Sampel Darah Babi di Cau Belayu Diuji Lab
Warga Desa Cepaka Keluhkan Bangkai Babi di Yeh Penet
Bidang Peternakan Dinas Pertanian Kabupaten Tabanan bersama Balai Veteriner Denpasar mengambil sampel darah babi di Desa Cau Belayu, Kecamatan Marga, Tabanan, Rabu (29/1).
TABANAN, NusaBali
Pengambilan sampel menyusul adanya kematian babi secara mendadak milik warga hingga tewaskan 20 ekor babi di satu banjar.
Di sisi lain warga di Desa Cepaka, Kecamatan Kediri, Tabanan, keluhkan ada bangkai babi yang dibuang ke Sungai Yeh Penet. Bangkai babi ini dikhawatirkan menebar penyakit dan mencemari lingkungan.
Perbekel Desa Cau Belayu I Putu Eka Jayantara, membenarkan adanya pengambilan sampel darah babi itu. Ini dilakukan menyusul adanya kematian mendadak sejumlah babi milik I Putu Sutayasa di Banjar Cau Belayu. “Iya ada pengambilan sampel, petugasnya dari Balai Veteriner Denpasar namun difasilitasi oleh Dinas Pertanian Tabanan,” ujarnya.
Dikatakannya, sampel yang diambil itu pada babi yang masih sehat. Sebelumnya sesuai informasi babi milik I Putu Sutayasa sekitar 4-5 hari lalu (Jumat, 24/1 – Sabtu, 25/1) mati mendadak. Awalnya babi yang mati terdiri dari 6 ekor indukan kemudian disusul 11 ekor babi penggemukan, sehingga total babi yang mati sebanyak 20 ekor. “Atas dasar itu kami laporkan ke dinas, dan saat ini (Rabu kemarin) ada tindak lanjut pengambilan sampel,” bebernya.
Menurutnya di Desa Cau Belayu kematian babi memang baru terjadi di Banjar Cau Belayu saja. Memang ada di Banjar Babakan kematian babi, namun hanya dua ekor. Kematian ini terjadi sekitar empat hari lalu (Sabtu, 25/1). Hanya saja pihaknya belum mengecek.
“Jadi baru di dua banjar saja, yang terparah ada di Banjar Cau Belayu karena kematian babi hingga 20 ekor,” aku Jayantara.
Sementara itu, warga Desa Cepaka, Kecamatan Kediri, Tabanan mengeluh karena di Sungai Yeh Penet yang aliran airnya ke Desa Cepaka masih ditemukan bangkai babi busuk sebanyak lima ekor. Bangkai babi ditemukan terpisah di sepanjang aliran Sungai Yeh Penet.
Padahal sebelumnya warga di Desa Cepaka sudah mengevakuasi bangkai babi yang bukan milik warga Cepaka. “Karena ini banyak keluhan baik dari warga dan vila, terpaksa kami angkat. Padahal ini bukan warga kami yang punya. Kalau tidak diangkat, dikhawatirkan menjadi penyakit dan mencemari lingkungan,” ungkap Perbekel Cepaka I Ketut Tedja.
Tedja juga tidak mengetahui dari mana warga yang membuang bangkai babi ini. “Jadi kami yang di hilir yang kena dampak. Nyangkut bangkai itu. Saya juga berharap kepada pemerintah ikut mengawasi, bila perlu ada sanksi bagi yang membuang bangkai ke sungai,” tegas Tedja.
Terkait hal itu Kabid Peternakan Dinas Pertanian Tabanan I Wayan Suamba mengatakan pengambilan sampel di Desa Cau Belayu atas permintaan warga, menyusul adanya kematian babi mendadak di Desa Cau Belayu. “Sampel ini akan dibawa ke Medan, diambil tadi (Rabu kemarin) oleh Balai Veteriner Denpasar,” jelasnya.
Sementara terkait adanya bangkai babi di Sungai Yeh Penet yang mengalir ke Desa Cepaka, pihaknya akan mengecek terlebih dahulu ke lokasi. “Kita cek dulu, saya baru tahu ini. Padahal rencana dua hari lagi dari provinsi dan pusat ke sana sosialisasi,” tegasnya.
Dan mengenai dengan pendataan total desa dan babi mati di Tabanan sudah ada. Namun belum klop secara keseluruhan. “Sudah ada datanya, saya tidak hapal karena belum klop,” ucapnya.
Sebelumnya diberitakan, kasus kematian babi secara mendadak di Kabupaten Tabanan makin luas. Sesuai data terbaru di Kecamatan Marga saja babi mati sebanyak 119 ekor baik indukan maupun babi penggemukan. Kabid Peternakan Dinas Pertanian Kabupaten Tabanan I Wayan Suamba, menjelaskan pihaknya tengah melakukan pendataan kematian babi mendadak sekaligus melakukan sosialisasi antisipasi penyebaran virus African Swine Fever (ASF) di Kecamatan Marga.
Dari hasil pendataan itu ditemukan sejumlah babi mati di beberapa desa. Di antaranya di Desa Selanbawak babi mati mencapai 79 ekor. Di Desa Kukuh tercatat 37 ekor, di Desa Beringkit 1 dan 2 ekor karena penyakit lain, dan Desa Cau Belayu ditemukan 2 ekor. “Untuk hari ini (Senin kemarin) di Kecamatan Marga kami baru melakukan pendataan di desa yang terdampak kematian babi,” ujarnya, Senin (27/1).
Menurutnya pendataan tidak hanya dilakukan di Kecamatan Marga. Tim lain juga melakukan pendataan di Kecamatan Kerambitan dan Kecamatan Selemadeg Timur. “Data kami belum rekap yang di Kecamatan Kerambitan dan Kecamatan Selemadeg Timur, karena tim lain yang turun,” tegas Suamba.
Menurut Suamba, kematian babi secara mendadak sudah menyebar, yang awalnya diketahui terjadi di Kecamatan Penebel. Namun dia mengaku kematian babi ini tak sepenuhnya disebabkan karena ASF. “Bisa juga ada hal lain yang menyebabkan kematian babi,” imbuhnya.
Oleh karena itu untuk mengantisipasi peternak terserang virus, pihaknya juga melakukan sosialisasi menekankan kebersihan kandang dan membatasi orang masuk kandang, khususnya tukang jagal yang membawa bangsung (tempat babi) harus disemprot dengan desinfektan atau kaporit sebagai upaya pencegahan dini.
Sebelumnya di Tabanan sudah ada tujuh desa yang terdampak kematian babi secara mendadak. Tujuh desa itu adalah Desa Jegu, Desa Rejasa Kecamatan Penebel. Desa Buahan Kecamatan Tabanan. Desa Cepaka dan Desa Kaba-Kaba, Kecamatan Kediri. Desa Tegal Mengkeb, Kecamatan Selemadeg Timur. Dan Desa Kukuh, Kecamatan Marga.
Sementara jika ditambah dengan pendataan babi mati oleh Dinas Peternakan di Kecamatan Marga, bertambah lagi tiga desa yakni di Desa Cau Belayu, Desa Selanbawak, dan Desa Beringkit. Sehingga data sementara per 27 Januari 2020, tercatat 10 desa di Kabupaten Tabanan terdampak kematian babi secara mendadak. *des
Di sisi lain warga di Desa Cepaka, Kecamatan Kediri, Tabanan, keluhkan ada bangkai babi yang dibuang ke Sungai Yeh Penet. Bangkai babi ini dikhawatirkan menebar penyakit dan mencemari lingkungan.
Perbekel Desa Cau Belayu I Putu Eka Jayantara, membenarkan adanya pengambilan sampel darah babi itu. Ini dilakukan menyusul adanya kematian mendadak sejumlah babi milik I Putu Sutayasa di Banjar Cau Belayu. “Iya ada pengambilan sampel, petugasnya dari Balai Veteriner Denpasar namun difasilitasi oleh Dinas Pertanian Tabanan,” ujarnya.
Dikatakannya, sampel yang diambil itu pada babi yang masih sehat. Sebelumnya sesuai informasi babi milik I Putu Sutayasa sekitar 4-5 hari lalu (Jumat, 24/1 – Sabtu, 25/1) mati mendadak. Awalnya babi yang mati terdiri dari 6 ekor indukan kemudian disusul 11 ekor babi penggemukan, sehingga total babi yang mati sebanyak 20 ekor. “Atas dasar itu kami laporkan ke dinas, dan saat ini (Rabu kemarin) ada tindak lanjut pengambilan sampel,” bebernya.
Menurutnya di Desa Cau Belayu kematian babi memang baru terjadi di Banjar Cau Belayu saja. Memang ada di Banjar Babakan kematian babi, namun hanya dua ekor. Kematian ini terjadi sekitar empat hari lalu (Sabtu, 25/1). Hanya saja pihaknya belum mengecek.
“Jadi baru di dua banjar saja, yang terparah ada di Banjar Cau Belayu karena kematian babi hingga 20 ekor,” aku Jayantara.
Sementara itu, warga Desa Cepaka, Kecamatan Kediri, Tabanan mengeluh karena di Sungai Yeh Penet yang aliran airnya ke Desa Cepaka masih ditemukan bangkai babi busuk sebanyak lima ekor. Bangkai babi ditemukan terpisah di sepanjang aliran Sungai Yeh Penet.
Padahal sebelumnya warga di Desa Cepaka sudah mengevakuasi bangkai babi yang bukan milik warga Cepaka. “Karena ini banyak keluhan baik dari warga dan vila, terpaksa kami angkat. Padahal ini bukan warga kami yang punya. Kalau tidak diangkat, dikhawatirkan menjadi penyakit dan mencemari lingkungan,” ungkap Perbekel Cepaka I Ketut Tedja.
Tedja juga tidak mengetahui dari mana warga yang membuang bangkai babi ini. “Jadi kami yang di hilir yang kena dampak. Nyangkut bangkai itu. Saya juga berharap kepada pemerintah ikut mengawasi, bila perlu ada sanksi bagi yang membuang bangkai ke sungai,” tegas Tedja.
Terkait hal itu Kabid Peternakan Dinas Pertanian Tabanan I Wayan Suamba mengatakan pengambilan sampel di Desa Cau Belayu atas permintaan warga, menyusul adanya kematian babi mendadak di Desa Cau Belayu. “Sampel ini akan dibawa ke Medan, diambil tadi (Rabu kemarin) oleh Balai Veteriner Denpasar,” jelasnya.
Sementara terkait adanya bangkai babi di Sungai Yeh Penet yang mengalir ke Desa Cepaka, pihaknya akan mengecek terlebih dahulu ke lokasi. “Kita cek dulu, saya baru tahu ini. Padahal rencana dua hari lagi dari provinsi dan pusat ke sana sosialisasi,” tegasnya.
Dan mengenai dengan pendataan total desa dan babi mati di Tabanan sudah ada. Namun belum klop secara keseluruhan. “Sudah ada datanya, saya tidak hapal karena belum klop,” ucapnya.
Sebelumnya diberitakan, kasus kematian babi secara mendadak di Kabupaten Tabanan makin luas. Sesuai data terbaru di Kecamatan Marga saja babi mati sebanyak 119 ekor baik indukan maupun babi penggemukan. Kabid Peternakan Dinas Pertanian Kabupaten Tabanan I Wayan Suamba, menjelaskan pihaknya tengah melakukan pendataan kematian babi mendadak sekaligus melakukan sosialisasi antisipasi penyebaran virus African Swine Fever (ASF) di Kecamatan Marga.
Dari hasil pendataan itu ditemukan sejumlah babi mati di beberapa desa. Di antaranya di Desa Selanbawak babi mati mencapai 79 ekor. Di Desa Kukuh tercatat 37 ekor, di Desa Beringkit 1 dan 2 ekor karena penyakit lain, dan Desa Cau Belayu ditemukan 2 ekor. “Untuk hari ini (Senin kemarin) di Kecamatan Marga kami baru melakukan pendataan di desa yang terdampak kematian babi,” ujarnya, Senin (27/1).
Menurutnya pendataan tidak hanya dilakukan di Kecamatan Marga. Tim lain juga melakukan pendataan di Kecamatan Kerambitan dan Kecamatan Selemadeg Timur. “Data kami belum rekap yang di Kecamatan Kerambitan dan Kecamatan Selemadeg Timur, karena tim lain yang turun,” tegas Suamba.
Menurut Suamba, kematian babi secara mendadak sudah menyebar, yang awalnya diketahui terjadi di Kecamatan Penebel. Namun dia mengaku kematian babi ini tak sepenuhnya disebabkan karena ASF. “Bisa juga ada hal lain yang menyebabkan kematian babi,” imbuhnya.
Oleh karena itu untuk mengantisipasi peternak terserang virus, pihaknya juga melakukan sosialisasi menekankan kebersihan kandang dan membatasi orang masuk kandang, khususnya tukang jagal yang membawa bangsung (tempat babi) harus disemprot dengan desinfektan atau kaporit sebagai upaya pencegahan dini.
Sebelumnya di Tabanan sudah ada tujuh desa yang terdampak kematian babi secara mendadak. Tujuh desa itu adalah Desa Jegu, Desa Rejasa Kecamatan Penebel. Desa Buahan Kecamatan Tabanan. Desa Cepaka dan Desa Kaba-Kaba, Kecamatan Kediri. Desa Tegal Mengkeb, Kecamatan Selemadeg Timur. Dan Desa Kukuh, Kecamatan Marga.
Sementara jika ditambah dengan pendataan babi mati oleh Dinas Peternakan di Kecamatan Marga, bertambah lagi tiga desa yakni di Desa Cau Belayu, Desa Selanbawak, dan Desa Beringkit. Sehingga data sementara per 27 Januari 2020, tercatat 10 desa di Kabupaten Tabanan terdampak kematian babi secara mendadak. *des
1
Komentar