Pesan Cinta Lingkungan dalam Hentakan Konser Navicula
Di Tukad Badung, Navicula menghadirkan lima lagu dengan pesan sosial dan pelestarian lingkungan alam.
DENPASAR, NusaBali.com
Suasana Tukad Badung menjadi berbeda, Jumat (6/12/2019) malam. Sungai yang diapit dua pasar tradisional di jantung Kota Denpasar malam itu disulap menjadi panggung musik dan layar tancap dalam rangka peluncuran film dokumenter 'Pulau Plastik'.
Navicula menjadi salah satu band yang berkesempatan mengisi panggung tersebut. Lima lagu dengan pesan sosial dan pelestarian lingkungan alam mereka dendangkan di hadapan ratusan anak muda. Penampilan band beraliran grunge ini menjadi spesial karena tak hanya menghibur.
Mereka bernyanyi dengan pesan semangat perubahan untuk lingkungan hidup yang berkelanjutan. Euforia dan sambutan meriah tak henti mengalir sejak lagu pertama, 'Di Depan Layar'. "Bersamaan dengan peluncuran dokumenter 'Pulau Plastik' yang tadi sudah kita saksikan bersama 'Di Depan Layar'. Berikut lagu pertama dari kami," ujar Gede Robi, sang vokalis membuka penampilan.
Tak butuh waktu lama, distorsi dan cabikan bass serta hentakan drum para personel langsung menderu panggung diiringi anggukan para penonton. Seperti biasanya, Robi menyelipkan pesan pada penonton untuk mencintai lingkungan di sela-sela lagu kedua, 'Busur Hujan'.
"Kita semua mengenal Nyegara Gunung. Gunung dan segara sebagai tempat suci, dari hulu ke hilir. Yang menghubungkannya ada tukad ini. Jadi jangan kotori dengan membuang sampah sembarangan. Mengotori tempat suci sama dengan Leteh. Kalian tahu itu kan," serunya.
Mendengar hal itu penonton seketika bertepuk tangan dan membuat suasana semakin riuh. Lagu cadas lainnya, 'Mafia Hukum' mereka lumat berikutnya dengan sedikit provokasi. "Lagu ini kami dedikasikan untuk KPK. Jadi saat KPK digerogoti beberapa waktu lalu kami menangis seperti bayi," celetuk Robi.
Berikutnya mereka juga mendukung kampanye Bali bebas sampah plastik. "Kita membocorkan berjuta-juta sampah plastik ke lautan. Kenapa demikian? Karena pengelolaan sampah yang buruk. Padahal sampah dikelola akan jadi komoditi," serunya. Dalam orasi di panggung ia menyerukan pengelolaan sampah di Bali harus selesai di level desa.
"Di sini tidak ada yang mau desanya dijadikan TPA, kan?" tanyanya pada penonton. Meski begitu, lanjutnya, ia mengajak berbangga karena Bali menjadi provinsi pertama yang berani mengeluarkan regulasi pembatasan kantong plastik sekali pakai. "Bali sudah memulai," sambungnya lagi.
"Sampah plastik beredar semakin cepat. Tapi saat semua semakin cepat, Bali berani berhenti," ujarnya menyambungkan lagu 'Mafia Hukum' dengan lagu 'Saat Semua Semakin Cepat, Bali Berani Berhenti'. Sontak para penonton melantun bersama tanpa diaba-aba.
Akhirnya, setelah lagu keempat, Robi cs menutup konser cadas mereka dengan 'Metropolutan'. Kehadiran band Navicula sedikit menghentak panggung setelah sebelumnya diisi penampilan akustik Jun Bintang, trio folk Nosstres, dan Made Bawa 'Lolot'.*has
1
Komentar