Menyulap Sampah Menjadi Pundi Rupiah
SAMPAH yang menjadi masalah bagi lingkungan ternyata juga bisa memiliki nilai ekonomi asalkan dikelola dengan baik.
KUDUS, NusaBali
Keyakinan inilah yang merasuk dalam diri warga Perumahan Muria Indah, Desa Gondangmanis, Bae, Kudus, Jawa Tengah, di bawah tim Muria Indah Go Green (MI2G) dengan duta Rumah Kreasi Kampung Iklim. Sampah disulap menjadi berbagai kerajinan yang bernilai ekonomi seperti tas, baju karnaval, tikar plastik, tempat gelas dan pot bunga, dompet hingga berbagai jenis souvenir.
Gerakan tersebut berawal kecemasan warga terkait sampah yang produksinya kian menggunung terutama sampah plastik. Maka mereka berinisiatif mendirikan Bank Sampah Muria Berseri pada tahun 2012. Berbagai kegiatan pun dihelat melalui bank sampah tersebut, misalnya edukasi kepada masyarakat untuk memilah sampah sesuai jenisnya. Seiring berjalannya waktu, para ibu anggota Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (PKK) tersebut lalu membentuk Rumah Kreasi Kampung Iklim yang mewadahi para pegiat lingkungan dengan kegiatan utamanya mengolah sampah menjadi barang kerajinan.
Proses pembuatan kerajinan berawal dengan mengambil sampah dari Bank Sampah Muria Berseri yang sudah dipilah sesuai jenisnya. Kemudian sampah tersebut dicuci, digunting, dibuat pola, dijahit, diwarnai dan menjadi bentuk jadi barang kerajinan.
Mereka memanfaatkan media sosial untuk memasarkan aneka kerajinan tersebut ke berbagai kota di Indonesia dengan harga jual mulai dari Rp10 ribu hingga Rp2,5 juta tergantung jenis kerajinan dan tingkat kesulitannya.Semua kegiatan positif ibu-ibu tersebut menjadi contoh nyata peran aktif warga dalam mengelola sampah. Selain berperan menjaga kelestarian lingkungan dari ancaman sampah terutama plastik, para ibu tersebut juga bisa mendulang pundi-pundi rupiah yang membantu perekonomian para anggotanya.*ant
Gerakan tersebut berawal kecemasan warga terkait sampah yang produksinya kian menggunung terutama sampah plastik. Maka mereka berinisiatif mendirikan Bank Sampah Muria Berseri pada tahun 2012. Berbagai kegiatan pun dihelat melalui bank sampah tersebut, misalnya edukasi kepada masyarakat untuk memilah sampah sesuai jenisnya. Seiring berjalannya waktu, para ibu anggota Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (PKK) tersebut lalu membentuk Rumah Kreasi Kampung Iklim yang mewadahi para pegiat lingkungan dengan kegiatan utamanya mengolah sampah menjadi barang kerajinan.
Proses pembuatan kerajinan berawal dengan mengambil sampah dari Bank Sampah Muria Berseri yang sudah dipilah sesuai jenisnya. Kemudian sampah tersebut dicuci, digunting, dibuat pola, dijahit, diwarnai dan menjadi bentuk jadi barang kerajinan.
Mereka memanfaatkan media sosial untuk memasarkan aneka kerajinan tersebut ke berbagai kota di Indonesia dengan harga jual mulai dari Rp10 ribu hingga Rp2,5 juta tergantung jenis kerajinan dan tingkat kesulitannya.Semua kegiatan positif ibu-ibu tersebut menjadi contoh nyata peran aktif warga dalam mengelola sampah. Selain berperan menjaga kelestarian lingkungan dari ancaman sampah terutama plastik, para ibu tersebut juga bisa mendulang pundi-pundi rupiah yang membantu perekonomian para anggotanya.*ant
Komentar