Polisi Kesulitan Ungkap Perusak Padmasana
Tak ada saksi langsung, polisi belum temukan petunjuk yang mengarah ke pelaku
PASURUAN, NusaBali
Polisi sedang menyelidiki perusakan tiga tempat persembahyangan umat Hindu di lereng Gunung Bromo di Desa Wonokitri, Kecamatan Tosari, Kabupaten Pasuruan. Namun polisi mengakui sulitnya mengungkap kasus tersebut.
"Sudah empat saksi kami periksa. Empat saksi ini kami menemui kendala karena tak ada yang mengetahui langsung dan mendengar langsung kejadian. Rusaknya baru diketahui saat ada warga yang beribadah," kata Kapolsek Tosari Iptu Bambang Tri, seperti dilansir detik, Selasa (10/12).
Selain sulit mendapatkan keterangan dari saksi, polisi belum menemukan petunjuk-petunjuk yang mengarah ke pelaku.
"Kami sudah lakukan olah tempat kejadian perkara (TKP) ulang di sana, berharap ada atau menemukan petunjuk baru, ternyata belum ada kami temukan," terang Bambang.
Polisi sudah memastikan bahwa tiga tempat persembahyangan itu dirusak orang tak dikenal. Tiga tempat sembahyang itu adalah sebuah padmasana dan dua padmasari. Padmasana yang berukuran besar dan padmasari yang berukuran lebih kecil merupakan tempat umat Hindu melakukan persembahyangan atau menaruh sesajen.
"Kami kemarin lakukan olah TKP ulang. Bisa dipastikan itu sengaja dirusak orang," kata Bambang Tri, Selasa (10/12). Bambang berharap pelaku segera tertangkap.
"Kami berharap segera menemukan petunjuk baru dan keterangan-keterangan yang penting," pungkas Bambang.
Camat Tosari Hari mengatakan tiga tempat ibadah yang rusak berada di kawasan Goa Widodaren, Desa Wonokitri, Kecamatan Tosari.
"Dua di dalam goa, satu di pintu masuk goa," terang Hari. Camat memastikan kondisi umat beragama di kawasan Tosari kondusif. Meski demikian, pihaknya berharap aparat penegak hukum bisa segera mengungkap pengrusakan tersebut.
Ketua Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI) Kabupaten Pasuruan, Teguh Kariadi yang mengungkapkan penyesalannya. Menurutnya, peristiwa perusakan tempat sembahyang umat Hindu tersebut telah mencoreng tatanan hidup suku Tengger.
“Menyesalkan kejadian tersebut. Pertanda kearifan Tengger telah tercoreng,” ungkap Kariadi seperti dikutip dari WartaBromo.com, Senin (9/12).
Anggota DPR RI Komisi III, Wayan Sudirta, SH minta polisi mengusut tuntas adanya kerusakan ‘’pelinggih’’ tersebut. Hal ini guna memastikan bahwa penegakan hukum benar-benar serius dilakukan.
Sudirta yang juga aktif di organisasi keagamaan Hindu sebagai anggota Sabh Walaka (Majelis Cendekiawan) PHDI (Parisada Hindu Dharma Indonesia), meminta umat Hindu tidak bereaksi berlebihan dan menyerahkan kasusnya agar diusut tuntas oleh kepolisian, karena isu agama bisa sangat sensitif serta bisa dimanfaatkan kelompok tertentu untuk mengacaukan situasi serta memancing konflik.
Diberitakan sebelumnya, tiga tempat persembahyangan di kawasan Gua Widodaren lereng Gunung Bromo mengalami kerusakan. Rusaknya bangunan diketahui pada Sabtu (7/12) sekitar pukul 13.00 WIB saat ada umat hendak melakukan persembahyangan. *
"Sudah empat saksi kami periksa. Empat saksi ini kami menemui kendala karena tak ada yang mengetahui langsung dan mendengar langsung kejadian. Rusaknya baru diketahui saat ada warga yang beribadah," kata Kapolsek Tosari Iptu Bambang Tri, seperti dilansir detik, Selasa (10/12).
Selain sulit mendapatkan keterangan dari saksi, polisi belum menemukan petunjuk-petunjuk yang mengarah ke pelaku.
"Kami sudah lakukan olah tempat kejadian perkara (TKP) ulang di sana, berharap ada atau menemukan petunjuk baru, ternyata belum ada kami temukan," terang Bambang.
Polisi sudah memastikan bahwa tiga tempat persembahyangan itu dirusak orang tak dikenal. Tiga tempat sembahyang itu adalah sebuah padmasana dan dua padmasari. Padmasana yang berukuran besar dan padmasari yang berukuran lebih kecil merupakan tempat umat Hindu melakukan persembahyangan atau menaruh sesajen.
"Kami kemarin lakukan olah TKP ulang. Bisa dipastikan itu sengaja dirusak orang," kata Bambang Tri, Selasa (10/12). Bambang berharap pelaku segera tertangkap.
"Kami berharap segera menemukan petunjuk baru dan keterangan-keterangan yang penting," pungkas Bambang.
Camat Tosari Hari mengatakan tiga tempat ibadah yang rusak berada di kawasan Goa Widodaren, Desa Wonokitri, Kecamatan Tosari.
"Dua di dalam goa, satu di pintu masuk goa," terang Hari. Camat memastikan kondisi umat beragama di kawasan Tosari kondusif. Meski demikian, pihaknya berharap aparat penegak hukum bisa segera mengungkap pengrusakan tersebut.
Ketua Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI) Kabupaten Pasuruan, Teguh Kariadi yang mengungkapkan penyesalannya. Menurutnya, peristiwa perusakan tempat sembahyang umat Hindu tersebut telah mencoreng tatanan hidup suku Tengger.
“Menyesalkan kejadian tersebut. Pertanda kearifan Tengger telah tercoreng,” ungkap Kariadi seperti dikutip dari WartaBromo.com, Senin (9/12).
Anggota DPR RI Komisi III, Wayan Sudirta, SH minta polisi mengusut tuntas adanya kerusakan ‘’pelinggih’’ tersebut. Hal ini guna memastikan bahwa penegakan hukum benar-benar serius dilakukan.
Sudirta yang juga aktif di organisasi keagamaan Hindu sebagai anggota Sabh Walaka (Majelis Cendekiawan) PHDI (Parisada Hindu Dharma Indonesia), meminta umat Hindu tidak bereaksi berlebihan dan menyerahkan kasusnya agar diusut tuntas oleh kepolisian, karena isu agama bisa sangat sensitif serta bisa dimanfaatkan kelompok tertentu untuk mengacaukan situasi serta memancing konflik.
Diberitakan sebelumnya, tiga tempat persembahyangan di kawasan Gua Widodaren lereng Gunung Bromo mengalami kerusakan. Rusaknya bangunan diketahui pada Sabtu (7/12) sekitar pukul 13.00 WIB saat ada umat hendak melakukan persembahyangan. *
Komentar