Sekaa Okokan Brahma Diva Kencana Pentaskan Cupak Gerantang Matekap
Inilah bentuk keseriusan krama Banjar Delod Puri, Desa Pakraman Kediri, Kecamatan Kediri, Tabanan untuk melestarikan tradisi okokan yang telah diwariskan secara turun temurun.
TABANAN, NusaBali
Selain membentuk identitas, krama juga membuat legalitas sekaa okokan ini dengan nama Brahma Diva Kencana. Sekaa Okokan Brahma Diva Kencana dikukuhkan Bupati Tabanan Ni Putu Eka Wiryastuti, Senin (8/8) malam.
Usai dikukuhkan, sebanyak 70 pragina (seniman) yang tergabung dalam Brahma Diva Kencana langsung perkenalkan fragmen tari dengan lakon ’Cupak Gerantang Matekap’. Cerita rakyat ini diambil sebagai lakon pertunjukkan karena sesuai dengan mayoritas mata pencaharian yakni bertani. Cupak dan Gerantang merupakan saudara kandung yang beda sifat yakni simbol malas dan ringan tangan. Lakon ’Cupak Gerantang Matekap’ diangkat untuk fragmen tari sebagai pemanis musik yang dihasilkan oleh okokan.
Bendesa Adat Kediri, I Gusti Ngurah Panji Wisnu mengatkan bahwa, Tektekan yang ada di Desa Kediri ini sangat beda dengan di daerah lain. Selain menjadi tradisi budaya, Tektekan ini memiliki unsur sakral yakni difungsikan sebagai upacara nakluk merana. "Ketika ada kegagalan panen, atau terjadi permasalahan di Desa Kediri pasti Tektekan ini diturunkan," terangnya, Selasa (9/8).
Kelian Sekaa Okokan Brahma Diva Kencana, I Gusti Ngurah Adnyana, mengatakan pilihan lakon Cupak Gerantang diambil berdasarkan hasil paruman yang digelar berulang kali. Dari beragam ide yang masuk, Cupak Gerantang dinilai paling pas dibawakan mengiringi suara okokan mengingat fungsi okokan di Desa Pakraman Kediri sebagai penawar merana (hama) di sawah. “Selain fungsinya di bidang pertanian untuk mengusir serangan hama, juga sesuai dengan kehidupan masyarakat Tabanan yang agraris,” ungkap Ngurah Adnyana.
Ngurah Adnyana menambahkan, sekaa okokan Brahma Diva Kencana dikukuhkan karena mulai dilirik untuk dilibatkan pada beragam event. “Niat awal agar ada pengakuan kami punya kesenian khas. Setelah diakui kita kukuhkan biar punya legalitas,” imbuh Ngurah Adnyana. Setelah dikukuhkan, Sekaa Okokan Brahma Diva Kencana siap tampil di berbagai tempat. Salah satunya penuhi order di hotel. Okokan Desa Pakraman Kediri yang dikenal sakral direkonstruksi agar bisa memasuki areal komersil. Tujuannya untuk mensejahterakan anggota.
Jika ada order, Ngurah Adnyana mengaku tak saklek soal harga. Mereka mengaku sudah sepakat dengan salah satu hotel yang menawar Rp 5 juta sekali pentas, lengkap dengan penari. “Kalau untuk kegiatan pemeritntah kami siap berpartisipasi,” tandasnya. Dikatakan, sampai saat ini Sekaa Okokan Brahma Diva Kencana telah memiliki 70 anggota. Mereka mendapatkan peran sebagai penari, penabuh gamelan, dan pemain okokan. Jika ada yang mau bergabung, Ngurah Adnyana pun mempersilakan ikut untuk bersama-sama melestarikan kesenian okokan.
Ngurah Adnyana berharap, selain diakui oleh Pemkab Tabanan juga ingin mendapat pengakuan dari Provinsi Bali. Jika ada pentas di luar Bali, Sekaa Okokan Brahma Diva Kencana siap jadi duta Tabanan maupun Bali. Brahma Diva Kencana juga diharapkan menjadi inspirasi banjar adat lainnya di wewidangan Desa Pakraman Kediri untuk melegalkan sekaa tektekan yang ada di masing-masing banjar.
Bendesa Adat Kediri, I Gusti Ngurah Panji Wisnu mengatkan, kesenian okokan di Desa Pakraman Kediri berbeda dengan daerah lainnya. Selain menjadi tradisi budaya, okokan Desa Pakraman Kediri juga memiliki unsur sakral yakni difungsikan sebagai upacara nangluk merana. “Saat gagal panen akibat serangan hama atau terjadi permasalahan di Desa Pakraman Kediri, pasti okokan diturunkan,” terangnya, Selasa (9/8).
Bupati Tabanan Ni Putu Eka Wiryastuti mengapresiasi semangat krama Banjar Delod Puri dalam pelestarian budaya. “Kebudayaan harus tetap dilestarikan, karena dengan budaya negara kita dikenal,” ungkapnya. Bupati juga mendukung upaya komersil Okokan Brahma Diva Kencana untuk kesejahteraan anggotanya. Pengukuhan Okokan Brahma Diva Kencana dihadiri anggota DPRD Tabanan I Made Suartha, Camat Kediri I Gusti Agung Alit Adiatmika, Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata I Wayan Adnyana, unsur Muspika, Panglisir Puri serta tokoh masyarakat Kediri. * cr61
Selain membentuk identitas, krama juga membuat legalitas sekaa okokan ini dengan nama Brahma Diva Kencana. Sekaa Okokan Brahma Diva Kencana dikukuhkan Bupati Tabanan Ni Putu Eka Wiryastuti, Senin (8/8) malam.
Usai dikukuhkan, sebanyak 70 pragina (seniman) yang tergabung dalam Brahma Diva Kencana langsung perkenalkan fragmen tari dengan lakon ’Cupak Gerantang Matekap’. Cerita rakyat ini diambil sebagai lakon pertunjukkan karena sesuai dengan mayoritas mata pencaharian yakni bertani. Cupak dan Gerantang merupakan saudara kandung yang beda sifat yakni simbol malas dan ringan tangan. Lakon ’Cupak Gerantang Matekap’ diangkat untuk fragmen tari sebagai pemanis musik yang dihasilkan oleh okokan.
Bendesa Adat Kediri, I Gusti Ngurah Panji Wisnu mengatkan bahwa, Tektekan yang ada di Desa Kediri ini sangat beda dengan di daerah lain. Selain menjadi tradisi budaya, Tektekan ini memiliki unsur sakral yakni difungsikan sebagai upacara nakluk merana. "Ketika ada kegagalan panen, atau terjadi permasalahan di Desa Kediri pasti Tektekan ini diturunkan," terangnya, Selasa (9/8).
Kelian Sekaa Okokan Brahma Diva Kencana, I Gusti Ngurah Adnyana, mengatakan pilihan lakon Cupak Gerantang diambil berdasarkan hasil paruman yang digelar berulang kali. Dari beragam ide yang masuk, Cupak Gerantang dinilai paling pas dibawakan mengiringi suara okokan mengingat fungsi okokan di Desa Pakraman Kediri sebagai penawar merana (hama) di sawah. “Selain fungsinya di bidang pertanian untuk mengusir serangan hama, juga sesuai dengan kehidupan masyarakat Tabanan yang agraris,” ungkap Ngurah Adnyana.
Ngurah Adnyana menambahkan, sekaa okokan Brahma Diva Kencana dikukuhkan karena mulai dilirik untuk dilibatkan pada beragam event. “Niat awal agar ada pengakuan kami punya kesenian khas. Setelah diakui kita kukuhkan biar punya legalitas,” imbuh Ngurah Adnyana. Setelah dikukuhkan, Sekaa Okokan Brahma Diva Kencana siap tampil di berbagai tempat. Salah satunya penuhi order di hotel. Okokan Desa Pakraman Kediri yang dikenal sakral direkonstruksi agar bisa memasuki areal komersil. Tujuannya untuk mensejahterakan anggota.
Jika ada order, Ngurah Adnyana mengaku tak saklek soal harga. Mereka mengaku sudah sepakat dengan salah satu hotel yang menawar Rp 5 juta sekali pentas, lengkap dengan penari. “Kalau untuk kegiatan pemeritntah kami siap berpartisipasi,” tandasnya. Dikatakan, sampai saat ini Sekaa Okokan Brahma Diva Kencana telah memiliki 70 anggota. Mereka mendapatkan peran sebagai penari, penabuh gamelan, dan pemain okokan. Jika ada yang mau bergabung, Ngurah Adnyana pun mempersilakan ikut untuk bersama-sama melestarikan kesenian okokan.
Ngurah Adnyana berharap, selain diakui oleh Pemkab Tabanan juga ingin mendapat pengakuan dari Provinsi Bali. Jika ada pentas di luar Bali, Sekaa Okokan Brahma Diva Kencana siap jadi duta Tabanan maupun Bali. Brahma Diva Kencana juga diharapkan menjadi inspirasi banjar adat lainnya di wewidangan Desa Pakraman Kediri untuk melegalkan sekaa tektekan yang ada di masing-masing banjar.
Bendesa Adat Kediri, I Gusti Ngurah Panji Wisnu mengatkan, kesenian okokan di Desa Pakraman Kediri berbeda dengan daerah lainnya. Selain menjadi tradisi budaya, okokan Desa Pakraman Kediri juga memiliki unsur sakral yakni difungsikan sebagai upacara nangluk merana. “Saat gagal panen akibat serangan hama atau terjadi permasalahan di Desa Pakraman Kediri, pasti okokan diturunkan,” terangnya, Selasa (9/8).
Bupati Tabanan Ni Putu Eka Wiryastuti mengapresiasi semangat krama Banjar Delod Puri dalam pelestarian budaya. “Kebudayaan harus tetap dilestarikan, karena dengan budaya negara kita dikenal,” ungkapnya. Bupati juga mendukung upaya komersil Okokan Brahma Diva Kencana untuk kesejahteraan anggotanya. Pengukuhan Okokan Brahma Diva Kencana dihadiri anggota DPRD Tabanan I Made Suartha, Camat Kediri I Gusti Agung Alit Adiatmika, Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata I Wayan Adnyana, unsur Muspika, Panglisir Puri serta tokoh masyarakat Kediri. * cr61
Komentar