PLN Bali Siapkan Tambahan Pembangkit 250 MW Tahun 2020
PLN Distribusi Bali berencana akan menambah pasokan listrik di Bali hingga 2024 mendatang.
DENPASAR, NusaBali
Pasokan tersebut akan ditampung dalam pembangkit berkapasitas 250 Mega Watt (MW) di kawasan timur dan barat Pulau Bali. Hal tersebut untuk mengantisipasi krisis yang terjadi kedepannya sebelum jaringan Jawa-Bali Crossing yang baru ditarget bisa beroperasi 2024 mendatang.
Pembangunan tersebut sebagai upaya menambah daya di Bali yang selama ini baru mencapai 1.434 MW sedangkan beban puncak pemakaian listrik hingga 6 Desember 2019 mencapai 966 MW. Dengan beban puncak yang semakin bertambah, PLN menginginkan adanya penambahan daya sebagai penguat jaringan antara Bali Barat dan Bali Timur yang direncanakan dibangun mulai tahun 2020 secara bertahap.
"Kita di Bali kemungkinan akan mengalami krisis dengam pemakaian listrik yang semakin meningkat. Sementara proses Jawa-Bali Crosing masih menunggu tahun 2024. Sementara, dalam 4 tahun kedepan kita mesti memiliki antisipasi itu. Sesuai dengan rencana program kita akan menambah pembangkit 250 MW," ungkap General Manager PLN Distribusi Bali, Nyoman Suwarjoni Astawa saat bertemu insan media dalam Media Gathering PLN Distribusi Bali, di kawasan Sanur, Denpasar, Senin (23/12).
Suwarjoni mengatakan, proses Jawa-Bali Crossing saat ini tengah menjadi program utama agar bisa menyuplai pasokan listrik supaya tidak kembali mengalami blackout seperti yang terjadi pada September 2018 lalu, karena pasokan listrik melalui kabel laut hanya bisa terpasang 400 MW dan mengantisipasi gangguan Jawa-Bali conection. Jika sudah ada Jawa-Bali Crossing Suwarjoni memastikan Bali akan aman dari krisis listrik.
Menurut Suwarjoni, saat ini pihaknya juga masih memikirkan terkait perencanaan lokasi Jawa-Bali Crossing. Sebab, sesuai arahan Gubernur Bali, I Wayan Koster, pihaknya diminta untuk membuat pembangkit di Bali agar bisa mandiri dalam pasokan listrik. "Untuk menjadi satu kesatuan sistem, kami juga sedang memikirkan lokasinya, apakah di Jawa apa di Bali. Agar selaras kata pak Gubernur dibuat di Bali saja, karena sesuai program Gubernur untuk Bali mandiri energi. Jadi kalau dibangun di Jawa transfer ke Bali, sekalian saja katanya di Bali tidak perlu lagi transfer dari Jawa," ungkapnya.
Sementara, pasokan saat ini diakuinya masih cukup aman dengan pelanggan yang mencapai 1.459.587. Namun, saat ini, kata dia, masih ada sekitar 1.300 pelanggan yang belum terlayani karena berbagai faktor, salah satunya faktor sosial. Dengan banyaknya pelanggan dan penggunaan daya setiap tempat hal itu yang harus diantisipasi oleh PLN. Bahkan, untuk menyasar agar seluruh kabupaten di Bali memiliki keandalan listrik, PLN juga akan membangun Gardu Induk (GI) di Bangli yang satu-satunya kabupaten belum memiliki GI. "Kami juga akan segera membangun GI di Bangli kami baru sadar Kabupaten Bangli hingga saat ini belum memiliki GI. Memang wajib setiap kabupaten minimalnya ada satu GI," jelasnya. *mis
Pasokan tersebut akan ditampung dalam pembangkit berkapasitas 250 Mega Watt (MW) di kawasan timur dan barat Pulau Bali. Hal tersebut untuk mengantisipasi krisis yang terjadi kedepannya sebelum jaringan Jawa-Bali Crossing yang baru ditarget bisa beroperasi 2024 mendatang.
Pembangunan tersebut sebagai upaya menambah daya di Bali yang selama ini baru mencapai 1.434 MW sedangkan beban puncak pemakaian listrik hingga 6 Desember 2019 mencapai 966 MW. Dengan beban puncak yang semakin bertambah, PLN menginginkan adanya penambahan daya sebagai penguat jaringan antara Bali Barat dan Bali Timur yang direncanakan dibangun mulai tahun 2020 secara bertahap.
"Kita di Bali kemungkinan akan mengalami krisis dengam pemakaian listrik yang semakin meningkat. Sementara proses Jawa-Bali Crosing masih menunggu tahun 2024. Sementara, dalam 4 tahun kedepan kita mesti memiliki antisipasi itu. Sesuai dengan rencana program kita akan menambah pembangkit 250 MW," ungkap General Manager PLN Distribusi Bali, Nyoman Suwarjoni Astawa saat bertemu insan media dalam Media Gathering PLN Distribusi Bali, di kawasan Sanur, Denpasar, Senin (23/12).
Suwarjoni mengatakan, proses Jawa-Bali Crossing saat ini tengah menjadi program utama agar bisa menyuplai pasokan listrik supaya tidak kembali mengalami blackout seperti yang terjadi pada September 2018 lalu, karena pasokan listrik melalui kabel laut hanya bisa terpasang 400 MW dan mengantisipasi gangguan Jawa-Bali conection. Jika sudah ada Jawa-Bali Crossing Suwarjoni memastikan Bali akan aman dari krisis listrik.
Menurut Suwarjoni, saat ini pihaknya juga masih memikirkan terkait perencanaan lokasi Jawa-Bali Crossing. Sebab, sesuai arahan Gubernur Bali, I Wayan Koster, pihaknya diminta untuk membuat pembangkit di Bali agar bisa mandiri dalam pasokan listrik. "Untuk menjadi satu kesatuan sistem, kami juga sedang memikirkan lokasinya, apakah di Jawa apa di Bali. Agar selaras kata pak Gubernur dibuat di Bali saja, karena sesuai program Gubernur untuk Bali mandiri energi. Jadi kalau dibangun di Jawa transfer ke Bali, sekalian saja katanya di Bali tidak perlu lagi transfer dari Jawa," ungkapnya.
Sementara, pasokan saat ini diakuinya masih cukup aman dengan pelanggan yang mencapai 1.459.587. Namun, saat ini, kata dia, masih ada sekitar 1.300 pelanggan yang belum terlayani karena berbagai faktor, salah satunya faktor sosial. Dengan banyaknya pelanggan dan penggunaan daya setiap tempat hal itu yang harus diantisipasi oleh PLN. Bahkan, untuk menyasar agar seluruh kabupaten di Bali memiliki keandalan listrik, PLN juga akan membangun Gardu Induk (GI) di Bangli yang satu-satunya kabupaten belum memiliki GI. "Kami juga akan segera membangun GI di Bangli kami baru sadar Kabupaten Bangli hingga saat ini belum memiliki GI. Memang wajib setiap kabupaten minimalnya ada satu GI," jelasnya. *mis
Komentar