Penyebab Babi Mati di Badung Belum Diketahui
Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Badung belum bisa memastikan penyebab kematian babi yang marak hampir sebulan terakhir.
MANGUPURA, NusaBali
Pasalnya, hasil uji laboratorium yang telah dikirim ke Laboratorium Balai Besar Veteriner Denpasar belum keluar hingga sekarang.
“Iya, sampai hari ini (Rabu kemarin) hasil laboratorium sampel yang kami kirim belum keluar. Karena masih dikonfirmasi ke BB Vet Medan,” kata Kepala Dinas Pertanian dan Pangan Badung I Wayan Wijana, Rabu (29/1).
Karena hasil uji sampel belum keluar, Dinas Pertanian dan Pangan pun terus mewanti-wanti supaya peternak dan warga yang memelihara babi menerapkan biosekuriti. Yang dimaksud biosekuriti yaitu selalu menjaga kebersihan kandang, menyemprot dengan desinfektan, membatasi secara ketat orang, barang, bahan, dan hewan keluar masuk kandang. Tujuannya mencegah masuknya virus.
Sejauh ini, total sudah ada 564 kasus kematian babi yang dilaporkan. “Data yang kami terima dari awal Januari 2020, sudah 564 babi yang mati. Kebanyakan adalah babi milik peternak di Kecamatan Mengwi dan Abiansemal,” ungkap mantan Camat Kuta Selatan, ini.
Sementara mengenai stok babi untuk Hari Raya Galungan dan Kuningan, Wijana memastikan aman. Pihaknya bahkan sudah berkoordinasi dengan Gabungan Usaha Peternak Babi Indonesia (GUPBI). “Kalau stok daging babi untuk Hari Raya Galungan kami perkirakan masih aman dan tersedia,” tandasnya sembari menyebut total populasi babi di Gumi Keris sekitar 69.300 sampai 69.600 ekor.
Diberitakan sebelumnya, sejumlah babi milik beberapa sentra ternak di Kabupaten Badung dilaporkan mati mendadak. Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Badung pun telah mengusut kasus kematian babi ini untuk memastikan penyebabnya.
Laporan yang masuk ke Bagian Kesehan Hewan (Kewan) Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Badung, sejumlah babi yang mati berasal di antaranya dari Tangeb (Mengwi), Bongkasa, Sedang, Jagapati (Abiansemal). Sejauh ini belum diketahui pasti penyebabnya.
Penyebab pasti matinya babi yang marak belakangan ini memang belum diketahui. Namun ada tiga penyakit yang biasanya menyerang babi, yaitu cholera atau umum pula dikenal sebagai classical swine fever (CSF), Streptococcus Suis, serta yang paling berbahaya dan belum ditemukan obatnya adalah african swine fever (ASF). Kendati begitu, Dinas Pertanian Badung masih menunggu hasil pasti dari uji laboratorium. *asa
“Iya, sampai hari ini (Rabu kemarin) hasil laboratorium sampel yang kami kirim belum keluar. Karena masih dikonfirmasi ke BB Vet Medan,” kata Kepala Dinas Pertanian dan Pangan Badung I Wayan Wijana, Rabu (29/1).
Karena hasil uji sampel belum keluar, Dinas Pertanian dan Pangan pun terus mewanti-wanti supaya peternak dan warga yang memelihara babi menerapkan biosekuriti. Yang dimaksud biosekuriti yaitu selalu menjaga kebersihan kandang, menyemprot dengan desinfektan, membatasi secara ketat orang, barang, bahan, dan hewan keluar masuk kandang. Tujuannya mencegah masuknya virus.
Sejauh ini, total sudah ada 564 kasus kematian babi yang dilaporkan. “Data yang kami terima dari awal Januari 2020, sudah 564 babi yang mati. Kebanyakan adalah babi milik peternak di Kecamatan Mengwi dan Abiansemal,” ungkap mantan Camat Kuta Selatan, ini.
Sementara mengenai stok babi untuk Hari Raya Galungan dan Kuningan, Wijana memastikan aman. Pihaknya bahkan sudah berkoordinasi dengan Gabungan Usaha Peternak Babi Indonesia (GUPBI). “Kalau stok daging babi untuk Hari Raya Galungan kami perkirakan masih aman dan tersedia,” tandasnya sembari menyebut total populasi babi di Gumi Keris sekitar 69.300 sampai 69.600 ekor.
Diberitakan sebelumnya, sejumlah babi milik beberapa sentra ternak di Kabupaten Badung dilaporkan mati mendadak. Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Badung pun telah mengusut kasus kematian babi ini untuk memastikan penyebabnya.
Laporan yang masuk ke Bagian Kesehan Hewan (Kewan) Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Badung, sejumlah babi yang mati berasal di antaranya dari Tangeb (Mengwi), Bongkasa, Sedang, Jagapati (Abiansemal). Sejauh ini belum diketahui pasti penyebabnya.
Penyebab pasti matinya babi yang marak belakangan ini memang belum diketahui. Namun ada tiga penyakit yang biasanya menyerang babi, yaitu cholera atau umum pula dikenal sebagai classical swine fever (CSF), Streptococcus Suis, serta yang paling berbahaya dan belum ditemukan obatnya adalah african swine fever (ASF). Kendati begitu, Dinas Pertanian Badung masih menunggu hasil pasti dari uji laboratorium. *asa
Komentar