Imlek Diprediksi Tak Berdampak pada Wisatawan
Pelaku pariwisata Bali memperkirakan perayaan Imlek 2571 pada Sabtu (25/1) tidak berimbas signifikan terhadap kunjungan wisatawan, baik wisman maupun wisatawan domestik.
DENPASAR, NusaBali
Penyebabnya perayaan Imlek dengan Nataru yang relatif berdekatan. Selain itu juga pengaruh berbagai isu global seperti kasus memanas antara Amerika Serikat-Iran, juga ekonomi yang dirasakan masih payah.
“Memang karena perayaan Nataru kan baru berlalu, sehingga budget liburan dari wisatawan boleh dibilang sudah dihabiskan untuk liburan Nataru lalu,” ujar I Nyoman Suarma. Selain itu, Januari merupakan bulan awal tahun merupakan bulan memulai program atau pekerjaan untuk satu tahun ke depan. “Jadi memang sudah terasa kondisinya agak sepi. Informasi dari teman- teman hotel juga tidak ada peningkatan booking kamar,” tambah Suarma.
Namun demikian kunjungan wisatawan yang bertalian dengan Imlek tetap ada. Hanya saja volumenya tidak seramai tahun- tahun sebelumnya. “Saya kebetulan juga handle wisman China, juga tetap masih group. Tetapi tidak sebanyak waktu lalu,” kata Suarma.
Terpisah Ketua Bali Villa Assosiation (BVA) I Gede Sukarta mengiyakan mepetnya Nataru dengan Imlek berimbas pada volume kunjungan wisatawan. “Untungnya Januari itu masih dalam periode high season,” ujar Sukarta.
Maksudnya kata Sukarta, kunjungan wisatawan pada Januari masih lumayan. Walau diakui puncaknya pada pertengahan Desember sampai dengan pertengahan Januari. “Tetap ada kunjungan, tetapi tidak sekencang Desember hingga awal Januari,” ujarnya. Ketika itu, kata Sukarta kunjungan ramai. Kualitas wisatawan juga relatif bagus. Hal itu ditandai pembayaran maupun transaksi wisatawan lancar.
Menurut Sukarta yang berat adalah pada Februari sampai Maret nanti, yang merupakan periode low season. Kata Sukarta, jika pada tahun- tahun sebelumnya Imlek jatuh pada Februari, sehingga bisa menambal periode low season Februari – Maret. “Karena Imlek jatuh pada Januari, otomatis Februari kosong,” ujarnya.
Namun demikian, peluang untuk menggenjot kunjungan itu tetap ada. Menurutnya Februari- Maret, peluang pasar lain seperti India yang potensial digarap lebih intensif. Sukarta menyatakan, yang namanya industri berbasis hospitality pelaku industri pariwisata tetap melakukan persiapan sebagaimana biasa. Katanya, persiapan tersebut merupakan standar yang memang sudah biasa dilaksanakan pelaku industri. "Seperti kami di villa selalu siap untuk memberi pelayanan semaksimal mungkin," kata Sukarta. *k17
Penyebabnya perayaan Imlek dengan Nataru yang relatif berdekatan. Selain itu juga pengaruh berbagai isu global seperti kasus memanas antara Amerika Serikat-Iran, juga ekonomi yang dirasakan masih payah.
“Memang karena perayaan Nataru kan baru berlalu, sehingga budget liburan dari wisatawan boleh dibilang sudah dihabiskan untuk liburan Nataru lalu,” ujar I Nyoman Suarma. Selain itu, Januari merupakan bulan awal tahun merupakan bulan memulai program atau pekerjaan untuk satu tahun ke depan. “Jadi memang sudah terasa kondisinya agak sepi. Informasi dari teman- teman hotel juga tidak ada peningkatan booking kamar,” tambah Suarma.
Namun demikian kunjungan wisatawan yang bertalian dengan Imlek tetap ada. Hanya saja volumenya tidak seramai tahun- tahun sebelumnya. “Saya kebetulan juga handle wisman China, juga tetap masih group. Tetapi tidak sebanyak waktu lalu,” kata Suarma.
Terpisah Ketua Bali Villa Assosiation (BVA) I Gede Sukarta mengiyakan mepetnya Nataru dengan Imlek berimbas pada volume kunjungan wisatawan. “Untungnya Januari itu masih dalam periode high season,” ujar Sukarta.
Maksudnya kata Sukarta, kunjungan wisatawan pada Januari masih lumayan. Walau diakui puncaknya pada pertengahan Desember sampai dengan pertengahan Januari. “Tetap ada kunjungan, tetapi tidak sekencang Desember hingga awal Januari,” ujarnya. Ketika itu, kata Sukarta kunjungan ramai. Kualitas wisatawan juga relatif bagus. Hal itu ditandai pembayaran maupun transaksi wisatawan lancar.
Menurut Sukarta yang berat adalah pada Februari sampai Maret nanti, yang merupakan periode low season. Kata Sukarta, jika pada tahun- tahun sebelumnya Imlek jatuh pada Februari, sehingga bisa menambal periode low season Februari – Maret. “Karena Imlek jatuh pada Januari, otomatis Februari kosong,” ujarnya.
Namun demikian, peluang untuk menggenjot kunjungan itu tetap ada. Menurutnya Februari- Maret, peluang pasar lain seperti India yang potensial digarap lebih intensif. Sukarta menyatakan, yang namanya industri berbasis hospitality pelaku industri pariwisata tetap melakukan persiapan sebagaimana biasa. Katanya, persiapan tersebut merupakan standar yang memang sudah biasa dilaksanakan pelaku industri. "Seperti kami di villa selalu siap untuk memberi pelayanan semaksimal mungkin," kata Sukarta. *k17
Komentar