nusabali

Salah Paham, Sejumlah Tempat Ibadah Terbakar di Tanjung Balai

  • www.nusabali.com-salah-paham-sejumlah-tempat-ibadah-terbakar-di-tanjung-balai

Sejumlah tempat ibadah, yakni vihara dan kelenteng, yang terletak di Kota Tanjung Balai, Medan, Sumatera Utara, dibakar massa.

7 Orang Pelaku Penjarahan Ditangkap

JAKARTA, NusaBali
Peristiwa itu dipicu permasalahan etnis akibat salah paham. Pembakaran tempat ibadah dan kerusuhan itu baru dapat diredakan, Sabtu (30/7) sekitar pukul 03.30 WIB dini hari, setelah polisi melakukan mediasi dan terus mengimbau warga setempat kembali ke rumah masing-masing.

Menurut Kepala Kepolisian Resor Tanjung Balai AKBP Ayep Wahyu Gunawan, permasalahan itu bermula pada Jumat (29/7) sekitar pukul 17.55 WIB. Saat itu seorang warga keturunan Tionghoa, M, 41, merasa terganggu dan komplain soal suara adzan dari pengeras suara di masjid yang berada tepat di depan rumahnya.

Sempat terjadi perselisihan antara M dan jemaah masjid tersebut. Anggota kepolisian setempat pun telah berusaha melakukan mediasi bersama pihak kelurahan.

Saat mediasi, AKBP Ayep menuturkan, beredar informasi yang salah melalui pesan berantai. Pesan lewat media sosial itu menyebutkan bahwa masjid tadi dilarang memperdengarkan adzan. Pesan berantai itulah yang akhirnya menyulut kemarahan umat Islam di Tanjung Balai.

“Awalnya, mereka mendatangi rumah M, sempat mau merusak, lalu bergerak, bertambah, karena informasi itu cepat sekali. Isunya sudah berubah, melenceng dari fakta,” ucap AKBP Ayep saat dihubungi Tempo, Sabtu kemarin. Saat ini M, menurut AKBP Ayep, masih berada di kantor polisi setempat untuk menghindari kemungkinan diamuk massa.

Akibat peristiwa tersebut, tak hanya tempat ibadah umat Buddha yang terbakar, tapi juga 3 mobil, 3 sepeda motor, dan 1 becak motor. Tidak ada korban jiwa dalam peristiwa tersebut. “Yang terbakar hanya sebagian bangunan, karena ada peralatan sembahyang seperti kertas dupa yang mudah sekali terbakar. Tapi sejumlah kendaraan ikut terbakar,” ucap AKBP Ayep.

Akibat peristiwa itu, polisi mengamankan tujuh warga yang melakukan penjarahan dalam kerusuhan di Kota Tanjung Balai, Jumat (29/7) malam.
Kabid Humas Polda Sumut Kombes Rina Sari Ginting di Medan, Sabtu (30/7), mengatakan, tujuh warga tersebut ketahuan mengambil manfaat dengan mengambil barang milik warga lain ketika kerusuhan berlangsung sejak Jumat malam hingga Sabtu dini hari.

Ketujuh penjarah tersebut langsung diamankan ke Mapolres Tanjung Balai untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya, termasuk menghindari terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan.

Namun, Kombes Rina Sari belum menyebutkan identitas dan langkah lanjut yang akan dilakukan terhadap tujuh penjarah tersebut.
Pihak kepolisian terus menyiagakan personel di berbagai lokasi untuk mengantisipasi terjadinya kerusuhan susulan atau tindak kejahatan lain yang merugikan masyarakat.

Pihak kepolisian juga terus mengimbau masyarakat untuk tetap tenang dan tidak terprovokasi agar kerusuhan itu tidak berlanjut.

Menurut dia, pihak kepolisian dan pemerintah daerah setempat telah menyepakati pertemuan untuk membahas kerusuhan tersebut.
Selain unsur pemerintah dan Kementerian Agama, pertemuan itu juga melibatkan tokoh agama, tokoh masyarakat, pimpinan etnis, dan Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kota Tanjung Balai.

Jumlah tempat ibadah yang terbakar masih simpang siur. Antara melaporkan kerusuhan di Kota Tanjung Balai yang menyebabkan sembilan rumah ibadah umat Buddha rusak. Sementara detikcom melansir, dalam catatan polisi, 2 vihara dan sekitar 8 kelenteng rusak.

“Ada enam vihara dan kelenteng yang diserang beberapa ratus warga. Namun kebanyakan, pembakarannya dilakukan pada alat-alat persembahyangan, dan bangunannya sendiri tidak terbakar habis,” kata Kombes Rina Sari Ginting kepada BBC Indonesia.
Disebutkannya, tercatat pembakaran dan perusakan terjadi pada setidaknya enam vihara dan sejumlah kelenteng dan beberapa bangunan lain, serta sejumlah kendaraan.

Sabtu kemarin, Kapolri Jenderal Tito Karnavian melakukan pertemuan dengan Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Sumatera Utara terkait kerusuhan bernuansa SARA di Tanjung Balai. Tito mengatakan, kerusuhan yang terjadi merupakan masalah individu yang bertetangga.

“Agar masyarakat tidak terprovokasi, karena ini persoalan individu, serta diminta berpikiran jernih dalam menyikapi masalah ini,” kata Tito dalam keterangan tertulisnya yang diterima detikcom, Sabtu kemarin.
Tito menegaskan, Sumatera Utara sebagai tempat toleransi umat beragama harus dipertahankan. Ada tiga poin yang diinstruksikan Tito agar kerusuhan tidak meluas dan situasi kondusif terjaga.

Pertama, Kapolri melakukan pertemuan dengan sejumlah tokoh masyarakat dan pemuka agama di Polda Sumut agar situasi aman dan tidak menyebar di wilayah Sumut lainnya.

Kedua, dalam hal penegakan hukum telah dilakukan dengan menangkap 7 orang.

Ketiga, Kapolda untuk sementara waktu akan tinggal di Tanjung Balai dan memimpin langsung pengaman di lokasi dengan memperkuat pasukan Brimob yang dibantu pasukan TNI.

“PBNU mengutuk tindakan perusakan rumah ibadah di Tanjung Balai, Sumut. Meminta kepada aparat kepolisian untuk mengusut otak di balik kerusuhan,” kata Sekjen PBNU Helmy Faishal Zaini dalam keterangannya.

“PBNU mengimbau kepada seluruh warga untuk tidak terpancing dengan isu-isu dan provokasi yang memecah belah persatuan dan kesatuan bangsa,” imbuhnya.

Ketua MPR RI Zulkifli Hasan menyesalkan terjadinya kerusuhan bernuanasa SARA yang terjadi di Tanjung Balai, Sumatera Utara. “Hal seperti ini tak boleh terjadi lagi,” kata Zulkifli di Jakarta.
Zulkifli meminta kepada seluruh elemen masyarakat agar tidak mudah terprovokasi dan tetap menahan diri. Biarkan aparat yang menindak siapa-siapa saja pihak yang bersalah dalam kerusuhan di Tanjung Balai.

“Mari kita hidup berdampingan secara damai. Merajut kebhinekaan merupakan tugas kita bersama,” lanjutnya.
Ketua Umum PP Muhammadiyah Danhil Anzar Simajuntak meminta Pemuda Muhammadiyah ikut menjaga kondusivitas suasana pasca– kerusuhan yang terjadi di Tanjung Balai. Jangan ada yang terprovokasi SARA.

Danhil mengatakan, dirinya menyesalkan terjadinya kerusuhan yang menyebabkan rusak dan terbakarnya beberapa tempat ibadah di Tanjung Balai. Dia menegaskan, tindakan kekerasan dan perusakan tersebut tidak dapat ditolerir.

Ketua Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia (DPD RI) Irman Gusman mengimbau kepada seluruh warga Kota Tanjung Balai untuk memperkuat persatuan dan kerukunan antar-masyarakat pasca-kerusuhan bernuansa SARA. Aparat kepolisian dan TNI diminta menjamin kemanan warga dan mencegah terjadinya konflik susulan.

Sementara Kepala Lembaga Pendidikan dan Pelatihan Polri Komjen Syafruddin memastikan bahwa kondisi di Tanjung Balai saat ini sudah kondusif pasca kerusuhan. Warga yang berada di sekitar lokasi pun sudah dapat beraktivitas normal. *

Komentar