nusabali

Tjok Gde Raka dan Tjok Gde Agung Bikin Nama Bali Mendunia

  • www.nusabali.com-tjok-gde-raka-dan-tjok-gde-agung-bikin-nama-bali-mendunia

Versi Cok De, almarhum ayahnya, Tjokorda Gde Agung Sukawati, kerap menyampaikan kekhawatiran tentang gaya hidup terkait kemajuan pariwisata Bali yang dimulai dari Ubud.

Menurut putra sulung almarmum Tjokorda Gde Agung Sukawati, yakni Dr Tjokorda Gde Raka Sukawati SE MM alias Cok De, banyak hal yang membuat ayahnda khawatir tentang kemajuan pariwisata Bali yang dimulai dari Ubud. Yang dikhawatirkan, antara lain, soal gaya hidup. 

“Tiyang ingat betul Bapak dulu gundah karena ada suara knalpot motor meraung-raung di jalan raya. Katanya, ini bukan bentuk moralitas orang Bali,’’ kenang Cok De kepada NusaBali.

Dari beberapa kali obrolan ayahnda dengan para pelaku wisata di Ubud, Cok De menangkap pariwisata dalam arti pelancongan turis, bukanlah bentuk komoditas dalam arti bisa diperjualbelikan langsung seperti sekarang. Pada awal perkembangan pelancongan turis, ada semacam transaksi model barter yakni ramah tamah dengan orang asing dan orang asing ‘membalas’ dengan mengenalkan Bali ke dunia luar. 

Tahap selanjutnya, ada transaksi murni dalam arti orang asing yang berlanja dan masyarakat yang dikunjungi menyediakan barang atau jasa akomodasi. Menurut Cok De, di Ubud ada rumah seni dan kerajinan hingga rumah tinggal yang disewakan sebagai home stay dan bungalow. Transkasi ini kasat mata, karena uang yang dibayar turis secara langsung sesuai dengan tingkat kepuasan layanan jasa yang dibeli. 

“Tapi, tahap lebih lanjut dari proses itu hingga Ubud dan Bali jadi terkenal sampai sekarang dan nanti, ya karena Bali dan Ubud khususnya memang punya taksu. Dan, taksu inilah yang tak ada di tempat lain,” jelas Cok De.

Cok De yang telah mendalami sejarah dan rekam jejak kepariwisataan, menyatakan proses ketenaran Ubud dan Bali umumnya melalui tiga pendekatan transaksi. Pertama, transaksi barter (pertukaran barang dengan barang). Kedua, transaksi murni (uang dengan barang/jasa). Ketiga, akumulasi promosi yang didalamnya terkandung image positif yang terbangun dari kekuatan taksu. 

Komposisi pengenalan model pasar kepariwisataan ini dikokohkan dengan membangun ‘Museum 3.0’, yang berada satu arael dengan Museum Puri Lukisan di Ubud yang dibangun ayahnda Tjokorda Gde Agung Sukawati. “Museum 3.0 ini menjadi saksi atas proses inspirasi pariwisata di Ubud dan Bali umumnya,” ujar Cok De yang dosen Fakultas Ekonomi Unud.

Komentar