Di Kecamatan Marga, 119 Babi Mati
Kematian Babi Mendadak di Kabupaten Tabanan Meluas
Data sementara per 27 Januari 2020, ada 10 desa di 5 kecamatan terjadi babi mati mendadak. Kecamatan Penebel 2 desa, Tabanan 1 desa, Marga 4 desa, Kediri 2 desa, dan Selemadeg Timur 1 desa.
TABANAN, NusaBali
Kasus kematian babi secara mendadak di Kabupaten Tabanan makin luas. Sesuai data terbaru di Kecamatan Marga saja babi mati sebanyak 119 ekor baik indukan maupun babi penggemukan. Sementara Dinas Pertanian Tabanan masih melakukan pendataan.
Kabid Peternakan Dinas Pertanian Kabupaten Tabanan I Wayan Suamba, menjelaskan pihaknya tengah melakukan pendataan kematian babi mendadak sekaligus melakukan sosialisasi antisipasi penyebaran virus African Swine Fever (ASF) di Kecamatan Marga.
Dari hasil pendataan itu ditemukan sejumlah babi mati di beberapa desa. Di antaranya di Desa Selanbawak babi mati mencapai 79 ekor. Di Desa Kukuh tercatat 37 ekor, di Desa Beringkit 1 dan 2 ekor karena penyakit lain, dan Desa Cau Belayu ditemukan 2 ekor. “Untuk hari ini (Senin kemarin) di Kecamatan Marga kami baru melakukan pendataan di desa yang terdampak kematian babi,” ujarnya, Senin (27/1).
Menurutnya pendataan tidak hanya dilakukan di Kecamatan Marga. Tim lain juga melakukan pendataan di Kecamatan Kerambitan dan Kecamatan Selemadeg Timur. “Data kami belum rekap yang di Kecamatan Kerambitan dan Kecamatan Selemadeg Timur, karena tim lain yang turun,” tegas Suamba.
Menurut Suamba, kematian babi secara mendadak sudah menyebar, yang awalnya diketahui terjadi di Kecamatan Penebel. Namun dia mengaku kematian babi ini tak sepenuhnya disebabkan karena ASF. “Bisa juga ada hal lain yang menyebabkan kematian babi,” imbuhnya.
Oleh karena itu untuk mengantisipasi peternak terserang virus, pihaknya juga melakukan sosialisasi menekankan kebersihan kandang dan membatasi orang masuk kandang, khususnya tukang jagal yang membawa bangsung (tempat babi) harus disemprot dengan desinfektan atau kaporit sebagai upaya pencegahan dini.
Seperti berita sebelumnya di Tabanan sudah ada tujuh desa yang terdampak kematian babi secara mendadak. Tujuh desa itu adalah Desa Jegu, Desa Rejasa Kecamatan Penebel. Desa Buahan Kecamatan Tabanan. Desa Cepaka dan Desa Kaba-Kaba, Kecamatan Kediri. Desa Tegal Mengkeb, Kecamatan Selemadeg Timur. Dan Desa Kukuh, Kecamatan Marga.
Sementara jika ditambah dengan pendataan babi mati oleh Dinas Peternakan di Kecamatan Marga, bertambah lagi tiga desa yakni di Desa Cau Belayu, Desa Selanbawak, dan Desa Beringkit. Sehingga data sementara per 27 Januari 2020, tercatat 10 desa di Kabupaten Tabanan terdampak kematian babi secara mendadak.
Salah seorang peternak babi yang mengalami kematian babi mendadak adalah I Nyoman Tirtayasa di Banjar Tatag, Desa Kukuh, Kecamatan Marga. Dari 18 babi yang dimiliki, 12 babi mengalami mati mendadak pada Sabtu (25/1). Awalnya yang mati adalah babi indukan, kemudian disusul dengan babi penggemukan. “Total ada 12 babi yang mati secara mendadak,” ujarnya.
Menurut Tirtayasa sekaligus Kelian Dinas Banjar Tatag, babi yang mati itu tak terlihat ciri-ciri khusus. Namun sebelum mati mengalami penurunan makan, kemudian susah bangun dan langsung mati mendadak. Selain itu juga keluar darah dari telinga, hidung, mulut, dan dari mata. “Jadi ini tumben begini matinya sadis. Kalau karena pakan, tidak mungkin karena saya gunakan pakan biasa 511 dan dedak jagung, tidak pakai limbah,” tuturnya.
Diakuinya, babinya yang mati ini beratnya mencapai 100 kilogram dan direncanakan panen untuk persiapan di Hari Raya Galungan. “Jadi tidak bisa ngomong apa, karena ini saya sampai tidak nafsu makan. Masih terbayang-bayang dengan kematian babi,” imbuh Tirtayasa.
Dia berharap pemerintah dapat memberikan informasi jelas perihal kematian babi yang sampai meluas ini. Bila perlu pemerintah mengambil sampel dari babi yang mati supaya diketahui secara jelas penyebabnya. “Kalau dicari sampel babi saya sanggup lagi menggali babi yang sudah kami kubur,” ucapnya. *des
Kabid Peternakan Dinas Pertanian Kabupaten Tabanan I Wayan Suamba, menjelaskan pihaknya tengah melakukan pendataan kematian babi mendadak sekaligus melakukan sosialisasi antisipasi penyebaran virus African Swine Fever (ASF) di Kecamatan Marga.
Dari hasil pendataan itu ditemukan sejumlah babi mati di beberapa desa. Di antaranya di Desa Selanbawak babi mati mencapai 79 ekor. Di Desa Kukuh tercatat 37 ekor, di Desa Beringkit 1 dan 2 ekor karena penyakit lain, dan Desa Cau Belayu ditemukan 2 ekor. “Untuk hari ini (Senin kemarin) di Kecamatan Marga kami baru melakukan pendataan di desa yang terdampak kematian babi,” ujarnya, Senin (27/1).
Menurutnya pendataan tidak hanya dilakukan di Kecamatan Marga. Tim lain juga melakukan pendataan di Kecamatan Kerambitan dan Kecamatan Selemadeg Timur. “Data kami belum rekap yang di Kecamatan Kerambitan dan Kecamatan Selemadeg Timur, karena tim lain yang turun,” tegas Suamba.
Menurut Suamba, kematian babi secara mendadak sudah menyebar, yang awalnya diketahui terjadi di Kecamatan Penebel. Namun dia mengaku kematian babi ini tak sepenuhnya disebabkan karena ASF. “Bisa juga ada hal lain yang menyebabkan kematian babi,” imbuhnya.
Oleh karena itu untuk mengantisipasi peternak terserang virus, pihaknya juga melakukan sosialisasi menekankan kebersihan kandang dan membatasi orang masuk kandang, khususnya tukang jagal yang membawa bangsung (tempat babi) harus disemprot dengan desinfektan atau kaporit sebagai upaya pencegahan dini.
Seperti berita sebelumnya di Tabanan sudah ada tujuh desa yang terdampak kematian babi secara mendadak. Tujuh desa itu adalah Desa Jegu, Desa Rejasa Kecamatan Penebel. Desa Buahan Kecamatan Tabanan. Desa Cepaka dan Desa Kaba-Kaba, Kecamatan Kediri. Desa Tegal Mengkeb, Kecamatan Selemadeg Timur. Dan Desa Kukuh, Kecamatan Marga.
Sementara jika ditambah dengan pendataan babi mati oleh Dinas Peternakan di Kecamatan Marga, bertambah lagi tiga desa yakni di Desa Cau Belayu, Desa Selanbawak, dan Desa Beringkit. Sehingga data sementara per 27 Januari 2020, tercatat 10 desa di Kabupaten Tabanan terdampak kematian babi secara mendadak.
Salah seorang peternak babi yang mengalami kematian babi mendadak adalah I Nyoman Tirtayasa di Banjar Tatag, Desa Kukuh, Kecamatan Marga. Dari 18 babi yang dimiliki, 12 babi mengalami mati mendadak pada Sabtu (25/1). Awalnya yang mati adalah babi indukan, kemudian disusul dengan babi penggemukan. “Total ada 12 babi yang mati secara mendadak,” ujarnya.
Menurut Tirtayasa sekaligus Kelian Dinas Banjar Tatag, babi yang mati itu tak terlihat ciri-ciri khusus. Namun sebelum mati mengalami penurunan makan, kemudian susah bangun dan langsung mati mendadak. Selain itu juga keluar darah dari telinga, hidung, mulut, dan dari mata. “Jadi ini tumben begini matinya sadis. Kalau karena pakan, tidak mungkin karena saya gunakan pakan biasa 511 dan dedak jagung, tidak pakai limbah,” tuturnya.
Diakuinya, babinya yang mati ini beratnya mencapai 100 kilogram dan direncanakan panen untuk persiapan di Hari Raya Galungan. “Jadi tidak bisa ngomong apa, karena ini saya sampai tidak nafsu makan. Masih terbayang-bayang dengan kematian babi,” imbuh Tirtayasa.
Dia berharap pemerintah dapat memberikan informasi jelas perihal kematian babi yang sampai meluas ini. Bila perlu pemerintah mengambil sampel dari babi yang mati supaya diketahui secara jelas penyebabnya. “Kalau dicari sampel babi saya sanggup lagi menggali babi yang sudah kami kubur,” ucapnya. *des
Komentar