Kaum Ibu adalah Garda Terdepan Pencegah Penyalahgunaan Narkoba
Kepala BNN Kabupaten Badung AKBP Ni Ketut Masmini dan Momentum Hari Ibu
Kepala BNN Badung Ni Ketut Masmini mendapat nilai-nilai keteladanan hidup dari ayahnya yang bermatapencaharian sebagai petani dan ibunya.
MANGUPURA, NusaBali
Kepala Badan Narkotika Nasional (BNN) Kabupaten Badung AKBP Ni Ketut Masmini punya cara tersendiri dalam upaya mencegah penyalahgunaan narkoba. Pada momentum Hari Ibu, 22 Desember, perempuan kelahiran 2 Februari 1962 ini mengajak kaum ibu sebagai garda terdepan melakukan pemberantasan narkoba yang berbasis keluarga atau dari lingkungan keluarga.
“Saya sebetulnya miris kalau melihat ada keluarga yang suami dan istrinya terjerat kasus narkoba. Lalu nasib anaknya bagaimana? Saya pernah menangani kasus seperti itu. Tapi hukum tetap harus ditegakkan, tidak bisa saya melepaskan begitu saja hanya karena kasihan,” ujarnya saat ditemui di kawasan Ubung, Denpasar Utara, Sabtu (21/12).
Dalam upaya Pencegahan Pemberantasan Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba (P4GN), peran ibu-ibu sangat penting. Setidaknya dalam lingkungan keluarga, seorang ibu harus bisa memberikan perhatian, memberikan kasih sayang khususnya kepada anak-anak. Jangan sampai anak-anak itu merasa tidak didengarkan keluh kesahnya, sehingga mencari tempat berkeluh kesah di luar. “Setiap sosialisasi, selalu saya sampaikan pentingnya peran ibu-ibu mencegah peredaran narkoba,” tegasnya.
Menurut ibu dua anak dari pernikahannya dengan Gede Santika, ini perempuan di era kekinian tidak saja menikah, melahirkan, dan mengurus rumah tangga—sebagaimana kodrat perempuan. Namun, perempuan juga memiliki hak sama untuk ikut membantu perekonomian keluarga.
“Jadi, pada momentum Hari Ibu ini, kita selaku kaum perempuan harus bisa menunjukkan eksistensi diri bahwa kita juga setara dengan kaum laki-laki. Terlebih saat ini pemerintah memberikan ruang kepada kaum perempuan untuk berbuat di sektor publik,” katanya.
“Untuk itu, saya memaknai Hari Ibu tidak sekadar seremonial belaka. Tapi juga introspeksi terhadap diri sendiri, apa yang telah kita perbuat dan membawa manfaat untuk membangun masyarakat, khususnya di Badung,” imbuhnya.
“Kepada anak-anak, saya juga tanamkan nilai-nilai yang saya juga terima dari orangtua saya. Ayah saya seorang petani, namun mengajarkan arti hidup, bagaiman saya mengenal agama dengan baik, bagaimana saya mengenal siapa saya untuk menjaga diri sebagai seorang perempuan. Jadi teladan saya adalah bapak saya,” kata anak keempat dari delapan bersaudara itu.
Tidak saja mendapatkan nilai-nilai keteladanan dari sosok ayah, I Nengah Wenda (almarhum), perempuan lulusan Program Studi Magister (S2) Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Udayana, ini juga mendapatkan nilai-nilai keteladanan dari sang ibu, Ni Nengah Wendi (almarhum).
“Ibu saya sekalipun sebagai ibu rumah tangga, tetapi mengerti akan perkembangan ke depan. Sehingga mengajarkan saya pentingnya pendidikan, supaya punya bekal untuk nanti saat berumah tangga,” ucap Masmini.
Dia berpesan kepada kaum hawa di mana pun berada supaya menjadi perempuan yang bermanfaat dan menginspirasi.
Disinggung bagaimana menyeimbangkan antara kepentingan karier dan keluarga, Masmini mengaku tidaklah rumit. “Yang penting bisa membagi waktu saja. Saya ngayah seperti ibu-ibu pada umumya. Mana kala di Desa Adat Sanget ada kegiatan adat, saya juga ikut. Begitu pun kalau saya di kantor, saya Kepala BNN, tapi kalau di rumah, saya ibu rumah tangga. Kalau di lingkungan adat, ya saya sama seperti krama yang lain,” katanya.
Bagaimana dengan rutinitas selaku perempuan Bali dalam urusan nyampat, memasak, dan macanang? “Saya kan tidak punya asisten rumah tangga. Jadi, ya saya sama seperti ibu rumah tangga yang lain. Menyiapkan sarapan untuk keluarga. Tapi kami juga berbagi dengan anak-anak dan suami, mana kala saya sibuk, dikerjakan oleh anak-anak saya. Kebetulan anak-anak saya adalah anak-anak mandiri,” kata Masmini.
“Untuk urusan membuat canang, saya dari kecil sudah diajarkan agama oleh orangtua. Waktu saya kecil, setiap ada upacara dan hari raya, saya tidak dikasih ke dapur, karena ke dapur semua orang bisa. Tapi membuat sajen tidak semua orang bisa. Jadi itu yang diajarkan orangtua kepada saya,” tandasnya.
“Apa yang saya dapatkan dari orangtua, juga saya ajarkan kepada kedua anak saya (Putu Indah Permatasari dan Made Intan Permatasari). Mengenai masalah pendidikan, apa yang anak-anak tempuh sepanjang itu membawa hal positif, saya ikuti. Yang penting bagi saya apa yang dipilih dengan segala konsekuensinya harus dipertanggungjawabkan,” tandas Masmini yang juga staf pengajar di Universitas Mahasaraswati. *asa
“Saya sebetulnya miris kalau melihat ada keluarga yang suami dan istrinya terjerat kasus narkoba. Lalu nasib anaknya bagaimana? Saya pernah menangani kasus seperti itu. Tapi hukum tetap harus ditegakkan, tidak bisa saya melepaskan begitu saja hanya karena kasihan,” ujarnya saat ditemui di kawasan Ubung, Denpasar Utara, Sabtu (21/12).
Dalam upaya Pencegahan Pemberantasan Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba (P4GN), peran ibu-ibu sangat penting. Setidaknya dalam lingkungan keluarga, seorang ibu harus bisa memberikan perhatian, memberikan kasih sayang khususnya kepada anak-anak. Jangan sampai anak-anak itu merasa tidak didengarkan keluh kesahnya, sehingga mencari tempat berkeluh kesah di luar. “Setiap sosialisasi, selalu saya sampaikan pentingnya peran ibu-ibu mencegah peredaran narkoba,” tegasnya.
Menurut ibu dua anak dari pernikahannya dengan Gede Santika, ini perempuan di era kekinian tidak saja menikah, melahirkan, dan mengurus rumah tangga—sebagaimana kodrat perempuan. Namun, perempuan juga memiliki hak sama untuk ikut membantu perekonomian keluarga.
“Jadi, pada momentum Hari Ibu ini, kita selaku kaum perempuan harus bisa menunjukkan eksistensi diri bahwa kita juga setara dengan kaum laki-laki. Terlebih saat ini pemerintah memberikan ruang kepada kaum perempuan untuk berbuat di sektor publik,” katanya.
“Untuk itu, saya memaknai Hari Ibu tidak sekadar seremonial belaka. Tapi juga introspeksi terhadap diri sendiri, apa yang telah kita perbuat dan membawa manfaat untuk membangun masyarakat, khususnya di Badung,” imbuhnya.
“Kepada anak-anak, saya juga tanamkan nilai-nilai yang saya juga terima dari orangtua saya. Ayah saya seorang petani, namun mengajarkan arti hidup, bagaiman saya mengenal agama dengan baik, bagaimana saya mengenal siapa saya untuk menjaga diri sebagai seorang perempuan. Jadi teladan saya adalah bapak saya,” kata anak keempat dari delapan bersaudara itu.
Tidak saja mendapatkan nilai-nilai keteladanan dari sosok ayah, I Nengah Wenda (almarhum), perempuan lulusan Program Studi Magister (S2) Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Udayana, ini juga mendapatkan nilai-nilai keteladanan dari sang ibu, Ni Nengah Wendi (almarhum).
“Ibu saya sekalipun sebagai ibu rumah tangga, tetapi mengerti akan perkembangan ke depan. Sehingga mengajarkan saya pentingnya pendidikan, supaya punya bekal untuk nanti saat berumah tangga,” ucap Masmini.
Dia berpesan kepada kaum hawa di mana pun berada supaya menjadi perempuan yang bermanfaat dan menginspirasi.
Disinggung bagaimana menyeimbangkan antara kepentingan karier dan keluarga, Masmini mengaku tidaklah rumit. “Yang penting bisa membagi waktu saja. Saya ngayah seperti ibu-ibu pada umumya. Mana kala di Desa Adat Sanget ada kegiatan adat, saya juga ikut. Begitu pun kalau saya di kantor, saya Kepala BNN, tapi kalau di rumah, saya ibu rumah tangga. Kalau di lingkungan adat, ya saya sama seperti krama yang lain,” katanya.
Bagaimana dengan rutinitas selaku perempuan Bali dalam urusan nyampat, memasak, dan macanang? “Saya kan tidak punya asisten rumah tangga. Jadi, ya saya sama seperti ibu rumah tangga yang lain. Menyiapkan sarapan untuk keluarga. Tapi kami juga berbagi dengan anak-anak dan suami, mana kala saya sibuk, dikerjakan oleh anak-anak saya. Kebetulan anak-anak saya adalah anak-anak mandiri,” kata Masmini.
“Untuk urusan membuat canang, saya dari kecil sudah diajarkan agama oleh orangtua. Waktu saya kecil, setiap ada upacara dan hari raya, saya tidak dikasih ke dapur, karena ke dapur semua orang bisa. Tapi membuat sajen tidak semua orang bisa. Jadi itu yang diajarkan orangtua kepada saya,” tandasnya.
“Apa yang saya dapatkan dari orangtua, juga saya ajarkan kepada kedua anak saya (Putu Indah Permatasari dan Made Intan Permatasari). Mengenai masalah pendidikan, apa yang anak-anak tempuh sepanjang itu membawa hal positif, saya ikuti. Yang penting bagi saya apa yang dipilih dengan segala konsekuensinya harus dipertanggungjawabkan,” tandas Masmini yang juga staf pengajar di Universitas Mahasaraswati. *asa
1
Komentar