Kemarau Panjang, Satwa TNBB Terancam
Ribuan ekor satwa dilindungi di Taman Nasional Bali Barat (TNBB), wilayah Buleleng merasakan dampak kemarau panjang tahun 2019.
SINGARAJA, NusaBali
Musim kemarau ini membuat sejumlah mata air yang menjadi pasokan air kebutuhan satwa, mengering. Petugas TNBB akhirnya memasok air bersih hingga ke kubangan air yang biasa dipakai tempat minum air oleh satwa TNBB dua kali seminggu.
Kepala Balai TNBB drh Agus Ngurah Krisna, dihubungi Selasa (10/12/2019), mengatakan suplai air bersih ke dalam hutan kawasan TNBB memang dilakukan setiap tahun karena kemarau. Namun dia menilai musim kemarau tahun ini yang terparah karena berlangsung hingga akhir tahun. “Tahun ini kemaraunya memang sangat panjang, biasanya November paling lambat sudah ada hujan. Sekarang sudah bulan Desember, meski beberapa hari kemarin sudah mulai turun hujan di wilayah Jembrana,” ucap dia.
Jelas Ngurah Krisna, pasokan air bersih mulai didistribusikan ke resort-resort polisi hutan sejak Agustus 2019. Awalnya hanya menyuplai air bersih untuk konsumsi polisi hutan yang bertugas. Pasokan air itu pun dikirim dua kali dalam sebulan. Namun semakin hari kondisi kemarau semakin menjadi hingga berdampak pada persediaan air di dalam hutan untuk dikonsumsi satwa yang hidup secara liar. Hingga akhirnya pasokan air bersih ke wilayah TNBB tak hanya untuk kebutuhan polisi hutan, tetapi juga untuk satwa yang hidup di dalamnya. Sehingga kini pasokan air ke masing-masing resort polisi hutan dilakukan seminggu dua kali.
Kondisi tersebut terjadi secara merata di seluruh wilayah TNBB, tak terkecuali di kawasan Pulau Menjangan, Buleleng. Pulau ini diakses dengan cara menyebrangi teluk menggunakan boat. TNBB juga mengalokasikan air bersih ke beberapa titik resort TNBB lainnya dengan menggunakan boat.
Kemarau panjang tahun ini yang menimbulkan panas ekstrem, disebut Agus Ngurah Krisna, membuat pertumbuhan tanaman yang merupakan sumber makanan satwa TNBB meranggas. Satwa pun menjadi kekurangan makanan di musim kemarau panjang ini. Hanya saja dirinya mengaku tak menyuplai pakan satwa dan tetap mengutamakan kebiasaan hidup alami satwa yang ada. “Ini (kemarau) sangat memengaruhi ketersediaan pakan satwa di TNBB, yang sumber makanannya ada pada buah, daun muda, ulat,” imbuhnya.
Menurut dia, keterbatasan makanan di musim kemarau ini membuat produktivitas dan perkembangan populasi satwa yang rata-rata dilindungi Negara, menurun. Satwa seperti Rusa, Kijang, Kera Hitam, Kera Abu Ekor Panjang hingga Burung Curik Bali, memilih tak berkembangbiak pada musim kemarau. Meski sejauh ini belum ditemukan laporan satwa hingga terdehidrasi atau sakit karena kekurangan pakan dan air, TNBB tetap mengupayakan untuk tetap memasok air di musim kemarau. Petugas pun baru akan menghentikan suplai air ketika hujan sudah membasahi hujan dan mengisi kubangan-kubangan sumber air satwa TNBB. “Mudah-mudahan tidak ada satwa yang sampai sakit atau mati. Kami terus melakukan pembinaan habitat, kalau kering kasih air. Kalau makanan tidak kami suplai, kecuali di penangkaran karena daya hidupnya masih rendah. Kalau yang di dalam hutan, kami biarkan habitat bertahan secara alami,” kata dia.*k23
Kepala Balai TNBB drh Agus Ngurah Krisna, dihubungi Selasa (10/12/2019), mengatakan suplai air bersih ke dalam hutan kawasan TNBB memang dilakukan setiap tahun karena kemarau. Namun dia menilai musim kemarau tahun ini yang terparah karena berlangsung hingga akhir tahun. “Tahun ini kemaraunya memang sangat panjang, biasanya November paling lambat sudah ada hujan. Sekarang sudah bulan Desember, meski beberapa hari kemarin sudah mulai turun hujan di wilayah Jembrana,” ucap dia.
Jelas Ngurah Krisna, pasokan air bersih mulai didistribusikan ke resort-resort polisi hutan sejak Agustus 2019. Awalnya hanya menyuplai air bersih untuk konsumsi polisi hutan yang bertugas. Pasokan air itu pun dikirim dua kali dalam sebulan. Namun semakin hari kondisi kemarau semakin menjadi hingga berdampak pada persediaan air di dalam hutan untuk dikonsumsi satwa yang hidup secara liar. Hingga akhirnya pasokan air bersih ke wilayah TNBB tak hanya untuk kebutuhan polisi hutan, tetapi juga untuk satwa yang hidup di dalamnya. Sehingga kini pasokan air ke masing-masing resort polisi hutan dilakukan seminggu dua kali.
Kondisi tersebut terjadi secara merata di seluruh wilayah TNBB, tak terkecuali di kawasan Pulau Menjangan, Buleleng. Pulau ini diakses dengan cara menyebrangi teluk menggunakan boat. TNBB juga mengalokasikan air bersih ke beberapa titik resort TNBB lainnya dengan menggunakan boat.
Kemarau panjang tahun ini yang menimbulkan panas ekstrem, disebut Agus Ngurah Krisna, membuat pertumbuhan tanaman yang merupakan sumber makanan satwa TNBB meranggas. Satwa pun menjadi kekurangan makanan di musim kemarau panjang ini. Hanya saja dirinya mengaku tak menyuplai pakan satwa dan tetap mengutamakan kebiasaan hidup alami satwa yang ada. “Ini (kemarau) sangat memengaruhi ketersediaan pakan satwa di TNBB, yang sumber makanannya ada pada buah, daun muda, ulat,” imbuhnya.
Menurut dia, keterbatasan makanan di musim kemarau ini membuat produktivitas dan perkembangan populasi satwa yang rata-rata dilindungi Negara, menurun. Satwa seperti Rusa, Kijang, Kera Hitam, Kera Abu Ekor Panjang hingga Burung Curik Bali, memilih tak berkembangbiak pada musim kemarau. Meski sejauh ini belum ditemukan laporan satwa hingga terdehidrasi atau sakit karena kekurangan pakan dan air, TNBB tetap mengupayakan untuk tetap memasok air di musim kemarau. Petugas pun baru akan menghentikan suplai air ketika hujan sudah membasahi hujan dan mengisi kubangan-kubangan sumber air satwa TNBB. “Mudah-mudahan tidak ada satwa yang sampai sakit atau mati. Kami terus melakukan pembinaan habitat, kalau kering kasih air. Kalau makanan tidak kami suplai, kecuali di penangkaran karena daya hidupnya masih rendah. Kalau yang di dalam hutan, kami biarkan habitat bertahan secara alami,” kata dia.*k23
1
Komentar