sang kakak, Tjokorda Gde Raka Sukawati, dapat predikat sebagai ‘Tokoh Pelopor Impresario Seni dan Diplomasi Kebudayaan Bali’.
Penghargaan ‘Parama Bhakti Pariwisata’ tersebut rencananya akan dianugerahkan Bupati Gianyar AA Gde Agung Bharata bertepatan dengan peringatan Hari Pahlawan, Selasa, 10 November 2015 ini. Penganugerahan akan dilakukan melalui seremoni yang digelar di Ancak Saji Puri Agung Ubud, Gianyar, petang ini sekitar pukul 18.30 Wita.
Jika menyimak fakta-fakta dan rekam jejak perjuangannya merintis dan membangun pariwisata budaya tersebut, penghargaan yang dianugerahkan Bupati Agung Bharata untuk Tjokorda Agung Sukawati tidaklah berlebihan. Sebelumnya, 14 Agustus 2004, Gubernur Bali (waktu itu) Dewa Made Beratha juga pernah memberikan penghargaan ‘Karyakarana Pariwisata Bidang Pelopor Pembangunan Pariwisata’ kepada Raja Ubud ini.
Anggota Tim Seleksi Pemberian Penghargaan Tokoh Pariwisata Kabupaten Gianyar 2015, Pande Wayan Suteja Neka, menyatakan salut karena Tjokorda Agung Sukawati adalah pembaharu dalam mempelopori pembangunan dan pengembangan kepariwisataan berbasis budaya di Bali. “Bukan hanya di bidang pawiwisata, Tjok Agung Sukawati juga seorang tokoh berpengaruh dalam bidang keagamaan, pendidikan, kewirausahaan, dan kesehatan,” jelas Pande Suteja Neka, Minggu (8/11).
Tjok Agung Sukawati sendiri lahir pada Sukra Wage Wayang, Jumat, 21 Januari 1910 silam, di Puri Campuhan Ubud, Gianyar. Almarhum lebar (meninggal) pada 1978 di usia 68 tahun. Dia merupakan putra ketiga dari pasangan Tjokorda Gde Sukawati dan Anak Agung Raka Mengwi. Dia lahir kembar buncing dengan saudara perempuan, Tjokorda Istri Muter. Masa kanak-kanaknya dijalani almarhum Tjok Agung Sukawati di Puri Campuhan.
Menurut Suteja Neka, dalam mengedepankan pariwisata budaya berbasis komunitas, Tjok Agung Sukawati sangat berjasa mengubah perwajahan Ubud sebagai desa seni bertaraf internasional era 1930-an. Ini lebih dulu berkembang ketimbang rintisan pariwisata di Sanur (Denpasar Selatan), lalu Kuta (Badung) yang baru eksis era 1950-1960. Semangat Tjok Agung Sukawati untuk membangun pariwisata bertemali dengan kecintaan dan pengabdiannya kepada Bali melalui seni. Semangat itu ditopang pesona alam Ubud dari persawahan berundak, liuk sungai, perbukitan hijau, dan hutan yang lebat.
Selanjutnya...
Komentar