Ingin Belajar, Anak Wajib Setor Sampah Plastik
Yayasan Begawan Jaga Kelestarian Lingkungan
Yayasan Begawan di Banjar Pengaji, Desa Melinggih Kelod, Kecamatan Payangan, Gianyar, membuka pusat belajar untuk anak-anak setempat.
GIANYAR, NusaBali
Syarat untuk bisa bergabung belajar dan bermain di komunitas ini, setiap anak dan setip kali mau belajar dan bermain wajib membawa sampah plastik.
Salah satu guru komunitas, Zeni Natalya, didampingi Marketing dan Media Yayasan Begawan, Seruni Putri Soewondo, menyatakan untuk daftar belajar dan bermain anak-anak tidak dibebankan biaya. Cukup mengumpulkan sampah plastik daur ulang yang dipungut di jalanan atau dimana pun. "Mereka bawa sampah, diambil oleh bank sampah. Jadi mereka sekaligus punya tabungan sampah," jelasnya, Jumat (10/1).
Dijelaskan, pusat belajar ini berdiri sejak 2017. "Dari 2017 anak yang terdata di sini mencapai 300 orang. Tapi yang datang per hari sekitar 25 orang. Karena yang lain sudah ada yang SMP," jelasnya.
Anak yang bergabung terdiri dari anak-anak di wilayah desa sekitar Melinggih dan Melingggih Klod. Materi yang diajarkan di pusat belajar berhubungan dengan lingkungan. "Semua kami hubungkan ke lingkungan. Apalagi Bali darurat sampah, kami edukasi semua yang berhubungan dengan lingkungan," jelasnya.
Dia merinci, materi yang diajarkan berbeda dengan di sekolah. Bahkan tidak ada absensi. "Kalau nggak bisa datang, tidak apa-apa. Kami tidak ada tugas atau PR di sini. Justru kalau anak punya PR di sekolahnya, bisa dikerjakan di sini," jelasnya.
Meski tak mewajibkan anak untuk hadir, namun materi bermain dan tiap hari disuguhkan berbeda-beda. "Yang penting anak jangan main gadget. Ngajarin cara bantu sesama. Di sekolah yang belum diajarkan. Titik terpenting tentang lingkungan," tegasnya.
Sebagai reward, anak yang hadir sampai 100 kali diberi hadiah baju kaos berwarna biru. "Itu untuk memberikan semangat," imbuhnya. Selain bermain dan belajar, anak juga diajarkan bercocok tanam di halaman belakang. "Kami juga ajarkan budi daya jamur. Hasil jamur atau hasil kebun, untuk belajar memasak di sini," jelasnya.
Pusat belajar itu juga kadang dapat bantuan relawan. "Ada guru dari kalangan pelajar SMK. Mereka jadi relawan untuk ngajarin anak-anak di sini. Biasanya ngajar bahasa Inggris," terangnya.
Sementara itu, salah seorang peserta, Naila dari SDN 1 Melinggih, mengaku datang diantar oleh ayahnya. "Saya tinggal di Banjar Badung, Desa Melinggih. Saya ke sini sama kakak saya," ujar siswi kelas III SD itu. Selain dapat teman baru, dia merasa nyaman bermain dan belajar berbaur bersama anak lainnya. "Diajarkan merangkai huruf dan memaca," ujarnya. *nvi
Salah satu guru komunitas, Zeni Natalya, didampingi Marketing dan Media Yayasan Begawan, Seruni Putri Soewondo, menyatakan untuk daftar belajar dan bermain anak-anak tidak dibebankan biaya. Cukup mengumpulkan sampah plastik daur ulang yang dipungut di jalanan atau dimana pun. "Mereka bawa sampah, diambil oleh bank sampah. Jadi mereka sekaligus punya tabungan sampah," jelasnya, Jumat (10/1).
Dijelaskan, pusat belajar ini berdiri sejak 2017. "Dari 2017 anak yang terdata di sini mencapai 300 orang. Tapi yang datang per hari sekitar 25 orang. Karena yang lain sudah ada yang SMP," jelasnya.
Anak yang bergabung terdiri dari anak-anak di wilayah desa sekitar Melinggih dan Melingggih Klod. Materi yang diajarkan di pusat belajar berhubungan dengan lingkungan. "Semua kami hubungkan ke lingkungan. Apalagi Bali darurat sampah, kami edukasi semua yang berhubungan dengan lingkungan," jelasnya.
Dia merinci, materi yang diajarkan berbeda dengan di sekolah. Bahkan tidak ada absensi. "Kalau nggak bisa datang, tidak apa-apa. Kami tidak ada tugas atau PR di sini. Justru kalau anak punya PR di sekolahnya, bisa dikerjakan di sini," jelasnya.
Meski tak mewajibkan anak untuk hadir, namun materi bermain dan tiap hari disuguhkan berbeda-beda. "Yang penting anak jangan main gadget. Ngajarin cara bantu sesama. Di sekolah yang belum diajarkan. Titik terpenting tentang lingkungan," tegasnya.
Sebagai reward, anak yang hadir sampai 100 kali diberi hadiah baju kaos berwarna biru. "Itu untuk memberikan semangat," imbuhnya. Selain bermain dan belajar, anak juga diajarkan bercocok tanam di halaman belakang. "Kami juga ajarkan budi daya jamur. Hasil jamur atau hasil kebun, untuk belajar memasak di sini," jelasnya.
Pusat belajar itu juga kadang dapat bantuan relawan. "Ada guru dari kalangan pelajar SMK. Mereka jadi relawan untuk ngajarin anak-anak di sini. Biasanya ngajar bahasa Inggris," terangnya.
Sementara itu, salah seorang peserta, Naila dari SDN 1 Melinggih, mengaku datang diantar oleh ayahnya. "Saya tinggal di Banjar Badung, Desa Melinggih. Saya ke sini sama kakak saya," ujar siswi kelas III SD itu. Selain dapat teman baru, dia merasa nyaman bermain dan belajar berbaur bersama anak lainnya. "Diajarkan merangkai huruf dan memaca," ujarnya. *nvi
Komentar