Sembahyang Diiringi Angklung, dan Tradisi Bagi-bagi Angpao
Perayaan Imlek 2571 di Buleleng dan Gianyar
Rangkaian perayaan Tahun Baru Imlek 2571 yang puncaknya jatuh pada Sabtu (25/1) pagi, memang tak jauh berbeda dengan perayaan tahun sebelumnya.
SINGARAJA, NusaBali
Pemandangan yang tak pernah absen di halaman Tempat Ibadah Tri Dharma (TITD) Ling Gwan Kiong, areal eks Pelabuhan Buleleng yakni gambelan angklung yang mengiringi sejak malam pergantian tahun. Penyertaan tradisi Bali dalam perayaan Imlek setiap tahunnya disebut sebagai akulturasi budaya umat Tri Dharma dengan budaya Bali.
Ratusan masyarakat Buleleng yang memiliki garis keturunan Tionghoa, berbondong-bondong melakukan persembahyangan. Selain di rumah keluarga besar, persembahyangan juga dilangsungkan di Tempat Ibadah Tri Dharma (TITD) Ling Gwan Kiong maupun Seng Hong Bio.
Seperti yang terlihat di TITD Ling Gwan Kiong pagi kemarin. Warga keturunan Tionghoa bersama para rohaniwan di TITD melakukan persembahyangan. Istimewanya persembahyangan itu diiringi dengan gambelan angklung yang memang diundang khusus untuk mengiringi perayaan Tahun Baru Imlek.
Rohaniwan di TITD Ling Gwan Kiong, Pipit Budiman Teja alias Pik Hong, mengatakan persembahyangan saat Tahun Baru Imlek berlangsung mulai dari Sabtu (25/1) pagi hingga Minggu (26/1) malam. “Biasanya pagi sembahyang dulu di keluarga besar, mendoakan leluhur. Setelah itu baru ke tempat ibadah,” jelas Pik Hong.
Dalam kepercayaan umat Tri Dharma, setiap kali pergantian tahun yang dilambangkan dengan salah satu dari 12 shio, juga disebutkan shio yang hoki pada tahun tikus logam ini. Tiga shio yang bernasib baik pada tahun tikus logam yang melambangkan kesuburan dan kekayaan jatuh pada shio kerbau, monyet, dan naga. Selain itu ada juga shio lain yang diprediksi akan mengalami ciong atau ketidakberuntungan yakni shio kuda, kelinci, dan tikus. Meski demikian umat Tri Dharma yang disebut mengalami ketidakberuntungan biasanya akan mengikuti upacara tolak bala (cisuak) yang akan berlangsung pada Sabtu (8/2) mendatang.
Sementara di Gianyar, warga Tionghoa mendatangi sejumlah vihara maupun kongco, seperti di Cong Po Kong Bio, Jalan Astina Selatan, Gianyar. Kongco ini disungsung oleh 122 KK warga Tionghoa di Gianyar. “Warga melakukan persembahyangan pukul 08.00-17.00,” ujar Ketua Pemaksaan Cong Po Kong Bio Gianyar, Gede Sugihartana.
Perayaan Tahun Baru Imlek identik dengan persembahyangan, silaturahmi, dan bagi-bagi angpao. “Perayaan Imlek di Gianyar selain melakukan persembahyangan di tempat ibadah juga silaturahmi ke sesama warga Tionghoa,” kata seorang warga Tionghoa, Kadek Arimbawa.
Dijelaskan, seminggu sebelum perayaan, warga Tionghoa biasanya membersihkan tempat persembahyangan baik itu yang ada di rumah maupun di tempat ibadah yang disebut dengan Sugian. Setelah itu, warga Tionghoa menghias rumah sedemikian rupa dengan pernak pernik Imlek. Di depan rumah juga dipasang tebu pada kanan dan kiri pintu gerbang.
Selain itu juga, saat perayaan Imlek, warga Tionghoa biasa membagikan angpao kepada anak-anak atau sanak keluarga yang belum bekerja dan belum menikah. “Angpao sebagai lambang kegembiraan dan semangat yang membawa nasib baik,” ujarnya. *k23, nvi
Ratusan masyarakat Buleleng yang memiliki garis keturunan Tionghoa, berbondong-bondong melakukan persembahyangan. Selain di rumah keluarga besar, persembahyangan juga dilangsungkan di Tempat Ibadah Tri Dharma (TITD) Ling Gwan Kiong maupun Seng Hong Bio.
Seperti yang terlihat di TITD Ling Gwan Kiong pagi kemarin. Warga keturunan Tionghoa bersama para rohaniwan di TITD melakukan persembahyangan. Istimewanya persembahyangan itu diiringi dengan gambelan angklung yang memang diundang khusus untuk mengiringi perayaan Tahun Baru Imlek.
Rohaniwan di TITD Ling Gwan Kiong, Pipit Budiman Teja alias Pik Hong, mengatakan persembahyangan saat Tahun Baru Imlek berlangsung mulai dari Sabtu (25/1) pagi hingga Minggu (26/1) malam. “Biasanya pagi sembahyang dulu di keluarga besar, mendoakan leluhur. Setelah itu baru ke tempat ibadah,” jelas Pik Hong.
Dalam kepercayaan umat Tri Dharma, setiap kali pergantian tahun yang dilambangkan dengan salah satu dari 12 shio, juga disebutkan shio yang hoki pada tahun tikus logam ini. Tiga shio yang bernasib baik pada tahun tikus logam yang melambangkan kesuburan dan kekayaan jatuh pada shio kerbau, monyet, dan naga. Selain itu ada juga shio lain yang diprediksi akan mengalami ciong atau ketidakberuntungan yakni shio kuda, kelinci, dan tikus. Meski demikian umat Tri Dharma yang disebut mengalami ketidakberuntungan biasanya akan mengikuti upacara tolak bala (cisuak) yang akan berlangsung pada Sabtu (8/2) mendatang.
Sementara di Gianyar, warga Tionghoa mendatangi sejumlah vihara maupun kongco, seperti di Cong Po Kong Bio, Jalan Astina Selatan, Gianyar. Kongco ini disungsung oleh 122 KK warga Tionghoa di Gianyar. “Warga melakukan persembahyangan pukul 08.00-17.00,” ujar Ketua Pemaksaan Cong Po Kong Bio Gianyar, Gede Sugihartana.
Perayaan Tahun Baru Imlek identik dengan persembahyangan, silaturahmi, dan bagi-bagi angpao. “Perayaan Imlek di Gianyar selain melakukan persembahyangan di tempat ibadah juga silaturahmi ke sesama warga Tionghoa,” kata seorang warga Tionghoa, Kadek Arimbawa.
Dijelaskan, seminggu sebelum perayaan, warga Tionghoa biasanya membersihkan tempat persembahyangan baik itu yang ada di rumah maupun di tempat ibadah yang disebut dengan Sugian. Setelah itu, warga Tionghoa menghias rumah sedemikian rupa dengan pernak pernik Imlek. Di depan rumah juga dipasang tebu pada kanan dan kiri pintu gerbang.
Selain itu juga, saat perayaan Imlek, warga Tionghoa biasa membagikan angpao kepada anak-anak atau sanak keluarga yang belum bekerja dan belum menikah. “Angpao sebagai lambang kegembiraan dan semangat yang membawa nasib baik,” ujarnya. *k23, nvi
Komentar