Peternak Babi di Jembrana Diminta Lebih Waspada
Peristiwa kematian ratusan ekor babi di beberapa wilayah di Bali, diatensi jajaran Dinas Pertanian dan Pangan Jembrana.
NEGARA, NusaBali
Meski dipastikan belum ditemukan kejadian serupa di Kabupaten Jembrana, para peternak babi di Gumi Makepung diminta selalu waspada, dan melakukan berbagai langkah antisipasi dan pencegahan untuk menjaga kesehatan babi. Terlebih kebutuhan daging babi akan meningkat jelang Hari Raya Galungan.
Kepala Bidang Kesehatan Hewan dan Kesehatan Masyarakat Veteriner (Keswan-Kesmavet) Dinas Pertanian dan Pangan Jembrana drh I Wayan Widarsa, mengatakan hingga saat ini belum ada laporan mengenai kematian babi mendadak dalam jumlah banyak, seperti terjadi di luar Jembrana. Namun kesiapsiagaan serta upaya antisipasi tetap dilakukan jajarannya, dalam mengantisipasi kejadian serupa.
“Walaupun belum ada laporan, tapi kami tidak diam. Kami sudah turun. Di setiap kecamatan ada dokter hewan dan medis veteriner yang bertugas, dan mereka juga sudah turun. Seperti waktu ada informasi dugaan wabah virus ASF (African Swine Fever atau demam babi Afrika) yang menyebabkan kematian ribuan ekor babi di Sumut (Sumatera Utara), kami sudah turun mengumpulkan peternak babi,” ujarnya, Kamis (30/1).
Sejak ada informasi kematian ratusan ekor babi di beberapa wilayah di Bali belum lama ini, pihaknya juga telah menugaskan jajaran petugas Keswan-Kesmavet di masing-masing kecamatan se-Jembrana, untuk melakukan deteksi dini berkenaan kondisi babi di wilayah masing-masing. Baik itu yang ada di peternakan koloni maupun peternakan tradisional di rumah-rumah warga. “Jadi sampai sekarang belum ada laporan kematian babi dalam jumlah banyak di Jembrana,” ucapnya.
Selain melaukan deteksi dini, pihaknya juga berencana kembali mengumpulkan peternak babi di masing-masing kecamatan, untuk memberikan sosialisasi ataupun langkah antisipasi yang perlu dilakukan mengantisipasi penyakit membahayakan terhadap babi.
“Kandang harus dibersihkan secara rutin dan berkala setiap harinya. Penyemprotan desinfektan secara rutin. Aliran dan penampungan limbah juga harus terkontrol dengan baik, karena menjadi tempat berkembangnya vector penyakit,” ujarnya.
Di samping kebersihan lingkungan, kata drh Widarsa, juga perlu diperhatikan asal-usul bibit babi yang akan dipelihara. Begitu juga memperhatikan setiap pembeli babi yang masuk kandang, terkait kebersihan peralatan seperti bangsung (tempat babi). “Kalau bangsung, kan mereka tidak ke satu lokasi saja masuknya. Jadi harus disemprot desinfektan. Perlu juga orang yang masuk ke kandang, paling tidak lebih dulu cuci tangan dan alas kaki,” ucapnya.
Yang tidak kalah pentingnya, peternak babi juga diminta untuk menjaga kesehatan ternaknya, dengan memperhatikan pakan. Pakan hendaknya disimpan di lokasi yang bersih, dan tidak memberi pakan yang busuk. Ketika ada babi mati karena sakit, agar segera dikubur. Jangan sampai dibuang sembarangan, apalagi dikonsumsi. “Kalau virus-virus seperti ASF, memang bukan zoonosis (menular ke manusia). Tetapi ternak yang dipotong tetap harus sehat,” tendas drh Widarsa. *ode
Kepala Bidang Kesehatan Hewan dan Kesehatan Masyarakat Veteriner (Keswan-Kesmavet) Dinas Pertanian dan Pangan Jembrana drh I Wayan Widarsa, mengatakan hingga saat ini belum ada laporan mengenai kematian babi mendadak dalam jumlah banyak, seperti terjadi di luar Jembrana. Namun kesiapsiagaan serta upaya antisipasi tetap dilakukan jajarannya, dalam mengantisipasi kejadian serupa.
“Walaupun belum ada laporan, tapi kami tidak diam. Kami sudah turun. Di setiap kecamatan ada dokter hewan dan medis veteriner yang bertugas, dan mereka juga sudah turun. Seperti waktu ada informasi dugaan wabah virus ASF (African Swine Fever atau demam babi Afrika) yang menyebabkan kematian ribuan ekor babi di Sumut (Sumatera Utara), kami sudah turun mengumpulkan peternak babi,” ujarnya, Kamis (30/1).
Sejak ada informasi kematian ratusan ekor babi di beberapa wilayah di Bali belum lama ini, pihaknya juga telah menugaskan jajaran petugas Keswan-Kesmavet di masing-masing kecamatan se-Jembrana, untuk melakukan deteksi dini berkenaan kondisi babi di wilayah masing-masing. Baik itu yang ada di peternakan koloni maupun peternakan tradisional di rumah-rumah warga. “Jadi sampai sekarang belum ada laporan kematian babi dalam jumlah banyak di Jembrana,” ucapnya.
Selain melaukan deteksi dini, pihaknya juga berencana kembali mengumpulkan peternak babi di masing-masing kecamatan, untuk memberikan sosialisasi ataupun langkah antisipasi yang perlu dilakukan mengantisipasi penyakit membahayakan terhadap babi.
“Kandang harus dibersihkan secara rutin dan berkala setiap harinya. Penyemprotan desinfektan secara rutin. Aliran dan penampungan limbah juga harus terkontrol dengan baik, karena menjadi tempat berkembangnya vector penyakit,” ujarnya.
Di samping kebersihan lingkungan, kata drh Widarsa, juga perlu diperhatikan asal-usul bibit babi yang akan dipelihara. Begitu juga memperhatikan setiap pembeli babi yang masuk kandang, terkait kebersihan peralatan seperti bangsung (tempat babi). “Kalau bangsung, kan mereka tidak ke satu lokasi saja masuknya. Jadi harus disemprot desinfektan. Perlu juga orang yang masuk ke kandang, paling tidak lebih dulu cuci tangan dan alas kaki,” ucapnya.
Yang tidak kalah pentingnya, peternak babi juga diminta untuk menjaga kesehatan ternaknya, dengan memperhatikan pakan. Pakan hendaknya disimpan di lokasi yang bersih, dan tidak memberi pakan yang busuk. Ketika ada babi mati karena sakit, agar segera dikubur. Jangan sampai dibuang sembarangan, apalagi dikonsumsi. “Kalau virus-virus seperti ASF, memang bukan zoonosis (menular ke manusia). Tetapi ternak yang dipotong tetap harus sehat,” tendas drh Widarsa. *ode
1
Komentar