Dewa Anom Berpulang Pasca Disetujui Jadi Staf Ahli Fraksi PDIP Buleleng
Eks Anggota Dewan Meninggal Setelah Jatuh Pingsan Saat Mau Rayakan Malam Tahun Baru Bersama Gubernur
Jenazah mantan anggota Fraksi PDIP DPRD Buleleng 1999-2004, Dewa Ketut Anom, akan diupacarai Makingsan ring Gni di Setra Desa Adat Panji, Kecamatan Sukasada, Buleleng, hari ini
SINGARAJA, NusaBali
PDIP Buleleng kehilangan salah satu kadernya yang cukup loyal terhadap partai. Dia adalah Dewa Ketut Anom, 57, mantan anggota Fraksi PDIP DPRD Buleleng 1999-2004, yang meninggal mendadak setelah jatuh pingsan saat hendak merayakan malam tahun baru bersama Gubernur Bali Wayan Koster di Desa Sembiran, Kecamatan Tejakula, Buleleng, Selasa (31/12) malam.
Dewa Ketut Anom dinyatakan meninggal dalam perawatan di Ruang ICU RSUD Buleleng di Singaraja, Rabu (1/1) pagi pukul 07.00 Wita. Sebelum meninggal, politisi PDIP asal Desa Panji, Kecamatan Sukasada, Buleleng ini sempat semalaman dirawat di RSUD Buleleng. Mantan Ketua Senat Fakultas Pertanian Unud era 1980-an ini dilarikan ke rumah sakit, setelah jatuh pingsan di kediaman Ketua DPD PDIP Bali Wayan Koster yang notabene Gubernur Bali, Selasa malam pukul 19.00 Wita.
Informasi yang dihimpun NusaBali, Dewa Ketut Anom awalnya bertamu ke kediaman Gubernur Koster di Desa Sembiran, Selasa sore sekitar pukul 15.30 Wita. Mantan Direktur Keuangan (Dirkeu) PD Pasar Buleleng ini hendak ikut merayakan malam tahun baru di sana. Saat itu, Gubernur Koster bersama keluarganya kebetulan merayakan malam tahun baru di kampung halamannya.
Almarhum Dewa Anom datang ke Desa Sembiran dengan mengemudikan mobil sendiri. Dia datang mengenakan berpakaian adat madya untuk menyampaikan ucapan Selamat Tahun Baru 2020. Selain itu, mantan aktivis kampus kelahiran 3 Maret 1963 ini juga berencana menyampaikan upacapan terima kasih kepada Gubernur Koster selaku Ketua DPD PDIP Bali, atas persetujuan menunjuk dirinya sebagai Tim Ahli Fraksi PDIP DPRD Buleleng. Dewa Anom yang juga pengelola Rumah Makan AA di Desa Anturan, Kecamatan Buleleng, konon, sudah resmi ditunjuk sebagai Tim Ahli Fraksi PDIP DPRD Buleleng per Januari 2020.
Naas, saat bertemu Gubernur Koster di Desa Sembiran malam itu, Dewa Anom yang duduk di sofa tiba-tiba jatuh pingsan. Awalnya, Dewa Anom dikira tertidur di salah satu kursi tamu. Namun, setelah dibangunkan, politisi PDIP berusia 57 tahun ini tidak sadarkan diri.
Oleh Gubernur Koster, Dewa Anom diminta untuk dilarikan ke RSUD Buleleng. Bahkan, Gubernur Koster sendiri sempat telepon pihak RSUD Buleleng untuk memberikan perawatan terbaik kepada Dewa Anom. Almarhum Dewa Anom tiba di RSUD Buleleng, Jalan Ngurah Rai Singaraja, Selasa malam sekitar pukul 20.00 Wita dan langsung menjalani perwatan intensif di Ruang ICU.
Namun, kondisi politisi yang semasa muda dikenal sebagai pemain sepakbola ini terus menurun, hingga kritis pada Rabu dinihari sekitar pukul 04.00 Wita. Setelah dibantu alat pernapasan beberapa kali, nyawanya tetap tidak tertolong. Dewa Anom dinyatakan meninggal pas tahun baru, 1 Januari 2020 pukul 06.00 Wita, diduga karena pemubuluh darahnya pecah akibat tekanan darah tinggi.
Hari itu pula, jenazah Dewa Anom dibawa keluarganya ke rumah duka di Desa Panji, Kecamatan Sukasada, Buleleng. Hingga Minggu (5/1), jenazah almarhum masih disemayamkan di rumah duka. Rencananya, jenazah politisi PDIP tersebut akan diupacarai Makingsan ring Gni di Setra Desa Adat Panji pada Soma Umanis Tolu, Senin (6/1) ini.
Almarhum Dewa Anom berpulang buat selamanya dengan meninggalkan istri tercinta I Gusti Ayu Pancawati, 55 (juga alumni Fakultas Pertanian Unud angkatan 1983) serta tiga anak laki-laki: Dewa Gede Bayu Satria, 29 (sudah menikah), Dewa Made Tegas Nugraha Putra, 27 (sudah menikah), dan Dewa Komang Beny Budiarta, 25 (masih bujang), serta 3 orang cucu.
Gubernur yang juga Ketua DPD PDIP Bali, Wayan Koster, ditemani sang istri, Ni Putu Putri Suastini, sempat majenukan (melayat) ke rumah duka di Desa Panji, Kecamatan Sukasada, Buleleng, Sabtu (4/1) siang. Gubernur Koster diambut langsung Sekda Provinsi Bali, Dewa Made Indra, yang masih kerabat dari almarhum Dewa Anom.
Pada saat bersamaan, Sabtu siang, rekan-rekan almarhum sesama alumni Fakultas Pertanian Unud angkatan 1982 juga melayat ke rumah duka, termasuk Pempred NusaBali I Ketut Naria. Sedangkan rekan seangkatan lainnya yang kini Dekan Fakultas Pertanian Unud, Prof Dr Ir I Nyoman Rai MSc, dan Rektor Universitas Dwijendra Dr Ir I Gede Sedana MSc melayat ke rumah duka, Minggu kemarin.
Istri almarhum, I Gusti Ayu Pancawati, mengaku tidak punya firasat apa pun atas kepergian sang suami buat selamanya. Menurut IGA Pancawati, malam sebelum pergi ke kediaman Gubernur Koster di Desa Sembiran, Dewa Anom sempat ikut sembahyang bersama di Merajan Gede, Senin (30/12), karena salah satu keluarganya menggelar ritual naur sesangi. Bahkan, Dewa Anom sempat ikut makidung di Merajan Gede.
Setelah persembahyangan bersama itu, kata dia, Dewa Anom tetap kelihatan ceria dan suka bercanda. “Kalau tiyang, tidak ada firasat apa pun, mimpi juga tidak. Karena Ajik Anom (sebutan untuk alamharum, Red) terlihat biasa saja seperti kesehariannya: ketawa dan suka bercanda,” tutur Pancawati saat ditemui NusaBali di rumah duka, Sabtu malam.
Namun, kata Pancawati, usai persembahyangan bersama, ada kata-kata yang disampaikan almarhum Dewa Anom kepada cucu terkecil yang baru berusia 2 bulan. Almarhum dengan nada bercanda menggoda cucunya agar bangun dari tidur sambil berucap “Kakiang akan pergi jauh, bangun-bangun!”
Ternyata, kata-kata itu menjadi kenyataan kalau Dewa Anom pergi jauh dan tidak kembali lagi. “Apakah itu pertanda atau firasat, tiyang juga tidak tahu. Karena waktu itu Aji Anom hanya mengatakan pergi jauh, tetapi tidak mengatakan akan pergi ke Sembiran. Ternyata, Ajik Anom-nya memang pergi untuk selamanya,” kenang perempuan beusia 55 tahun asal Kota Tabanan ini.
Menurut Pancawati, 6 bulan sebelum meninggal, Dewa Anom sempat check up ke dokter. Waktu itu, almarhum dinyatakan punya gejala tekanan darah tinggi. Oleh dokter, Dewa Anom diberikan obat dan disarankan mengubah pola makan sehat.
“Untuk pola makannya, Ajik Anom memang kurang taat. Selalu melanggar, padahal sudah disarankan kalau umur di atas 50 tahun harus mengubah pola makan yang sehat. Tetapi Ajiknya kadang tidak nurut, ‘toh sudah ada obatnya’. Selalu berkata begitu,” kata ibu tiga anak dan tiga cucu ini.
Setelah check up itu, almarhum Dewa Anom tidak pernah mengeluh sakit. Bahkan, di hari terakhir mejelang berpulangnya, Dewa Anom juga tidak ada mengeluh sakit apa pun. Dewa Anom terlihat masih bugar, sampai akhirnya jatuh pingsan di Desa Sembiran. *k19,nar
Dewa Ketut Anom dinyatakan meninggal dalam perawatan di Ruang ICU RSUD Buleleng di Singaraja, Rabu (1/1) pagi pukul 07.00 Wita. Sebelum meninggal, politisi PDIP asal Desa Panji, Kecamatan Sukasada, Buleleng ini sempat semalaman dirawat di RSUD Buleleng. Mantan Ketua Senat Fakultas Pertanian Unud era 1980-an ini dilarikan ke rumah sakit, setelah jatuh pingsan di kediaman Ketua DPD PDIP Bali Wayan Koster yang notabene Gubernur Bali, Selasa malam pukul 19.00 Wita.
Informasi yang dihimpun NusaBali, Dewa Ketut Anom awalnya bertamu ke kediaman Gubernur Koster di Desa Sembiran, Selasa sore sekitar pukul 15.30 Wita. Mantan Direktur Keuangan (Dirkeu) PD Pasar Buleleng ini hendak ikut merayakan malam tahun baru di sana. Saat itu, Gubernur Koster bersama keluarganya kebetulan merayakan malam tahun baru di kampung halamannya.
Almarhum Dewa Anom datang ke Desa Sembiran dengan mengemudikan mobil sendiri. Dia datang mengenakan berpakaian adat madya untuk menyampaikan ucapan Selamat Tahun Baru 2020. Selain itu, mantan aktivis kampus kelahiran 3 Maret 1963 ini juga berencana menyampaikan upacapan terima kasih kepada Gubernur Koster selaku Ketua DPD PDIP Bali, atas persetujuan menunjuk dirinya sebagai Tim Ahli Fraksi PDIP DPRD Buleleng. Dewa Anom yang juga pengelola Rumah Makan AA di Desa Anturan, Kecamatan Buleleng, konon, sudah resmi ditunjuk sebagai Tim Ahli Fraksi PDIP DPRD Buleleng per Januari 2020.
Naas, saat bertemu Gubernur Koster di Desa Sembiran malam itu, Dewa Anom yang duduk di sofa tiba-tiba jatuh pingsan. Awalnya, Dewa Anom dikira tertidur di salah satu kursi tamu. Namun, setelah dibangunkan, politisi PDIP berusia 57 tahun ini tidak sadarkan diri.
Oleh Gubernur Koster, Dewa Anom diminta untuk dilarikan ke RSUD Buleleng. Bahkan, Gubernur Koster sendiri sempat telepon pihak RSUD Buleleng untuk memberikan perawatan terbaik kepada Dewa Anom. Almarhum Dewa Anom tiba di RSUD Buleleng, Jalan Ngurah Rai Singaraja, Selasa malam sekitar pukul 20.00 Wita dan langsung menjalani perwatan intensif di Ruang ICU.
Namun, kondisi politisi yang semasa muda dikenal sebagai pemain sepakbola ini terus menurun, hingga kritis pada Rabu dinihari sekitar pukul 04.00 Wita. Setelah dibantu alat pernapasan beberapa kali, nyawanya tetap tidak tertolong. Dewa Anom dinyatakan meninggal pas tahun baru, 1 Januari 2020 pukul 06.00 Wita, diduga karena pemubuluh darahnya pecah akibat tekanan darah tinggi.
Hari itu pula, jenazah Dewa Anom dibawa keluarganya ke rumah duka di Desa Panji, Kecamatan Sukasada, Buleleng. Hingga Minggu (5/1), jenazah almarhum masih disemayamkan di rumah duka. Rencananya, jenazah politisi PDIP tersebut akan diupacarai Makingsan ring Gni di Setra Desa Adat Panji pada Soma Umanis Tolu, Senin (6/1) ini.
Almarhum Dewa Anom berpulang buat selamanya dengan meninggalkan istri tercinta I Gusti Ayu Pancawati, 55 (juga alumni Fakultas Pertanian Unud angkatan 1983) serta tiga anak laki-laki: Dewa Gede Bayu Satria, 29 (sudah menikah), Dewa Made Tegas Nugraha Putra, 27 (sudah menikah), dan Dewa Komang Beny Budiarta, 25 (masih bujang), serta 3 orang cucu.
Gubernur yang juga Ketua DPD PDIP Bali, Wayan Koster, ditemani sang istri, Ni Putu Putri Suastini, sempat majenukan (melayat) ke rumah duka di Desa Panji, Kecamatan Sukasada, Buleleng, Sabtu (4/1) siang. Gubernur Koster diambut langsung Sekda Provinsi Bali, Dewa Made Indra, yang masih kerabat dari almarhum Dewa Anom.
Pada saat bersamaan, Sabtu siang, rekan-rekan almarhum sesama alumni Fakultas Pertanian Unud angkatan 1982 juga melayat ke rumah duka, termasuk Pempred NusaBali I Ketut Naria. Sedangkan rekan seangkatan lainnya yang kini Dekan Fakultas Pertanian Unud, Prof Dr Ir I Nyoman Rai MSc, dan Rektor Universitas Dwijendra Dr Ir I Gede Sedana MSc melayat ke rumah duka, Minggu kemarin.
Istri almarhum, I Gusti Ayu Pancawati, mengaku tidak punya firasat apa pun atas kepergian sang suami buat selamanya. Menurut IGA Pancawati, malam sebelum pergi ke kediaman Gubernur Koster di Desa Sembiran, Dewa Anom sempat ikut sembahyang bersama di Merajan Gede, Senin (30/12), karena salah satu keluarganya menggelar ritual naur sesangi. Bahkan, Dewa Anom sempat ikut makidung di Merajan Gede.
Setelah persembahyangan bersama itu, kata dia, Dewa Anom tetap kelihatan ceria dan suka bercanda. “Kalau tiyang, tidak ada firasat apa pun, mimpi juga tidak. Karena Ajik Anom (sebutan untuk alamharum, Red) terlihat biasa saja seperti kesehariannya: ketawa dan suka bercanda,” tutur Pancawati saat ditemui NusaBali di rumah duka, Sabtu malam.
Namun, kata Pancawati, usai persembahyangan bersama, ada kata-kata yang disampaikan almarhum Dewa Anom kepada cucu terkecil yang baru berusia 2 bulan. Almarhum dengan nada bercanda menggoda cucunya agar bangun dari tidur sambil berucap “Kakiang akan pergi jauh, bangun-bangun!”
Ternyata, kata-kata itu menjadi kenyataan kalau Dewa Anom pergi jauh dan tidak kembali lagi. “Apakah itu pertanda atau firasat, tiyang juga tidak tahu. Karena waktu itu Aji Anom hanya mengatakan pergi jauh, tetapi tidak mengatakan akan pergi ke Sembiran. Ternyata, Ajik Anom-nya memang pergi untuk selamanya,” kenang perempuan beusia 55 tahun asal Kota Tabanan ini.
Menurut Pancawati, 6 bulan sebelum meninggal, Dewa Anom sempat check up ke dokter. Waktu itu, almarhum dinyatakan punya gejala tekanan darah tinggi. Oleh dokter, Dewa Anom diberikan obat dan disarankan mengubah pola makan sehat.
“Untuk pola makannya, Ajik Anom memang kurang taat. Selalu melanggar, padahal sudah disarankan kalau umur di atas 50 tahun harus mengubah pola makan yang sehat. Tetapi Ajiknya kadang tidak nurut, ‘toh sudah ada obatnya’. Selalu berkata begitu,” kata ibu tiga anak dan tiga cucu ini.
Setelah check up itu, almarhum Dewa Anom tidak pernah mengeluh sakit. Bahkan, di hari terakhir mejelang berpulangnya, Dewa Anom juga tidak ada mengeluh sakit apa pun. Dewa Anom terlihat masih bugar, sampai akhirnya jatuh pingsan di Desa Sembiran. *k19,nar
Komentar