Rai Mantra Paparkan Inovasi SiDarling
Ajak Kelola Sampah dari Rumah Tangga
Komitmen Pemkot Denpasar untuk mengurangi sampah plastik terus digalakkan.
DENPASAR, NusaBali
Disamping itu meningkatkan pemahaman masyarakat untuk terus sadar terhadap kebersihan lingkungan digelar sosialisasi. Segenap aparatur Pemkot Denpasar, aparat desa/kelurahan, bendesa serta guru-guru sekolah SD dan SMP se-Kota Denpasar mengikuti Gathering SiDarling (Sistem Sadar dan Peduli Lingkungan), di Gedung Dharmanegara Alaya, Selasa (14/1).
Acara diawali dengan pemutaran film ‘Pulau Plastik’ garapan Robi Navicula yang mengisahkan secara mendalam tentang pentingnya perilaku mengurangi penggunaan plastic sekali pakai dalam kehidupan sehari-hari.
Tampil sebagai narasumber Walikota Denpasar IB Rai Dharmawijaya Mantra, Wilda Yanti (pegiat lingkungan), Ida Bagus Dwidasmara (akademisi), Andre Dananjaya (produser Film Pulau Plastik) serta Robi Navicula. Seluruhnya membahas perihal pentingnya membangun kesadaran mengurangi sampah plastik dan mengelola sampah dari rumah tangga masing-masing. Bahkan apabila berhasil mengelola sampah menjadi produk bermanfaat seperti kompos dan barang daur ulang dapat mendatangkan keuntungan secara ekonomi. Salah satunya tentu melalui aplikasi yang telah dibangun Pemkot Denpasar yakniSiDarling.
Walikota Rai Mantra mengatakan, permasalahan sampah ini adalah masalah yang harus diselesaikan bersama, sehingga partisipasi masyarakat sangat penting untuk bersama-sama mengatasi permasalahan ini. “Di Kota Denpasar sendiri secara berkelanjutan terus digencarkan sosialisasi dan program yang mampu membangkitkan kepedulian masyarakat,” ujarnya. Rai Mantra menyebut bahwa tanpa sadar sampah kecil yang dihasilkan oleh rumah tangga berdampak besar bagi keberlangsungan hidup banyak orang. Hal ini lantaran sampah yang dihasilkan rumah tangga bergerak melalui aliran sungai jika dibuang sembarangan dan bermuara di lautan.
“Sehingga guna mengentaskan permasalahan tersebut dirancang inovasi dan kebijakan yang peduli terhadap lingkungan,” ujarnya. Rai Mantra mencontohkan Perwali Nomor 36 Tahun 2018 tentang pengurangan sampah plastik dan inovasi Si Darling dimana masyarakat akan merasakan langsung manfaat dari peduli terhadap lingkungan.
“Dari beragam inovasi ini akhirnya rumah tangga menjadi bijak dalam mengelola sampah, sehingga timbunan sampah menuju TPA dapat diminimalisir, dan saat ini inovasi Si Darling telah terintegrasi dengan Kartu Identitas Anak (KIA) dan menggunakan registrasi berbasis NIK. Sehingga kemanfaatan dari poin yang dikumpulkan dalam Si Darling dapat dimanfaatkan oleh satu keluarga,” jelas Rai Mantra.
Sementara Robi Navicula mengatakan, jika sampah hanya dibuang di tempat sampah, lalu dikumpulkan di TPA, itu hanyalah memindahkan masalah bukan menyelesaikan masalah. “Untuk itu, kita harus berinovasi bagaimana cara agar dapat mendaur ulang sampah-sampah tersebut agar tidak menumpuk di tempat pembuangan akhir sehingga itu akan menjadi bom waktu yang sangat berbahaya bagi kita semua,” ujarnya.
Wilda Yanti, selaku penggiat lingkungan ini mengatakan, untuk mengatasi masalah sampah, terutama untuk sampah organik dengan cara meletakkan sampah organik pada tempat yang terbuka (ember) lalu memformula agar sampah tidak bau. Setelah satu minggu sampah ini siap untuk dijadikan pupuk organik lalu bisa dijual. “Tidak hanya sampah organik. Kali ini kami juga mendaur ulang limbah industri, limbah perkotaan, kotoran hewan serta sampah non organik yang bisa kami jadikan bahan bakar minyak,” ujarnya. “Kita harus bisa untuk mengurangi sampah non organik khususnya sampah plastik dan lebih kreatif untuk menanggapi masalah sampah dengan cara mendaur ulang menjadi benda-benda yang berguna dan bernilai tinggi,” imbuh Wilda. *
Acara diawali dengan pemutaran film ‘Pulau Plastik’ garapan Robi Navicula yang mengisahkan secara mendalam tentang pentingnya perilaku mengurangi penggunaan plastic sekali pakai dalam kehidupan sehari-hari.
Tampil sebagai narasumber Walikota Denpasar IB Rai Dharmawijaya Mantra, Wilda Yanti (pegiat lingkungan), Ida Bagus Dwidasmara (akademisi), Andre Dananjaya (produser Film Pulau Plastik) serta Robi Navicula. Seluruhnya membahas perihal pentingnya membangun kesadaran mengurangi sampah plastik dan mengelola sampah dari rumah tangga masing-masing. Bahkan apabila berhasil mengelola sampah menjadi produk bermanfaat seperti kompos dan barang daur ulang dapat mendatangkan keuntungan secara ekonomi. Salah satunya tentu melalui aplikasi yang telah dibangun Pemkot Denpasar yakniSiDarling.
Walikota Rai Mantra mengatakan, permasalahan sampah ini adalah masalah yang harus diselesaikan bersama, sehingga partisipasi masyarakat sangat penting untuk bersama-sama mengatasi permasalahan ini. “Di Kota Denpasar sendiri secara berkelanjutan terus digencarkan sosialisasi dan program yang mampu membangkitkan kepedulian masyarakat,” ujarnya. Rai Mantra menyebut bahwa tanpa sadar sampah kecil yang dihasilkan oleh rumah tangga berdampak besar bagi keberlangsungan hidup banyak orang. Hal ini lantaran sampah yang dihasilkan rumah tangga bergerak melalui aliran sungai jika dibuang sembarangan dan bermuara di lautan.
“Sehingga guna mengentaskan permasalahan tersebut dirancang inovasi dan kebijakan yang peduli terhadap lingkungan,” ujarnya. Rai Mantra mencontohkan Perwali Nomor 36 Tahun 2018 tentang pengurangan sampah plastik dan inovasi Si Darling dimana masyarakat akan merasakan langsung manfaat dari peduli terhadap lingkungan.
“Dari beragam inovasi ini akhirnya rumah tangga menjadi bijak dalam mengelola sampah, sehingga timbunan sampah menuju TPA dapat diminimalisir, dan saat ini inovasi Si Darling telah terintegrasi dengan Kartu Identitas Anak (KIA) dan menggunakan registrasi berbasis NIK. Sehingga kemanfaatan dari poin yang dikumpulkan dalam Si Darling dapat dimanfaatkan oleh satu keluarga,” jelas Rai Mantra.
Sementara Robi Navicula mengatakan, jika sampah hanya dibuang di tempat sampah, lalu dikumpulkan di TPA, itu hanyalah memindahkan masalah bukan menyelesaikan masalah. “Untuk itu, kita harus berinovasi bagaimana cara agar dapat mendaur ulang sampah-sampah tersebut agar tidak menumpuk di tempat pembuangan akhir sehingga itu akan menjadi bom waktu yang sangat berbahaya bagi kita semua,” ujarnya.
Wilda Yanti, selaku penggiat lingkungan ini mengatakan, untuk mengatasi masalah sampah, terutama untuk sampah organik dengan cara meletakkan sampah organik pada tempat yang terbuka (ember) lalu memformula agar sampah tidak bau. Setelah satu minggu sampah ini siap untuk dijadikan pupuk organik lalu bisa dijual. “Tidak hanya sampah organik. Kali ini kami juga mendaur ulang limbah industri, limbah perkotaan, kotoran hewan serta sampah non organik yang bisa kami jadikan bahan bakar minyak,” ujarnya. “Kita harus bisa untuk mengurangi sampah non organik khususnya sampah plastik dan lebih kreatif untuk menanggapi masalah sampah dengan cara mendaur ulang menjadi benda-benda yang berguna dan bernilai tinggi,” imbuh Wilda. *
Komentar