Sejumlah Babi di Sentra Ternak Mati Mendadak
Laporan kematian babi berasal dari sentra peternakan babi di Kecamatan Mengwi maupun Abiansemal. Dinas Pertanian dan Pangan Badung menunggu hasil uji laboratorium.
MANGUPURA, NusaBali
Sejumlah babi di beberapa sentra ternak di Kabupaten Badung dilaporkan mati mendadak. Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Badung pun telah mengusut kasus kematian babi ini untuk memastikan penyebabnya.
Laporan yang masuk ke Bagian Kesehan Hewan (Keswan) Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Badung, sejumlah babi yang mati mendadak di antaranya berasal dari Tangeb (Mengwi), Bongkasa, Sedang, Jagapati (Abiansemal). Tidak tertutup kemungkinan tidak hanya di beberapa desa tersebut, sebab saat ini tengah dilakukan pendataan di lapangan.
Kepala Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Badung I Wayan Wijana, mengakui menerima banyak laporan kematian ternak babi. “Ada sejumlah laporan tentang kematian ternak babi milik para peternak. Tapi kami sudah ambil langkah-langkah dengan menurunkan tim langsung ke peternak,” kata Wijana, Minggu (19/1).
Selain membawa sampel darah ke Laboratorium Balai Besar Veteriner Denpasar untuk diuji, pihaknya juga telah membagikan desinfektan kepada peternak. Desinfektan ini akan disemprotkan ke kandang. “Walau begitu, yang tak kalah penting tetap menjaga kebersihan kandang,” imbaunya.
Kendati belum mengetahui apa yang menyebabkan matinya babi tersebut, namun ada tiga penyakit yang biasanya menyerang babi, yaitu cholera atau umum pula dikenal sebagai classical swine fever (CSF), Streptococcus Suis, serta yang paling berbahaya dan belum ditemukan obatnya adalah african swine fever (ASF). Dinas Pertanian Badung kini menunggu hasil uji laboratorium.
Di bagian lain, Kabid Keswan Dinas Pertanian dan Pangan Badung I Gde Asrama menjelaskan laporan kematian babi berasal dari sentra-sentra peternakan babi di Kecamatan Mengwi maupun Kecamatan Abiansemal. “Laporan kami yang terakhir sebetulnya sejak awal Januari. Tapi waktu itu baru laporan kasus babi sakit,” ucapnya.
Namun belakangan diketahui sudah ada laporan bahwa beberapa babi milik peternak mati. Mengenai penyebab kematian babi ini, Asrama belum berani memastikan. “Kami masih menunggu hasil analisa sampel yang telah kami bawa ke laboratorium. Semoga hasilnya bisa keluar dalam waktu dekat,” ujarnya.
Untuk data pasti jumlah kematian babi di Gumi Keris, pihaknya masih melakukan perekapan dari laporan-laporan yang masuk. *asa
Sejumlah babi di beberapa sentra ternak di Kabupaten Badung dilaporkan mati mendadak. Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Badung pun telah mengusut kasus kematian babi ini untuk memastikan penyebabnya.
Laporan yang masuk ke Bagian Kesehan Hewan (Keswan) Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Badung, sejumlah babi yang mati mendadak di antaranya berasal dari Tangeb (Mengwi), Bongkasa, Sedang, Jagapati (Abiansemal). Tidak tertutup kemungkinan tidak hanya di beberapa desa tersebut, sebab saat ini tengah dilakukan pendataan di lapangan.
Kepala Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Badung I Wayan Wijana, mengakui menerima banyak laporan kematian ternak babi. “Ada sejumlah laporan tentang kematian ternak babi milik para peternak. Tapi kami sudah ambil langkah-langkah dengan menurunkan tim langsung ke peternak,” kata Wijana, Minggu (19/1).
Selain membawa sampel darah ke Laboratorium Balai Besar Veteriner Denpasar untuk diuji, pihaknya juga telah membagikan desinfektan kepada peternak. Desinfektan ini akan disemprotkan ke kandang. “Walau begitu, yang tak kalah penting tetap menjaga kebersihan kandang,” imbaunya.
Kendati belum mengetahui apa yang menyebabkan matinya babi tersebut, namun ada tiga penyakit yang biasanya menyerang babi, yaitu cholera atau umum pula dikenal sebagai classical swine fever (CSF), Streptococcus Suis, serta yang paling berbahaya dan belum ditemukan obatnya adalah african swine fever (ASF). Dinas Pertanian Badung kini menunggu hasil uji laboratorium.
Di bagian lain, Kabid Keswan Dinas Pertanian dan Pangan Badung I Gde Asrama menjelaskan laporan kematian babi berasal dari sentra-sentra peternakan babi di Kecamatan Mengwi maupun Kecamatan Abiansemal. “Laporan kami yang terakhir sebetulnya sejak awal Januari. Tapi waktu itu baru laporan kasus babi sakit,” ucapnya.
Namun belakangan diketahui sudah ada laporan bahwa beberapa babi milik peternak mati. Mengenai penyebab kematian babi ini, Asrama belum berani memastikan. “Kami masih menunggu hasil analisa sampel yang telah kami bawa ke laboratorium. Semoga hasilnya bisa keluar dalam waktu dekat,” ujarnya.
Untuk data pasti jumlah kematian babi di Gumi Keris, pihaknya masih melakukan perekapan dari laporan-laporan yang masuk. *asa
1
Komentar