Dua Sumur Bor Ditjen SDA Mangkrak Bertahun-tahun
Dua sumur bor aset Direktorat Jenderal Sumber Daya Air (Ditjen SDA) Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (KemenPUPR) RI di Desa Tegal Badeng Timur dan Desa Baluk, Kecamatan Negara, Jembrana, bertahun-tahun mangrak.
NEGARA, NusaBali
Kini dua sumur ini dilirik PDAM Tirta Amertha Jati Kabupaten Jembrana. Kedua sumur bor yang tidak dimanfaatkan itu rencananya akan dimanfaatkan PDAM Jembrana untuk meningkatkan pasokan air bersih, khususnya di seputaran Kecamatan Negara. Pemanfataan dua sumur itu rencananya akan dilakukan secara bertahap. Terutama memanfaatkan sumur bor di Desa Tegal Badeng Timur, mengingat di wilayah sekitar, banyak pelanggan yang sering kesulitan mendapat air bersih ketika musim kemarau. Seperti ketika musim kemarau panjang tahun lalu, terjadi kesulitan air bersih di tiga desa sekitar, diantaranya Banjar/Desa Tegal Badeng Timur, Lingkungan Awen, Kelurahan Lelateng, dan Banjar Kombading, Desa Pengambengan.
Direktur PDAM Jembrana Ida Bagus Kertha Negara, Kamis (17/1), mengatakan terkait rencana pemanfaatkan dua sumur bor, itu telah dikoordinasikan pihaknya ke Balai Wilayah Sungai (BWS) Bali-Penida. Dari pihak BWS Bali-Penida yang sangat terbuka untuk pemanfaatkan sumur bor yang mangkrak, itu juga sudah berkoordinas ke Ditjen SDA KemenPUPR RI, dan sudah mendapat persetujuan. “Memang sumur bor, itu katanya dulu sumur uji. Tidak dimanfaatkan, makanya kami usulkan itu. Kebetulan di wilayah sekitar, juga masuk daerah rawan krisis air saat musim kemarau,” ujarnya.
Menurutnya, persoalan krisis air saat musim kemarau di beberapa wilayah pesisir selatan Negara itu terjadi karena adanya penurunan debit air permukaan ataupun sumur bor setiap musim kemarau. Di wilayah sekitar, lokasinya jauh dari sumber air. Ditambah lagi, rutinnya pengambilan air untuk bantuan sosial ke beberapa daerah yang mengalami krisis air bersih sertiap musim kemarau, sehinga membuat debit air semakin menurun ke wilayab pesisir selatan Negara. “Makanya, pemanfaatan sumur itu bisa menjadi solusi. Kemarin sudah kami cek, debit air dari kedua sumur, itu juga sangat bagus,” ucapnya.
Dari hasil pengecekannya, untuk sumur bor milik Ditjen SDA KemenPUPR RI yang di Desa Tegal Badeng Timur, memiliki debit air sebesar 8 liter per detik. Sedangkan yang di Baluk, memiliki debit air 7 liter per detik. Untuk debit 1 liter per detik air, idelanya bisa mengairi 70 sambungan pelanggan. Artinya, jika kedua sumur bor, itu diamnfaatkan, bisa mengairi sampai 1.050 sambungan pelanggan. “Debitnya sangat besar. Kalaupun hanya memanfaatkan yang di Tegal Badeng Timur, sudah bisa memasok semua pelanggan yang biasa mengalami krisi air di daerah-daerah sekitar,” ujarnya.
Untuk memanfaatkan sumur bor yang masih kosongan di Desa Tegal Badeng Timur itu, pihaknya mengakui, diperlukan biaya pembelian mesin pengolahan termasuk jaringan. Meski begitu, pihaknya sudah berkomitmen mewujudkan pemanfaatan sumur bor tersebut demi peningkatan kuantias ataupun kontinuitas pelayananan terhadap kebutuhan air bersih yang terus meningkat. Saat dampak musim kemarau panjang tahun lalu, juga ada 155 rekening pelanggan yang sempat dibebukan sementara di wilayah pesisir selatan Negara.
Pemanfaatan dua sumur bor yang total memiliki debit air sebesar 15 liter per detik, itu juga akan menjadi salah satu tambahan layanan, terkait penyesuaian tarif tahun ini. Di mana sesuai Perbup 40 tahun 2019, tahun ini ada penyesuaian tarif sebesar 28 persen dari tarif sebelumnya. Penyesuaian tarif, itu bertujuan meningkatkan kemampuan operasional dan kualitas pelayanan, dan sejalan dengan meningkatnya kebutuhan pelanggan. Dengan adanya tambahan 2 sumur bor yang akan bertahap dibangun tahun ini, nantinya PDAM Jembrana akan memiliki total 36 sumur bor, di samping 2 instalasi pengolahan air (IPA) dari hilir sungai yang sama-sama berada di Keamatan Mendoyo, masing-masing di Sungai Yehsumbul dan Sungai Yehembang. *ode
Direktur PDAM Jembrana Ida Bagus Kertha Negara, Kamis (17/1), mengatakan terkait rencana pemanfaatkan dua sumur bor, itu telah dikoordinasikan pihaknya ke Balai Wilayah Sungai (BWS) Bali-Penida. Dari pihak BWS Bali-Penida yang sangat terbuka untuk pemanfaatkan sumur bor yang mangkrak, itu juga sudah berkoordinas ke Ditjen SDA KemenPUPR RI, dan sudah mendapat persetujuan. “Memang sumur bor, itu katanya dulu sumur uji. Tidak dimanfaatkan, makanya kami usulkan itu. Kebetulan di wilayah sekitar, juga masuk daerah rawan krisis air saat musim kemarau,” ujarnya.
Menurutnya, persoalan krisis air saat musim kemarau di beberapa wilayah pesisir selatan Negara itu terjadi karena adanya penurunan debit air permukaan ataupun sumur bor setiap musim kemarau. Di wilayah sekitar, lokasinya jauh dari sumber air. Ditambah lagi, rutinnya pengambilan air untuk bantuan sosial ke beberapa daerah yang mengalami krisis air bersih sertiap musim kemarau, sehinga membuat debit air semakin menurun ke wilayab pesisir selatan Negara. “Makanya, pemanfaatan sumur itu bisa menjadi solusi. Kemarin sudah kami cek, debit air dari kedua sumur, itu juga sangat bagus,” ucapnya.
Dari hasil pengecekannya, untuk sumur bor milik Ditjen SDA KemenPUPR RI yang di Desa Tegal Badeng Timur, memiliki debit air sebesar 8 liter per detik. Sedangkan yang di Baluk, memiliki debit air 7 liter per detik. Untuk debit 1 liter per detik air, idelanya bisa mengairi 70 sambungan pelanggan. Artinya, jika kedua sumur bor, itu diamnfaatkan, bisa mengairi sampai 1.050 sambungan pelanggan. “Debitnya sangat besar. Kalaupun hanya memanfaatkan yang di Tegal Badeng Timur, sudah bisa memasok semua pelanggan yang biasa mengalami krisi air di daerah-daerah sekitar,” ujarnya.
Untuk memanfaatkan sumur bor yang masih kosongan di Desa Tegal Badeng Timur itu, pihaknya mengakui, diperlukan biaya pembelian mesin pengolahan termasuk jaringan. Meski begitu, pihaknya sudah berkomitmen mewujudkan pemanfaatan sumur bor tersebut demi peningkatan kuantias ataupun kontinuitas pelayananan terhadap kebutuhan air bersih yang terus meningkat. Saat dampak musim kemarau panjang tahun lalu, juga ada 155 rekening pelanggan yang sempat dibebukan sementara di wilayah pesisir selatan Negara.
Pemanfaatan dua sumur bor yang total memiliki debit air sebesar 15 liter per detik, itu juga akan menjadi salah satu tambahan layanan, terkait penyesuaian tarif tahun ini. Di mana sesuai Perbup 40 tahun 2019, tahun ini ada penyesuaian tarif sebesar 28 persen dari tarif sebelumnya. Penyesuaian tarif, itu bertujuan meningkatkan kemampuan operasional dan kualitas pelayanan, dan sejalan dengan meningkatnya kebutuhan pelanggan. Dengan adanya tambahan 2 sumur bor yang akan bertahap dibangun tahun ini, nantinya PDAM Jembrana akan memiliki total 36 sumur bor, di samping 2 instalasi pengolahan air (IPA) dari hilir sungai yang sama-sama berada di Keamatan Mendoyo, masing-masing di Sungai Yehsumbul dan Sungai Yehembang. *ode
Komentar