Disorot, Karena Dapat Bantuan Non Tunai
Rumah Megah Berstiker ‘Keluarga Miskin’
Pemasangan stiker rumah warga miskin penerima bantuan sosial di Kabupaten Klaten 2019 menjadi sorotan.
KLATEN,NusaBali
Sebab, ada satu rumah berlantai dua dan berkeramik ditempeli stiker keluarga miskin. Pantauan detik di Dusun Telukan RT 14/07, Desa Wanglu, Kecamatan Trucuk, Klaten, rumah itu terlihat paling megah dibandingkan tetangga kanan-kirinya. Rumah berlantai dua itu dicat dengan warna hijau dengan hiasan keramik di dinding maupun lantainya.
Rumah itu juga memiliki beranda dengan hiasan pagar besi. Rumah itu terlihat menonjol dibandingkan tetangganya yang hanya berlantai satu.
Pemilik rumah, Erna Musriyatun (36) mengaku rumah mewah itu dibangun dari hasil tabungan kerja suaminya, Marino (36) dan dirinya yang bekerja sebagai buruh serabutan.
"Yang bangun bapak (Marino) dari hasil klumpuk-klumpuk (menabung). Kami orang kecil," kata Erna di rumahnya, Dusun Telukan, Desa Wanglu, Trucuk, Klaten, seperti dilansir detik, Jumat (20/12).
Erna mengaku rumah berlantai dua itu dia bangun secara bertahap sejak 2017 lalu. Rumah itu juga disebutnya belum ditinggali.
"Belum saya tempati. Ini nunggu di rumah ibu dulu," ujar Erna seraya menunjukkan rumah ibunya Reso Sitik yang berada persis di samping rumahnya.
Erna sendiri mengaku belum akan mundur dari penerima bantuan pangan non tunai (BPNT). Apa alasannya?
"Belum mundur, sebab belum lama saya menerima dan yang lain sudah banyak sejak lama," kata Erna.
Erna pun tak mempermasalahkan stiker tanda keluarga miskin itu ditempel di dinding rumahnya. Sebab, dia mengaku baru menerima bantuan beras dan telur sejak terdaftar sebagai penerima bantuan pangan non tunai itu.
Berbeda dengan Erna, di Dusun Posakan Timur, Kecamatan Cawas, ada rumah yang belum diplester dan masih beralaskan tanah yang tidak ditempeli stiker keluarga miskin. Rumah berukuran 4X7 meter itu dihuni Dwi Sularsih dan anaknya.
"Baru sekitar tiga tahun tinggal di dusun. Dulunya di kecamatan lain," kata tetangga Dwi, Slamet Widodo.
Slamet mengatakan rumah tetangganya itu belum terdata sebagai warga miskin. Diduga karena Dwi belum memiliki Kartu Keluarga (KK) sendiri usai pindahan.
"Namun kelihatannya sudah didata dan diajukan beberapa waktu lalu. Hanya mungkin belum selesai," terangnya.
Dihubungi terpisah, Koordinator Kabupaten Pendamping Program Keluarga Harapan (PKH) Klaten, Theo Markis mengaku banyak mendapat laporan terkait rumah mewah yang ditempeli stiker miskin. Dia mengatakan temuan itu bakal dibuatkan berita acara untuk verifikasi.
"Jadi temuan yang bagus dapat, tidak bagus tidak dapat, layak dan tidak layak akan dibuatkan berita acara. Berita acara akan dijadikan bahan tindaklanjut untuk dilaporkan ke pusat, termasuk dimasukkan data ke SIKS-NG (Sistem Informasi Kesejahteraan Sosial Next Generation)," beber Theo. *
Sebab, ada satu rumah berlantai dua dan berkeramik ditempeli stiker keluarga miskin. Pantauan detik di Dusun Telukan RT 14/07, Desa Wanglu, Kecamatan Trucuk, Klaten, rumah itu terlihat paling megah dibandingkan tetangga kanan-kirinya. Rumah berlantai dua itu dicat dengan warna hijau dengan hiasan keramik di dinding maupun lantainya.
Rumah itu juga memiliki beranda dengan hiasan pagar besi. Rumah itu terlihat menonjol dibandingkan tetangganya yang hanya berlantai satu.
Pemilik rumah, Erna Musriyatun (36) mengaku rumah mewah itu dibangun dari hasil tabungan kerja suaminya, Marino (36) dan dirinya yang bekerja sebagai buruh serabutan.
"Yang bangun bapak (Marino) dari hasil klumpuk-klumpuk (menabung). Kami orang kecil," kata Erna di rumahnya, Dusun Telukan, Desa Wanglu, Trucuk, Klaten, seperti dilansir detik, Jumat (20/12).
Erna mengaku rumah berlantai dua itu dia bangun secara bertahap sejak 2017 lalu. Rumah itu juga disebutnya belum ditinggali.
"Belum saya tempati. Ini nunggu di rumah ibu dulu," ujar Erna seraya menunjukkan rumah ibunya Reso Sitik yang berada persis di samping rumahnya.
Erna sendiri mengaku belum akan mundur dari penerima bantuan pangan non tunai (BPNT). Apa alasannya?
"Belum mundur, sebab belum lama saya menerima dan yang lain sudah banyak sejak lama," kata Erna.
Erna pun tak mempermasalahkan stiker tanda keluarga miskin itu ditempel di dinding rumahnya. Sebab, dia mengaku baru menerima bantuan beras dan telur sejak terdaftar sebagai penerima bantuan pangan non tunai itu.
Berbeda dengan Erna, di Dusun Posakan Timur, Kecamatan Cawas, ada rumah yang belum diplester dan masih beralaskan tanah yang tidak ditempeli stiker keluarga miskin. Rumah berukuran 4X7 meter itu dihuni Dwi Sularsih dan anaknya.
"Baru sekitar tiga tahun tinggal di dusun. Dulunya di kecamatan lain," kata tetangga Dwi, Slamet Widodo.
Slamet mengatakan rumah tetangganya itu belum terdata sebagai warga miskin. Diduga karena Dwi belum memiliki Kartu Keluarga (KK) sendiri usai pindahan.
"Namun kelihatannya sudah didata dan diajukan beberapa waktu lalu. Hanya mungkin belum selesai," terangnya.
Dihubungi terpisah, Koordinator Kabupaten Pendamping Program Keluarga Harapan (PKH) Klaten, Theo Markis mengaku banyak mendapat laporan terkait rumah mewah yang ditempeli stiker miskin. Dia mengatakan temuan itu bakal dibuatkan berita acara untuk verifikasi.
"Jadi temuan yang bagus dapat, tidak bagus tidak dapat, layak dan tidak layak akan dibuatkan berita acara. Berita acara akan dijadikan bahan tindaklanjut untuk dilaporkan ke pusat, termasuk dimasukkan data ke SIKS-NG (Sistem Informasi Kesejahteraan Sosial Next Generation)," beber Theo. *
Komentar