Getih Pamor, Lakon Perebutan Simbol Kuasa dan Wanita
Ujian Akhir Drama Tingkat Lanjut Mahasiswa ISI Denpasar
Pertunjukan drama gong Bali memang selalu menarik untuk disimak.
DENPASAR, NusaBali
Demikian halnya dengan pentas drama gong yang ditampilkan oleh mahasiswa semester 5 Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar. Mahasiswa kelas 5B jurusan Pendidikan Seni Pertunjukan ini menampilkan lakon Getih Pamor dalam pentas drama gong yang berlangsung pada Sabtu (21/12) malam, bertempat di Gedung Natya Mandala, Kampus ISI Denpasar. Pementasan ini merupakan bentuk ujian akhir yang dilakukan dalam mata kuliah Drama Tingkat Lanjut yang melibatkan seluruh anggota kelas 5B sebagai jajaran pemain.
Lakon yang merupakan garapan orisinil mahasiswa ini menceritakan tentang perebutan keris pusaka kerajaan Kerta Negara yang dipimpin oleh seorang ratu. Sang ratu, yang tak memiliki putra pewaris, mengundang dua ksatria dari Puri Saren Kangin dan Puri Saren Kauh untuk kemudian dipilih salah satunya sebagai putra mahkota dan pemilik baru keris pusaka Kerta Negara. Keputusan sang ratu untuk memilih Dharma Jaya dari Puri Saren Kangin sebagai pewaris menimbulkan rasa iri di hati Raden Keliki dan patihnya, Ki Barak dari Puri Saren Kauh, terlebih lagi setelah Dharma Jaya juga berhasil merebut hati Putri Diah Ayu, putri sang ratu Kerta Negara.
Lakon yang merupakan garapan orisinil mahasiswa ini menceritakan tentang perebutan keris pusaka kerajaan Kerta Negara yang dipimpin oleh seorang ratu. Sang ratu, yang tak memiliki putra pewaris, mengundang dua ksatria dari Puri Saren Kangin dan Puri Saren Kauh untuk kemudian dipilih salah satunya sebagai putra mahkota dan pemilik baru keris pusaka Kerta Negara. Keputusan sang ratu untuk memilih Dharma Jaya dari Puri Saren Kangin sebagai pewaris menimbulkan rasa iri di hati Raden Keliki dan patihnya, Ki Barak dari Puri Saren Kauh, terlebih lagi setelah Dharma Jaya juga berhasil merebut hati Putri Diah Ayu, putri sang ratu Kerta Negara.
Keirian ini membuat Raden Keliki dan Ki Barak menyusun siasat untuk menjatuhkan Dharma Jaya, yang berujung pada terbunuhnya Dharma Jaya dan Putri Diah Ayu. “Memang ada mahasiswa yang memilih cerita yang sudah ada pada umumnya, tetapi untuk kelas B ini dia buat sendiri. Dia merangkai dari scene-scene tersebut, dan mendapatkan klimaksnya, itu dibicarakan dengan saya. Barulah setelah dibuat dalam naskah drama, baru dilakukan casting,” ujar Ni Wayan Suratmi SSn MSn, dosen pengampu mata kuliah Drama Tingkat Lanjut ISI Denpasar.
Pementasan ini sukses menuai decak kagum dari para penonton yang setia menyaksikan pementasan yang berlangsung hingga tengah malam ini. Penjiwaan oleh para pemain lakon ini turut menghanyutkan emosi penonton terutama di puncak cerita ketika Dharma Jaya bersedia mati karena tuduhan yang ditimpakan kepadanya, dan disusul oleh kematian Diah Ayu. Kesuksesan pementasan ini tentu tak lepas dari kerja keras seluruh kru yang terlibat dalam pementasan.
“Saya sebagai dosen pengampu, terutama dalam drama tingkat lanjut, yang diisi dengan drama gong, memang dari awal adik-adik ini luar biasa sekali. Semangat untuk ingin tahunya untuk belajar drama gong ini dia melakukan beberapa macam cara yaitu seperti mengejar saya khususnya, latihan ke rumah saya. Setiap latihan itu ada evaluasi, dan dia selalu merekam. Hasil dari latihan tersebut luar biasa sekali, adik-adik ini totalitas sekali untuk memainkan, sehingga hasil yang kita peroleh malam hari ini luar biasa sekali,” puji Ni Wayan Suratmi.*
1
Komentar