Penyebar Foto Bugil Siswi SMP Harus Diungkap
Secara psikis, korban trauma dan malu, sehingga perlu pendampingan untuk pemulihan. Polisi pun diminta mencari pelaku yang menyebar foto.
SINGARAJA, NusaBali
Komisi Perlindungan Perempuan dan Anak (KPPAD) Bali mendesak kepolisian mengusut tuntas kasus penyebaran foto bugil siswi SMP Negeri di Buleleng yang sedang viral saat ini. Korban yang baru berusia 15 tahun ini ditegaskan statusnya hanya sebagai korban.
Divisi Hukum dan Advokasi KPPAD Bali, Luh Gede Astini, dihubungi Kamis (23/1/2020) mengatakan, sejauh ini belum dapat menyambangi langsung untuk mengetahui kronologis kejadiannya secara detail. Termasuk modus dan alasan korban berfoto bugil. Foto bugil yang seharusnya sebagai koleksi pribadi itu jatuh ke tangan yang tidak tepat hingga akhirnya viral.
Menurutnya KPPAD Bali segera akan melakukan pendampingan kepada korban dengan menggandeng Pusat Pelayanan Terpadu Perlindungan Perempuan dan Anak (P2TP2A) Kabupaten Buleleng. Dari kasus yang terjadi secara psikologis, korban yang masih berusia labil itu dipastikan mengalami trauma. Apalagi ada unsur kekerasan yang belakangan datang dari dampak tersebarnya foto bugil miliknya. “Secara psikis pasti dia trauma dan malu, itu yang perlu pendampingan untuk pemulihan. Polisi harus mencari pelaku yang menyebar foto,” ujar Astini.
Sementara itu Ketua Dewan Pendidikan Kabupaten Buleleng, I Gusti Ngurah Agung menanggapi kasus foto bugil siswi SMP yang sedang viral saat ini memang sungguh disayangkan terjadi. Kasus tersebarnya foto bugil siswa SMP ini ternyata dimanfaatkan pelaku dengan melihat kondisi lemah dan labilnya siswa SMP. Dirinya pun mengapresiasi tindakan sekolah yang mengambil keputusan pemberian sanksi skorsing tidak masuk kelas tanpa harus memecat korban. “Langkah sekolah menurut kami sudah sangat tepat dengan menjatuhkan sanksi pembinaan melalui bimbingan konseling tanpa terjerumus memecatnya,” ucap I Gusti Ngurah Agung.
Sementara itu yang menjadi sorotan olehnya adalah sikap amarah orangtua yang terekam video melakukan aksi kekerasan kepada anak yang sudah menjadi korban. menurut I Gusti Ngurah Agung, orang tua seyogianya lebih sadar dan mengintrospeksi diri, lebih intens memberi perhatian, bimbingan dan waktu pendidikan, pengawasan pergaulan kepada putriya. Sehingga tak sepenuhnya menyalahkan kondisi putrinya yang saat ini. “Hal ini yang kadang dilupakan dan diabaikan orang tua. Padahal pendidikan dan pembentukan karakter tak sepenuhnya tanggung jawab sekolah dan lembaga pendidikan. Garda terdepannya adalah keluarga dan orangtua,” ungkap dia.
Dirinya pun berharap kasus seperti ini menjadi pelajaran dan perenungan bersama semua pihak. Baik lembaga pendiidkan, sekolah, orang tua, kepolisian dan juga anak-anak agar kasus yang sama tak terulang kembali.*k23
Divisi Hukum dan Advokasi KPPAD Bali, Luh Gede Astini, dihubungi Kamis (23/1/2020) mengatakan, sejauh ini belum dapat menyambangi langsung untuk mengetahui kronologis kejadiannya secara detail. Termasuk modus dan alasan korban berfoto bugil. Foto bugil yang seharusnya sebagai koleksi pribadi itu jatuh ke tangan yang tidak tepat hingga akhirnya viral.
Menurutnya KPPAD Bali segera akan melakukan pendampingan kepada korban dengan menggandeng Pusat Pelayanan Terpadu Perlindungan Perempuan dan Anak (P2TP2A) Kabupaten Buleleng. Dari kasus yang terjadi secara psikologis, korban yang masih berusia labil itu dipastikan mengalami trauma. Apalagi ada unsur kekerasan yang belakangan datang dari dampak tersebarnya foto bugil miliknya. “Secara psikis pasti dia trauma dan malu, itu yang perlu pendampingan untuk pemulihan. Polisi harus mencari pelaku yang menyebar foto,” ujar Astini.
Sementara itu Ketua Dewan Pendidikan Kabupaten Buleleng, I Gusti Ngurah Agung menanggapi kasus foto bugil siswi SMP yang sedang viral saat ini memang sungguh disayangkan terjadi. Kasus tersebarnya foto bugil siswa SMP ini ternyata dimanfaatkan pelaku dengan melihat kondisi lemah dan labilnya siswa SMP. Dirinya pun mengapresiasi tindakan sekolah yang mengambil keputusan pemberian sanksi skorsing tidak masuk kelas tanpa harus memecat korban. “Langkah sekolah menurut kami sudah sangat tepat dengan menjatuhkan sanksi pembinaan melalui bimbingan konseling tanpa terjerumus memecatnya,” ucap I Gusti Ngurah Agung.
Sementara itu yang menjadi sorotan olehnya adalah sikap amarah orangtua yang terekam video melakukan aksi kekerasan kepada anak yang sudah menjadi korban. menurut I Gusti Ngurah Agung, orang tua seyogianya lebih sadar dan mengintrospeksi diri, lebih intens memberi perhatian, bimbingan dan waktu pendidikan, pengawasan pergaulan kepada putriya. Sehingga tak sepenuhnya menyalahkan kondisi putrinya yang saat ini. “Hal ini yang kadang dilupakan dan diabaikan orang tua. Padahal pendidikan dan pembentukan karakter tak sepenuhnya tanggung jawab sekolah dan lembaga pendidikan. Garda terdepannya adalah keluarga dan orangtua,” ungkap dia.
Dirinya pun berharap kasus seperti ini menjadi pelajaran dan perenungan bersama semua pihak. Baik lembaga pendiidkan, sekolah, orang tua, kepolisian dan juga anak-anak agar kasus yang sama tak terulang kembali.*k23
Komentar