Sulinggih Muda Dorong Generasi Muda Introspeksi saat Siwaratri
Ida Mas Dalem Segara menganggap mestinya perayaan Siwaratri jauh dari hiruk-pikuk karena momen ini merupakan perayaan yang menyimpan renungan.
DENPASAR, NusaBali.com
Hari Raya Siwaratri merupakan hari raya yang jatuh setiap satu tahun sekali berdasarkan kalender Isaka yaitu pada Purwaning Tilem Kapitu (bulan ke-7 sebelum bulan mati). Pada awal tahun 2020 ini, Hari Raya Siwaratri jatuh pada Kamis (23/1/2020). Bagi umat Hindu, Hari Raya Siwaratri merupakan momen perenungan dosa dalam diri. Lalu bagaimanakah relevansinya dengan anak muda saat ini?
Ida Mas Dalem Segara, sulinggih dari generasi muda yang masih berusia 25 tahun, menyebutkan Hari Raya Siwaratri juga jadi momen khusus bagi kalangan muda Hindu untuk melakukan introspeksi diri. "Relevansinya dengan anak muda era sekarang adalah pentingnya lebih bisa belajar menahan hawa nafsunya, introspeksi diri," ujarnya saat ditemui NusaBali.com di Griya Mas Dalem Segara, Sading, Mengwi, Badung.
Sebagai anak muda, kata dia, penting untuk meredam hal-hal buruk dalam diri dengan proses introspeksi tersebut. "Kita sangat sering menyalahkan orang lain. Padahal musuh kita sesungguhnya adalah diri sendiri, ada ambisi, ego, cemburu sosial. Ini yang mesti diredam di Siwaratri, agar hari berikutnya tidak membawa hal-hal buruk itu lagi," pesannya.
Karena itu, Ida Mas Dalem Segara menganggap mestinya perayaan Siwaratri jauh dari hiruk-pikuk karena momen ini merupakan perayaan yang menyimpan renungan. "Tata cara pelaksanaan lebih hening karena introspeksi, lebih banyak melakukan dharma," kata sulinggih kelahiran 24 Oktober 1994 ini.
Introspeksi sebagai usaha menimbulkan kesadaran diri dalam Siwaratri diwujudkan dengan pelaksanaan brata berupa upawasa, monabrata dan jagra. Namun dia tak menepis kemungkinan jika saat ini cukup banyak anak muda yang tidak melaksanakan prosesi itu. "Tiga hal itu kan simbol. Tinggal bagaimana kita memaknai dengan hal yang positif di era sekarang. Misalnya upawasa dimaknai dengan menjaga pola makan atau pun tidak memakan hewan. Itu lebih relevan dengan era sekarang," sebutnya.
"Kalau sekarang dibawa kembali ke era dulu ya mental ke generasi muda. Misalnya nih bermeditasi saja rasanya mustahil dilakukan anak muda sekarang," selorohnya. Alternatif lain yang bisa dilakukan, lanjutnya, adalah melakukan dharma. "Sebagaimana ada anggapan Siwaratri sebagai penebusan dosa. Karena ada konsep karma, kita bisa mengurangi karma buruk di masa lalu dengan cara berbuat baik saat ini. Itu sederhananya," tegasnya.
Disinggung mengenai banyaknya muda-mudi yang melakukan persembahyangan bersama ke pura saat Siwaratri, Ida Mas Dalem Segara menganggap ini adalah hal yang wajar. "Sah-sah saja jika untuk hal yang positif dan tidak menjurus ke hal negatif. Misal tangkil bersama dengan pasangan baik cowok atau cewek, atau dengan teman-teman lainnya. Toh kita tidak bisa menilai niat orang lain seperti apa" terangnya.
Yang terpenting, kata dia, adalah bagaimana menjadi umat sebijak mungkin memaknai perayaan dengan baik. "Bagaimana kita bisa membedakan mana sedang melaksanakan tradisi agama atau sedang beraktivitas di luar itu dengan teman atau pasangan," tutupnya.*has
Komentar