Angin Kencang Masih Mengintai Bali
Angin kencang masih berpotensi terjadi hingga tiga hari ke depan. Kecepatan angin mencapai 24 knot atau 44 km per jam, bahkan mendadak mencapai 30 knot atau 56 km per jam.
MANGUPURA, NusaBali
Balai Besar Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BBMKG) Wilayah III Denpasar memprakirakan potensi angin kencang yang melanda sebagian besar Pulau Dewata, masih berlangsung hingga tiga hari ke depan. Prakiraan ini berdasarkan hasil analisa terhadap perbedaan tekanan udara pada pusat tekanan rendah di perairan selatan dengan sebagian besar wilayah Indonesia termasuk Bali. Selain itu, BBMKG juga mendeteksi adanya fenomena Madden Julian Oscillation (MJO) fase basah yang bergerak melintasi Indonesia, yang juga mempengaruhi kecepatan angin.
Kepala Bidang Data dan Informasi Balai Besar Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BBMKG) Wilayah III Denpasar Iman Facthurochman, menerangkan hasil analisa yang dilakukan dari Stasiun Ngurah Rai, potensi angin kencang ini masih berlangsung hingga Rabu (8/1) mendatang. Dalam pencatatan yang dilakukan di Stasiun Ngurah Rai, kecepatan angin untuk wilayah Bali ini mencapai 24 knot atau 44 kilometer per jam. Tidak hanya itu, ada pula peningkatan kecepatan angin secara tiba-tiba mencapai 30 knot atau 56 km per jam.
“Kondisi ini mengakibatkan terjadinya peningkatan kecepatan angin nyaris di seluruh wilayah Bali. Prakiraan dari stasiun pengamatan kami, hal ini masih berlangsung selama tiga hari ke depan,” kata Iman yang dikonfirmasi melalui telepon pada Minggu (5/1) siang.
Mengenai fenomena penunjang terkait kuatnya tiupan angin, Iman menjelaskan, memang ada fenomena MJO fase basah yang mulai aktif hingga sepekan ke depan. Namun, fenomena ini tidak berpengaruh kuat terhadap tekanan angin. Namun fenomena ini menunjang hujan lebih banyak ke depannya. Hal ini juga seiring terjadinya monsoon Asia serta daerah belokan angin sepanjang Jawa dan Bali-Nusra.
“Fenomena MJO ini membuat curah hujan lebih banyak. Karena temperatur permukaan laut yang mendukung penguapan, sehingga berpotensi meningkatkan pembentukan awan hujan,” ungkapnya.
Iman mengatakan bahwa curah hujan lebat dengan intensitas tinggi dan durasi panjang bisa berpotensi menimbulkan tanah longsor dan banjir.
“Potensi banjir dan tanah longsor, penyebabnya selain curah hujan yang lebat, ada juga karena lamanya hujan misalnya lagi hujan sedang terus - terusan atau bisa seharian 24 jam itu juga bisa jadi faktornya,” kata Iman seperti dilansir Antara.
Faktor lain yang menjadi penyebab timbulnya banjir dan tanah longsor yaitu dilihat dari pengaruh sistem drainase air di suatu daerah. Salah satunya, situasi kepadatan penduduk seperti Kota Denpasar dan Kabupaten Badung menjadi daerah rawan banjir.
“Hal ini disebabkan karena aliran airnya terhalangi oleh sistem perkabelan atau sampah yang membuat saluran menjadi terhambat, dan saluran air tidak lancar,” ucapnya.
Kata dia, bisa juga terjadi karena kapasitas dari daerah resapan yang tidak sanggup menahan lebatnya hujan.
Dia menjelaskan beberapa daerah dengan tingkat kemiringan yang curam harus mewaspadai terjadinya tanah longsor. Utamanya bagi daerah yang memiliki sejarah pernah terjadi tanah longsor. Hal ini dapat diantisipasi dengan membuat saluran air untuk mengalirkan air lebih cepat. *dar
Kepala Bidang Data dan Informasi Balai Besar Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BBMKG) Wilayah III Denpasar Iman Facthurochman, menerangkan hasil analisa yang dilakukan dari Stasiun Ngurah Rai, potensi angin kencang ini masih berlangsung hingga Rabu (8/1) mendatang. Dalam pencatatan yang dilakukan di Stasiun Ngurah Rai, kecepatan angin untuk wilayah Bali ini mencapai 24 knot atau 44 kilometer per jam. Tidak hanya itu, ada pula peningkatan kecepatan angin secara tiba-tiba mencapai 30 knot atau 56 km per jam.
“Kondisi ini mengakibatkan terjadinya peningkatan kecepatan angin nyaris di seluruh wilayah Bali. Prakiraan dari stasiun pengamatan kami, hal ini masih berlangsung selama tiga hari ke depan,” kata Iman yang dikonfirmasi melalui telepon pada Minggu (5/1) siang.
Mengenai fenomena penunjang terkait kuatnya tiupan angin, Iman menjelaskan, memang ada fenomena MJO fase basah yang mulai aktif hingga sepekan ke depan. Namun, fenomena ini tidak berpengaruh kuat terhadap tekanan angin. Namun fenomena ini menunjang hujan lebih banyak ke depannya. Hal ini juga seiring terjadinya monsoon Asia serta daerah belokan angin sepanjang Jawa dan Bali-Nusra.
“Fenomena MJO ini membuat curah hujan lebih banyak. Karena temperatur permukaan laut yang mendukung penguapan, sehingga berpotensi meningkatkan pembentukan awan hujan,” ungkapnya.
Iman mengatakan bahwa curah hujan lebat dengan intensitas tinggi dan durasi panjang bisa berpotensi menimbulkan tanah longsor dan banjir.
“Potensi banjir dan tanah longsor, penyebabnya selain curah hujan yang lebat, ada juga karena lamanya hujan misalnya lagi hujan sedang terus - terusan atau bisa seharian 24 jam itu juga bisa jadi faktornya,” kata Iman seperti dilansir Antara.
Faktor lain yang menjadi penyebab timbulnya banjir dan tanah longsor yaitu dilihat dari pengaruh sistem drainase air di suatu daerah. Salah satunya, situasi kepadatan penduduk seperti Kota Denpasar dan Kabupaten Badung menjadi daerah rawan banjir.
“Hal ini disebabkan karena aliran airnya terhalangi oleh sistem perkabelan atau sampah yang membuat saluran menjadi terhambat, dan saluran air tidak lancar,” ucapnya.
Kata dia, bisa juga terjadi karena kapasitas dari daerah resapan yang tidak sanggup menahan lebatnya hujan.
Dia menjelaskan beberapa daerah dengan tingkat kemiringan yang curam harus mewaspadai terjadinya tanah longsor. Utamanya bagi daerah yang memiliki sejarah pernah terjadi tanah longsor. Hal ini dapat diantisipasi dengan membuat saluran air untuk mengalirkan air lebih cepat. *dar
Komentar