KONI Karangasem Proteksi Agastya
Kami sampaikan untuk tetap bertahan dan bangga membela Karangasem dan Bali, baik di even nasional dan internasional. Agas pun punya komitmen tetap membela daerah asalnya.
AMLAPURA, NusaBali
Ketua Umum KONI Karangasem Putu Toya langsung memproteksi pejudo andalannya yang baru saja meraih medali emas SEA Games 2019, yakni I Gede Agastya Dharma Wardana. KONI Karangasem bersama Pengprov PJSI Bali membantu kepindahan pejudo asal Bandem ke sekolah ke SMUN 1 Amlapura, dari SMAN 1 Sukaresmi, Cianjur, Jawa Barat.
"Kami sudah sampaikan langsung ke atletnya, untuk tetap bertahan dan bangga membela Karangasem dan Bali di berbagai event, baik nasional dan internasional. Agas (panggilan Agastya, red.) pun punya komitmen tetap membela daerahnya," kata Putu Toya, Senin (23/12).
Putu Toya pun menegaskan, ke depannya Agas diharapkan menjadi ikon atlet Karangasem. Terutama, dalam mencari dan menumbuhkan motivasi atlet lainnya. Tidak hanya di cabor judo, tapi atlet di cabor lainnya. Apalagi dengan usia yang masih sangat muda, yakni 17 tahun pada 7 Januari 2020 nanti. Jadi pada SEA Games lalu dan dia menunjukkan prestasi terbaiknya pada usia 16.
"Jangan malu jadi atlet Karangasem. Biasanya atlet Karangsem itu semangatnya juangnya berlipat, di tengah keterbatasan ang ada. Motivasinya tidak usah diragukan lagi," terang Putu Toya.
Apalagi, kata Putu Toya, perhatian pemerintah kabupaten maupun provinsi saat ini juga semakin bagus. Hanya saja, kata Putu Toya, PR atau pekerjaan besar ke depannya membuat standar latihan agar tidak sampai kendor dan setara di Pelatnas. Menurutnya, pelatih Agas harus menyesuaikan standar yang dijalani Agas saat di Pelatnas.
Sementara itu Agastya sendiri siap menjaga komitmen membela tanah kelahirannya. Sebab, dirinya merasa belajar judo juga dimulai dari Karangasem. Jadi dia tetap siap memberikan prestasi terbaiknya untuk Karangasem dan Bali.
Menanggapi PON Papua XX/2020, menurut Agas, pindah sekolah ke Bali juga menjadi serangkaian persiapan ke even tersebut. Namun dari segi target emas, dia belum berani menyampaikan. Sebab, dari lima pejudo di kelas + 100 kg di Pelatnas, semuanya atlet bagus. Bahkan saat penetapan tim inti melalui perdebatan panjang.
Dengan berbagai pertimbangan, kata Agas, pelatih memilih dirinya mewakili Indonesia. Tapi sebelum itu memang terjadi banyak tarik ukur, karena kualitas di kelasnya memang merata dan hampir seimbang. Jadi, kata Agas, dirinya tidak bisa dikatakan mendominasisaat di Pelatnas.
"Namun target pribadi saya hanya berusaha sekuat tenaga saat di PON Papua," kata Agastya Dharma Wardana. *dek
"Kami sudah sampaikan langsung ke atletnya, untuk tetap bertahan dan bangga membela Karangasem dan Bali di berbagai event, baik nasional dan internasional. Agas (panggilan Agastya, red.) pun punya komitmen tetap membela daerahnya," kata Putu Toya, Senin (23/12).
Putu Toya pun menegaskan, ke depannya Agas diharapkan menjadi ikon atlet Karangasem. Terutama, dalam mencari dan menumbuhkan motivasi atlet lainnya. Tidak hanya di cabor judo, tapi atlet di cabor lainnya. Apalagi dengan usia yang masih sangat muda, yakni 17 tahun pada 7 Januari 2020 nanti. Jadi pada SEA Games lalu dan dia menunjukkan prestasi terbaiknya pada usia 16.
"Jangan malu jadi atlet Karangasem. Biasanya atlet Karangsem itu semangatnya juangnya berlipat, di tengah keterbatasan ang ada. Motivasinya tidak usah diragukan lagi," terang Putu Toya.
Apalagi, kata Putu Toya, perhatian pemerintah kabupaten maupun provinsi saat ini juga semakin bagus. Hanya saja, kata Putu Toya, PR atau pekerjaan besar ke depannya membuat standar latihan agar tidak sampai kendor dan setara di Pelatnas. Menurutnya, pelatih Agas harus menyesuaikan standar yang dijalani Agas saat di Pelatnas.
Sementara itu Agastya sendiri siap menjaga komitmen membela tanah kelahirannya. Sebab, dirinya merasa belajar judo juga dimulai dari Karangasem. Jadi dia tetap siap memberikan prestasi terbaiknya untuk Karangasem dan Bali.
Menanggapi PON Papua XX/2020, menurut Agas, pindah sekolah ke Bali juga menjadi serangkaian persiapan ke even tersebut. Namun dari segi target emas, dia belum berani menyampaikan. Sebab, dari lima pejudo di kelas + 100 kg di Pelatnas, semuanya atlet bagus. Bahkan saat penetapan tim inti melalui perdebatan panjang.
Dengan berbagai pertimbangan, kata Agas, pelatih memilih dirinya mewakili Indonesia. Tapi sebelum itu memang terjadi banyak tarik ukur, karena kualitas di kelasnya memang merata dan hampir seimbang. Jadi, kata Agas, dirinya tidak bisa dikatakan mendominasisaat di Pelatnas.
"Namun target pribadi saya hanya berusaha sekuat tenaga saat di PON Papua," kata Agastya Dharma Wardana. *dek
1
Komentar