Artis (Masih) Jadi ‘Senjata’ Parpol Raup Suara
SENIMAN lawak Bali, Sengap, tiba-tiba saja menjadi viral di dunia maya (medsos) dan menjadi buah bibir di dunia nyata.
Namun kali ini bukan karena lawakannya yang terkenal dengan joke-joke segarnya, tapi karena urusan politik. Ya, pelawak bernama asli Nyoman Ardika asal Banjar Jakatebel, Desa Tangguntiti, Kecamatan Selemadeg Timur, Tabanan, ini baru-baru ini ramai diberitakan di media massa karena bakal maju menjadi calon Wakil Bupati pada Pilkada Tabanan 2020. Dalam berita itu, Sengap dikabarkan telah mengisi formulir pendaftaran calon Wakil Bupati Tabanan melalui Partai NasDem.
Kabar ini pun sontak menimbulkan kehebohan. Para netizen (warga di dunia maya) maupun warga di dunia nyata, ramai-ramai berkomentar.
Warga, khususnya di Kabupaten Tabanan, pun banyak yang mendukung keberanian Sengap nyalon menjadi kepala daerah apalagi yang bakal dilawannya nanti adalah jago PDI Perjuangan, partai superior di daerah lumbung beras tersebut. Warga bahkan ada yang sesumbar menyebut Sengap bisa membawa perubahan di Tabanan yang dinilainya tidak ada perkembangan berarti dari pemimpin yang sudah berkuasa selama dua periode ini.
Namun tak sedikit juga yang mencibir, karena Sengap yang selama ini tidak pernah terjun di dunia politik tiba-tiba ingin menjadi kepala daerah dengan hanya bermodalkan popularitas belaka. “Memimpin daerah tidak bisa dengan hanya modal melawak bro..!,” sindir seorang warga.
Nah, sebelum kehebohan berita semakin meluas, pelawak anggota Celokontong Mas ini pun langsung bereaksi memberikan klarifikasi.
Dalam keterangan kepada media, Sengap dengan tegas menyatakan dirinya belum ada keinginannya masuk politik apalagi bakal nyalon Pilkada Tabanan 2020.
Terkait berita yang berkembang, Sengap menjelaskan sebelumnya memang ada dari pengurus Partai NasDem mengirimkan pesan lewat WhatsApp (WA). Setelah dibuka tanpa disangka berisi formulir calon wakil bupati. “Saat itu tidak saya balas, dan tidak komen apapun. Jadi tidak ada yang memberikan formulir sampai bertemu, hanya lewat WhatsApp,” ujarnya. “Kalaupun pun nanti ada yang mencari, saya tidak akan menolak secara kasar, namun memilih memberikan kesempatan kepada yang lain karena saya masih berkonsentrasi di kesenian. Lebih baik menjadi pragina di mana-mana kelihatan,” imbuhnya.
Sejatinya, tak hanya Sengap saja yang disodori formulir oleh Partai NasDem Tabanan. Partai besutan Surya Paloh ini bahkan bergerilya lakukan penjaringan calon untuk Pilkada Tabanan 2020 dengan ‘jemput bola’ mendatangi sejumlah tokoh lainnya.
Ada tiga tokoh yang sudah diberikan formulir pendaftaran cabup-cawabup Tabanan, yakni Anak Agung Ngurah Panji Astika (tokoh Puri Anom Tabanan), I Gusti Kade Hery Angligan (advokat dan pengusaha), I Wayan Satrayasa (akademisi dan bekerja di BUMN Batam). Lantas, kenapa hanya Sengap yang menimbulkan kehebohan dan menjadi buah bibir di masyarakat?
Setidaknya, di saat partai politik krisis figur untuk ditarungkan dalam Pilkada, apalagi melawan incumbent plus jago PDIP pula, strategi dari Partai NasDem Tabanan ‘memainkan’ figur publik (selebriti/artis) terkenal sekelas Sengap cukup jitu, karena belum apa-apa sudah menjadi ‘trending topic’.
Jika saja, Sengap benar-benar nantinya akan diusung dalam Pilkada Tabanan, tentu dia sudah memiliki modal awal yakni popularitas di tengah masyarakat. Artinya, partai tidak perlu susah-susah lagi memperkenalkan calonnya kepada masyarakat, karena sudah sangat terkenal—tak hanya di Tabanan, tapi di seluruh Bali. Selain itu, partai juga diuntungkan karena akan mengikuti kepopuleran sang artis tersebut.
Tak bisa dipungkiri popularitas yang dimiliki artis, menjadi entry point sekaligus menjadi salah satu konsideran penting bagi partai politik, sehingga mengedepankan artis untuk dipolitisasi dengan cara diusung sebagai calon pada saat pemilihan kepada daerah maupun pemilihan legislatif.
Keuntungannya, jika banyak figur artis yang diusung, maka kemungkinan besar partai tersebut berhasil menempatkan lebih banyak politisinya di legislatif. Ini tentu saja sangat penting bagi partai politik apalagi syarat untuk masuk Senayan cukup berat yakni parliamentary threshold atau ambang batas parlemen 4 persen. Jadi, tak heran jika sejak Pileg 2014 hingga 2019 masih banyak artis yang digaet parpol untuk dijadikan calon legislatif (caleg). Tentu tujuannya untuk meraup suara sebanyak-banyaknya dari popularitas sang artis tersebut.
Sebagai catatan, pada Pileg 2019 ada 91 artis bertarung menjadi wakil rakyat di Senayan (DPR RI). Mereka ada yang penyanyi, komedian, hingga pemain film serta sinetron.
Dari jumlah itu, caleg artis paling banyak berkumpul di Partai NasDem yakni 26 orang, sebanyak 13 artis mencalonkan diri melalui PDI Perjuangan, tiga artis maju lewat Golkar, Perindo, dan Gerindra, serta sisanya bertebaran di partai lainnya termasuk partai yang paling anyar yakni PSI.
Nah, dari 91 selebriti Tanah Air yang berebut kursi legislatif, akhirnya hanya sebanyak 14 artis saja yang lolos menjadi wakil rakyat di Senayan. Itu berarti ada 77 artis yang gagal alias tidak berhasil memikat hati masyarakat dengan kepopulerannya.
Adapun sebanyak 14 artis yang terpilih menjadi anggota DPR RI dalam Pileg 2019 masing-masing; Tommy Kurniawan (PKB) dan Krisdayanti (PDIP). Keduanya merupakan pendatang baru. Sisanya mereka yang sudah lebih dulu malang melintang di dunia politik yakni, Eko Hendro Purnomo atau Eko Patrio (PAN), Muhammad Farhan (NasDem), Desy Ratnasari (PAN), Dede Yusuf Macan Effendi atau Dede Yusuf (Demokrat), Primus Yustisio (PAN), Rieke Diah Pitaloka (PDIP), Arzetty Bilbina (PKB), Rano Karno (PDIP), Nurul Arifin (Golkar), Rachel Maryam Sayidina (Gerindra), dan Nico Siahaan (PDIP).
Nama Mulan Jameela melengkapi daftar figur publik yang lolos ke Senayan menjadi 14 orang. Istri musisi Ahmad Dhani ini resmi menjadi anggota legislatif periode 2019-2024. Yang menarik, mantan personel grup musik Ratu ini mendapat ‘hadiah’ melenggang ke Senayan lantaran gugatan perdatanya di Pengadilan Negeri (PN) Jakarta Selatan dikabulkan majelis hakim. Mulan menggantikan dua caleg Gerindra yang sebelumnya dinyatakan lolos dari Daerah Pemilihan Jawa Barat (Dapil Jabar) XI, yakni Ervin Luthfi dan Fahrul Rozi.
Nah, meskipun persentase artis yang berhasil duduk sebagai wakil rakyat (legislatif) tergolong sangat kecil dibandingkan jumlah keselurahan anggota DPR RI, namun tingkat keberhasilan artis meraup banyaknya suara masih sangat signifikan dibandingkan dengan politisi non artis.
Sebut saja dua caleg artis, Choky Sitohang dan Giring Ganesha Jumaryo (Giring Nidji). Choky Sitohang, seorang aktor dan pembawa acara televisi yang maju bertarung ke DPR RI melalui Perindo dari Dapil Jabar 1 mampu meraih total 38.132 suara. Sementara Giring Nidji yang maju dari Partai Solidaritas Indonesia (PSI) dengan dapil yang sama juga berhasil mendulang banyak suara yakni total sebanyak 47.069 suara. Namun sayang, keduanya tidak lolos ke Senayan karena partainya tidak melewati ambang batas parlemen sebesar 4 persen.
Terlepas kalangan artis yang berubah bentuk jadi politisi, punya latar belakang kemampuan berpolitik atau tidak, namun kenyataannya artis memang punya nilai lebih untuk ‘dijual’ ke publik.
Memang, tak ada salahnya jika parpol dinilai mempolitisasi artis untuk dijadikan politisi, dan tak ada pula aturan yang melarang artis jadi politisi, meskipun ada sejumlah kalangan yang mencibir atau bahkan menolak artis sebagai calon legislatif atau kepala daerah.
Jelang Pilkada serentak, pada September 2020, tentu ini menjadi PR alias pekerjaan rumah bagi partai politik, terutama parpol yang krisis kader potensial untuk diusung menjadi kepala daerah. Jika ingin menjaring artis, selain punya popularitas, pastikan sosoknya memiliki kualitas dan kemampuan berpolitik. *
Gusti Putu Edi Sudarma
Wartawan NusaBali
1
Komentar