Belasan Babi di Gianyar Mati
Para pembeli atau tengkulak babi juga berpotensi membawa virus dari satu kandang ke kandang lain.
GIANYAR, NusaBali
Kasus kematian ternak babi secara misterius juga terjadi di Gianyar. Berdasarkan laporan yang diterima Dinas Pertanian (Distan) Gianyar, tercatat 19 ekor babi telah mati. Babi mati tersebar di empat lokasi. Dinas sedang meneliti sampel bangkai babi yang telah dikubur.
Menurut Kabid Kesehatan Hewan dan Kesmavet Distan Gianyar drh Made Santi Arka Wijaya, sebaran babi mati terbanyak di Kecamatan Payangan. Itu karena Payangan terbanyak memelihara babi. "Di Payangan ada tiga titik. Di Desa Klusa, Bukian, dan Puhu. Satu titik lainnya di Kecamatan Sukawati, di Banjar Abasan, Desa Singapadu Tengah," ujarnya Rabu (22/1).
Mengenai babi yang mati mendadak, pihaknya langsung terjun ke lokasi kandang. "Setelah dilakukan desinfeksi kematian tak berlanjut, sampel juga dibawa ke laboratorium di Denpasar," jelasnya..
"Belum ada jawaban (hasil lab, Red). Tapi kami sudah berkoordinasi dengan BBVet untuk ambil sampel di sana," jelasnya. Santi Arka memperkirakan, wabah babi mati ini tidak berkaitan dengan ASF. "Namun kalau dilihat dari angka kematian cukup kecil, kemungkinan tak terserang ASF," tegasnya.
Selain melakukan desinfeksi, pihaknya juga melakukan upaya memperketat perawatan ternak. "Kami akan lakukan sosialisasi pada daerah yang banyak kematian dan yang masih aman, untuk sama-sama kita perketat lalu lintas babi," jelasnya.
Disamping itu, perlu pengawasan bersama terkait jual beli babi. "Orang-orang yang berpotensi pembawa virus juga disosialisasikan," imbuhnya.
Dia menjelaskan, para pembeli atau tengkulak babi juga berpotensi membawa virus dari satu kandang ke kandang lain. "Kami sepakat di seluruh Bali untuk memperketat keluarnya babi dari daerah kasus. Sebab tukang juk (tukang tangkap, Red) babi, tumpung atau bangsung dan lain lain peralatannya itu berpotensi sekali sebagai penyebar," ungkapnya. nvi
Menurut Kabid Kesehatan Hewan dan Kesmavet Distan Gianyar drh Made Santi Arka Wijaya, sebaran babi mati terbanyak di Kecamatan Payangan. Itu karena Payangan terbanyak memelihara babi. "Di Payangan ada tiga titik. Di Desa Klusa, Bukian, dan Puhu. Satu titik lainnya di Kecamatan Sukawati, di Banjar Abasan, Desa Singapadu Tengah," ujarnya Rabu (22/1).
Mengenai babi yang mati mendadak, pihaknya langsung terjun ke lokasi kandang. "Setelah dilakukan desinfeksi kematian tak berlanjut, sampel juga dibawa ke laboratorium di Denpasar," jelasnya..
"Belum ada jawaban (hasil lab, Red). Tapi kami sudah berkoordinasi dengan BBVet untuk ambil sampel di sana," jelasnya. Santi Arka memperkirakan, wabah babi mati ini tidak berkaitan dengan ASF. "Namun kalau dilihat dari angka kematian cukup kecil, kemungkinan tak terserang ASF," tegasnya.
Selain melakukan desinfeksi, pihaknya juga melakukan upaya memperketat perawatan ternak. "Kami akan lakukan sosialisasi pada daerah yang banyak kematian dan yang masih aman, untuk sama-sama kita perketat lalu lintas babi," jelasnya.
Disamping itu, perlu pengawasan bersama terkait jual beli babi. "Orang-orang yang berpotensi pembawa virus juga disosialisasikan," imbuhnya.
Dia menjelaskan, para pembeli atau tengkulak babi juga berpotensi membawa virus dari satu kandang ke kandang lain. "Kami sepakat di seluruh Bali untuk memperketat keluarnya babi dari daerah kasus. Sebab tukang juk (tukang tangkap, Red) babi, tumpung atau bangsung dan lain lain peralatannya itu berpotensi sekali sebagai penyebar," ungkapnya. nvi
Komentar