Pohon Natal 11 Meter dari Daun Lontar
Selain memberi kesan ramah lingkungan, nantinya pohon natal yang dihias di luar Gereja Katedral Paroki Roh Kudus ini bisa menjadi spot foto.
DENPASAR, NusaBali
Setelah membuat pohon natal berbahan botol plastik tahun lalu, kali ini Gereja Katedral Paroki Roh Kudus di Jalan Tukad Musi Nomor 1, Denpasar, membuat pohon natal berbahan daun lontar untuk menyambut Hari Raya Natal bagi umat Kristiani, pada 25 Desember 2019. Pengerjaan pohon natal dengan tinggi 11 meter dan diameter bawah 4 meter itu pun hampir rampung saat NusaBali menyambangi gereja tersebut, Minggu (22/12).
Koordinator Seksi Dekorasi Perayaan Natal, Bebiana Marchelina, mengatakan dipilihnya daun lontar sebagai bahan dekorasi pohon natal tiada lain karena mengambil tema ramah lingkungan sesuai imbauan dari Pemerintah Provinsi Bali untuk menggunakan bahan-bahan yang ramah lingkungan. “Bahan ramah lingkungan itu kan banyak. Tapi kami pilih lontar, pertama karena awet, walaupun kena hujan tidak kenapa-kenapa. Kedua, karena ini mencirikan Bali banget. Eksteriornya Gereja Katedral ini juga Balinese, jadi nyambung dengan pohon natal ini,” ujarnya di sela pemasangan daun lontar, kemarin sore.
Diungkapkan, persiapan pembuatan pohon natal raksasa ini sudah sejak pertengahan November 2019, diawali dengan kerja bakti menganyam daun lontar. Anyaman yang dibuat seperti bentuk tutup sesaji atau juga menyerupai topi petani. Kegiatan menganyam dilakukan oleh sekitar 20 orang jemaat selama dua kali seminggu. “Setelah selesai menganyam, barulah tanggal 17 Desember 2019 mulai mendirikan pohon natal sampai sekarang. Targetnya malam ini (kemarin malam, red) sudah rampung semua, termasuk lightingnya,” ungkapnya.
Bebi mengatakan, biaya yang dikeluarkan kurang lebih sebanyak Rp 10 juta-15 juta. Biaya meliputi pembelian daun lontar dan lighting. “Lontar itu kan hitungannya satu gabung besar gitu. Untuk pohon natal ini perlu 8-10 gabung besar lontar. Rata-rata sebanyak 10 orang yang mengerjakan setiap harinya,” katanya.
Selain memberi kesan ramah lingkungan, nantinya pohon natal yang dihias di luar gereja ini bisa menjadi spot foto. Selain dekorasi di luar gereja, nantinya juga ada dekorasi di dalam gereja berupa merangkai bunga dan dekorasi pembuatan kandang. “Yang inti itu adalah pohon, kandang, dan dekorasi di dalam,” katanya.
Sebelumnya, pada tahun lalu (2018), pohon natal juga tak kalah menariknya. Pohon natal juga setinggi 11 meter dengan bahan menggunakan botol mineral dari plastik. Botol mineral terlebih dahulu dirangkai menggunakan kawat untuk menjadi daun pohon natal. Adapun pohon natal tersebut memerlukan sekitar 8.000 botol mineral. Uniknya, botol plastik itu tidak dengan membeli, namun dengan mengumpulkan sendiri dari masing-masing jemaat. Secara tidak langsung memberikan edukasi untuk memanfaatkan botol plastik dengan baik di tingkat rumah tangga. *ind
Koordinator Seksi Dekorasi Perayaan Natal, Bebiana Marchelina, mengatakan dipilihnya daun lontar sebagai bahan dekorasi pohon natal tiada lain karena mengambil tema ramah lingkungan sesuai imbauan dari Pemerintah Provinsi Bali untuk menggunakan bahan-bahan yang ramah lingkungan. “Bahan ramah lingkungan itu kan banyak. Tapi kami pilih lontar, pertama karena awet, walaupun kena hujan tidak kenapa-kenapa. Kedua, karena ini mencirikan Bali banget. Eksteriornya Gereja Katedral ini juga Balinese, jadi nyambung dengan pohon natal ini,” ujarnya di sela pemasangan daun lontar, kemarin sore.
Diungkapkan, persiapan pembuatan pohon natal raksasa ini sudah sejak pertengahan November 2019, diawali dengan kerja bakti menganyam daun lontar. Anyaman yang dibuat seperti bentuk tutup sesaji atau juga menyerupai topi petani. Kegiatan menganyam dilakukan oleh sekitar 20 orang jemaat selama dua kali seminggu. “Setelah selesai menganyam, barulah tanggal 17 Desember 2019 mulai mendirikan pohon natal sampai sekarang. Targetnya malam ini (kemarin malam, red) sudah rampung semua, termasuk lightingnya,” ungkapnya.
Bebi mengatakan, biaya yang dikeluarkan kurang lebih sebanyak Rp 10 juta-15 juta. Biaya meliputi pembelian daun lontar dan lighting. “Lontar itu kan hitungannya satu gabung besar gitu. Untuk pohon natal ini perlu 8-10 gabung besar lontar. Rata-rata sebanyak 10 orang yang mengerjakan setiap harinya,” katanya.
Selain memberi kesan ramah lingkungan, nantinya pohon natal yang dihias di luar gereja ini bisa menjadi spot foto. Selain dekorasi di luar gereja, nantinya juga ada dekorasi di dalam gereja berupa merangkai bunga dan dekorasi pembuatan kandang. “Yang inti itu adalah pohon, kandang, dan dekorasi di dalam,” katanya.
Sebelumnya, pada tahun lalu (2018), pohon natal juga tak kalah menariknya. Pohon natal juga setinggi 11 meter dengan bahan menggunakan botol mineral dari plastik. Botol mineral terlebih dahulu dirangkai menggunakan kawat untuk menjadi daun pohon natal. Adapun pohon natal tersebut memerlukan sekitar 8.000 botol mineral. Uniknya, botol plastik itu tidak dengan membeli, namun dengan mengumpulkan sendiri dari masing-masing jemaat. Secara tidak langsung memberikan edukasi untuk memanfaatkan botol plastik dengan baik di tingkat rumah tangga. *ind
Komentar