Petani Vanili Sumringah, Harga Tembus Rp 200 Ribu/Kg
Sejumlah petani vanili di Kabupaten Jembrana sumringah lantaran harga vanili basah yang terus merangkak sejak Desember 2019.
NEGARA, NusaBali
Bahkan pada pertengahan Januari ini, harga vanili basah yang biasa diambil sejumlah pengepul ke petani, telah menembus Rp 200 ribu per kilogram (kg).
Salah seorang petani vanili, I Ketut Sutama, 68, dari Banjar Palungan Batu, Desa Batuagung, Kecamatan/Kabupaten Jembrana, Kamis (16/1), mengatakan, harga vanili basah merangkak naik sejak awal musim panen sekitar sebulan lalu. Dari panen pertama, terjual Rp 100 ribu per kg. Seminggu kemudian, kembali naik menjadi Rp 130 ribu per kg, dan kini sudah menembus Rp 200 ribu per kg. “Harganya terus naik. Mudah-mudahan nanti juga terus naik,” ujar petani vanili yang memiliki kebun vanili seluas 30 are ini.
Selain harga yang terus naik, kata Sutama, untuk hasil panen vanili dari kebunnya saat ini tergolong bagus. Dibanding tahun lalu, banyak yang agak keriting dan kecil-kecil, sehingga hasil yang diterima petani tidak begitu menjanjikan. “Tetapi musim panen sekarang ini, berbuahnya tidak bersamaan. Jadi ini mungkin salah satu penyebab, makanya harga vanili terus naik,” ujarnya.
Seorang pengepul vanili di Desa Batuagung, Toni Asih, memperkirakan, harga vanili basah yang terus merangkak sejak Desember lalu, akan terus naik di awal 2020 ini. Pasalnya, saat musim panen kali ini, hasil panen dari petani tidak begitu melimpah akibat musim kemarau panjang tahun 2019 lalu. “Kalau yang bagus perawatannya, mungkin bisa tetap panen. Tetapi ada beberapa yang belum panen,” ujarnya.
Meski harga vanili basah terus merangkak, Asih mengaku, untuk harga vanili kering masih jalan di tempat. Saat ini harga vanili kering adalah Rp 1.700.000 per kg. Namun harga vanili kering tahun ini juga mengalami kenaikan dibanding tahun lalu yang hanya terjual Rp 1.600.000 per kg. “Kalau dari petani vanili di Jembrana, saat ini masih kebanyakan tertarik menjual basah. Karena mungkin pertimbangan lebih praktis. Apalagi kalau harganya terus naik,” ucapnya. *ode
Salah seorang petani vanili, I Ketut Sutama, 68, dari Banjar Palungan Batu, Desa Batuagung, Kecamatan/Kabupaten Jembrana, Kamis (16/1), mengatakan, harga vanili basah merangkak naik sejak awal musim panen sekitar sebulan lalu. Dari panen pertama, terjual Rp 100 ribu per kg. Seminggu kemudian, kembali naik menjadi Rp 130 ribu per kg, dan kini sudah menembus Rp 200 ribu per kg. “Harganya terus naik. Mudah-mudahan nanti juga terus naik,” ujar petani vanili yang memiliki kebun vanili seluas 30 are ini.
Selain harga yang terus naik, kata Sutama, untuk hasil panen vanili dari kebunnya saat ini tergolong bagus. Dibanding tahun lalu, banyak yang agak keriting dan kecil-kecil, sehingga hasil yang diterima petani tidak begitu menjanjikan. “Tetapi musim panen sekarang ini, berbuahnya tidak bersamaan. Jadi ini mungkin salah satu penyebab, makanya harga vanili terus naik,” ujarnya.
Seorang pengepul vanili di Desa Batuagung, Toni Asih, memperkirakan, harga vanili basah yang terus merangkak sejak Desember lalu, akan terus naik di awal 2020 ini. Pasalnya, saat musim panen kali ini, hasil panen dari petani tidak begitu melimpah akibat musim kemarau panjang tahun 2019 lalu. “Kalau yang bagus perawatannya, mungkin bisa tetap panen. Tetapi ada beberapa yang belum panen,” ujarnya.
Meski harga vanili basah terus merangkak, Asih mengaku, untuk harga vanili kering masih jalan di tempat. Saat ini harga vanili kering adalah Rp 1.700.000 per kg. Namun harga vanili kering tahun ini juga mengalami kenaikan dibanding tahun lalu yang hanya terjual Rp 1.600.000 per kg. “Kalau dari petani vanili di Jembrana, saat ini masih kebanyakan tertarik menjual basah. Karena mungkin pertimbangan lebih praktis. Apalagi kalau harganya terus naik,” ucapnya. *ode
Komentar