Tjok Gde Agung Sukawati Perintis dan Pembaharu Pariwisata Budaya
Tjokorda Gde Agung Sukawati adalah pembuka gerbang dan areal Puri Agung Ubud untuk tamu mancanegara, sementara rumah peristirahatannya di Campuhan jadi cikal bakal pengembangan akomodasi pariwisata bergaya vila dan bungalow di Bali.
Tjok Agung Sukawati yang notabene ayah dari mantan Bupati Gianyar Cokorda Oka Artha Ardhana Sukawati alias Cok Ace, juga mampu menjalin interaksi antar bangsa dan lintas budaya, terutama dengan para tamu berpengaruh, peneliti asing, dan seniman mancanegara yang diundang tinggal dan berkarya di Ubud masa itu. Ada pula yang kawin campur dengan gadis-gadis Bali, seperti dilakukan pelukis Antonio Blanco dan Hans Snel.
Suteja Neka mengakui, Tjok Agung Sukawati adalah penguasa Ubud dengan kepribadian yang mengesankan. Almarhum adalah raja yang cakap dan santun berbahasa, hingga ak-rab dengan tamu-tamu asing. “Yang membuat saya terkesan, di era 1930-an itu, Tjok Agung Sukawati menjadi tuan rumah dan sahabat Walter Spies, pelukis terkenal dari Jerman dan Rudolf Bonnet, pelukis asal Belanda yang menetap di Ubud,” papar pemilik Museum Neka di kawasan Sanggiangan, Ubud ini.
Tim seleksi menemukan data-data bahwa Tjok Agung Sukawati bersahabat dengan banyak seniman dan peneliti asing. Termasuk berteman dengan Colin McPhee (komposer dan ahli music), Jane Belo (peneliti sosial), Jaap Kunst (ahli musik bangsa-bangsa), Arie Smit (pelukis), Hans Snel (pelukis), Roelof Goris (sejarawan), Antonio Blanco (pelukis), hingga Miguel Covarrubias (ilustrator).
Tjok Agung Sukawati memandang keberadaan para tamu asing di Bali sebagai sebuah kesempatan untuk membangun rekanan kreatif dalam pengembangaan wawasan seni budaya. Setali dengan itu, orang asing menciptakan pasar potensial untuk penjualan jasa akomodasi, hiburan, dan fasilitas pendukung lainnya di Ubud.
Sementara itu, Ketua Tim Seleksi Pemberian Penghargaan Tokoh Pariwisata Kabupaten Gianyar 2015, Prof Dr I Made Bandem MA, mencatat Tjok Agung Sukawati sebagai tokoh yang cerdas memahami bahwa keterbukaan, keramahan, dan kemampuan beradaptasi secara selektif orang Bali dan seni budaya secara terarah menjadi keunggulan membangun pariwisata. Terbukti, Tjok Agung Sukawati mahir menghubungkan para seniman dan peneliti asing dengan seniman lokal dan masyarakat umum untuk menciptakan sebuah ajang kreatif yang merangsang pertukaran ilmu dan pelajaran lintas budaya.
Tjok Agung Sukawati juga membuka gerbang dan areal Puri Agung Ubud untuk tamu mancanegara. Rumah peristirahatannya di Campuhan adalah cikal bakal pengembangan akomodasi pariwisata bergaya vila dan bungalow di Bali. Puri Agung Ubud di mana Tjok Agung Sukawati menjadi raja, juga kerap mengadakan jamuan makan malam bagi para tamu asing yang diselingi pementasan tari dan tabuh sebagai hiburan. “Pada praktek seperti ini, Tjokorda Agung Sukawati berhasil mengungkap Bali sebagai ranah pariwisata berorientasi produk dan pelayanan,’’ jelas budayawan dan akademisi yang mantan Rektor Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar ini.
1
2
Komentar