Basarnas Gelar Uji Potensi SAR
Badan Nasional Pencarian dan Pertolongan (Basarnas) Denpasar menggelar uji pelaksanaan operasi pencarian dan pertolongan di Kantor Pencarian dan Pertolongan Denpasar, Jalan Raya Uluwatu, Kuta Selatan, Badung pada Selasa (17/12).
MANGUPURA, NusaBali
Kegiatan itu sebagai upaya untuk menjalin sinergitas dengan berbagai unsur potensi Search and Rescue (SAR) dalam menghadapi situasi darurat.
Kepala Basarnas Denpasar Hari Adi Purnomo, menerangkan kegiatan uji potensi ini sebagai salah satu upaya meningkatkan sinergitas dengan unsur SAR, TNI, Polri, dan potensi lainnya, sehingga kerjasama dan sinergitas dengan semua komponen tersebut terjaga. Hari mengakui, operasi SAR pada dasarnya bagian dari tanggung jawab Basarnas, namun pada pelaksanaannya dibutuhkan kehadiran semua komponen atau instansi lainnya.
Selama ini, menurut Hari, keberhasilan operasi SAR yang pernah berlangsung, bukan dari Basarnas saja tetapi dari semua unsur SAR yang terlibat. Dia pun mengharapkan dalam situasi darurat ke depannya, kerja sama terus ditingkatkan. Dengan adanya uji ini, diharapkan bisa menjadi dasar acuan dan evaluasi apakah sudah sesuai dengan standard operasional prosedur (SOP).
Sementara, Kasubdit Pengerahan Potensi dan Pengendalian Operasi SAR Basarnas Agus Haryono, mengemukakan operasi SAR dalam kenyataannya memerlukan peran serta dari berbagai pihak. Oleh karenanya harus bersama-sama menyamakan persepsi, meningkatkan komitmen, dan meningkatkan profesionalitas dalam melaksanakan tugas. Dia mengharapkan pula, agar mampu bersikap militan dalam kondisi ekstrem atau dihadapkan pada risiko berbahaya.
“Sampai saat ini sudah ditetapkan bahwa respons time kita dalam menangani laporan permintaan bantuan SAR adalah 28 menit. Namun dari hasil evaluasi di seluruh kantor SAR di Indonesia, berhasil mencapai rata-ratanya 24,5 menit, dan itu patut kita apresiasi,” tandasnya.
Untuk di Bali, menurut Haryono, dalam upaya mendukung kemajuan pariwisata, maka Basarnas senantiasa membangun citra Bali yang positif yakni adanya jaminan keselamatan bagi wisatawan. “Jika terjadi bencana di Bali maka skalanya adalah internasional, akan disorot dan dinilai oleh dunia. Untuk itu, bagaimana kita bersama-sama menangani bencana termasuk salah satu yang pernah ditangani adalah letusan Gunung Agung di tahun 2017. Hal ini pun sudah mendapat apresiasi, karena pada saat itu kita mengevakuasi ratusan wisatawan asing dalam kondisi selamat,” tutur Haryono. *dar
Kepala Basarnas Denpasar Hari Adi Purnomo, menerangkan kegiatan uji potensi ini sebagai salah satu upaya meningkatkan sinergitas dengan unsur SAR, TNI, Polri, dan potensi lainnya, sehingga kerjasama dan sinergitas dengan semua komponen tersebut terjaga. Hari mengakui, operasi SAR pada dasarnya bagian dari tanggung jawab Basarnas, namun pada pelaksanaannya dibutuhkan kehadiran semua komponen atau instansi lainnya.
Selama ini, menurut Hari, keberhasilan operasi SAR yang pernah berlangsung, bukan dari Basarnas saja tetapi dari semua unsur SAR yang terlibat. Dia pun mengharapkan dalam situasi darurat ke depannya, kerja sama terus ditingkatkan. Dengan adanya uji ini, diharapkan bisa menjadi dasar acuan dan evaluasi apakah sudah sesuai dengan standard operasional prosedur (SOP).
Sementara, Kasubdit Pengerahan Potensi dan Pengendalian Operasi SAR Basarnas Agus Haryono, mengemukakan operasi SAR dalam kenyataannya memerlukan peran serta dari berbagai pihak. Oleh karenanya harus bersama-sama menyamakan persepsi, meningkatkan komitmen, dan meningkatkan profesionalitas dalam melaksanakan tugas. Dia mengharapkan pula, agar mampu bersikap militan dalam kondisi ekstrem atau dihadapkan pada risiko berbahaya.
“Sampai saat ini sudah ditetapkan bahwa respons time kita dalam menangani laporan permintaan bantuan SAR adalah 28 menit. Namun dari hasil evaluasi di seluruh kantor SAR di Indonesia, berhasil mencapai rata-ratanya 24,5 menit, dan itu patut kita apresiasi,” tandasnya.
Untuk di Bali, menurut Haryono, dalam upaya mendukung kemajuan pariwisata, maka Basarnas senantiasa membangun citra Bali yang positif yakni adanya jaminan keselamatan bagi wisatawan. “Jika terjadi bencana di Bali maka skalanya adalah internasional, akan disorot dan dinilai oleh dunia. Untuk itu, bagaimana kita bersama-sama menangani bencana termasuk salah satu yang pernah ditangani adalah letusan Gunung Agung di tahun 2017. Hal ini pun sudah mendapat apresiasi, karena pada saat itu kita mengevakuasi ratusan wisatawan asing dalam kondisi selamat,” tutur Haryono. *dar
1
Komentar