Kematian Babi di Tabanan Capai 537 Ekor
Kematian babi secara mendadak di Kabupaten Tabanan hingga kini belum diketahui penyebabnya.
TABANAN, NusaBali
Padahal babi tewas mendadak mencapai 537 ekor, tersebar di lima kecamatan. Dinas Pertanian sudah mengajukan anggaran pembelian disinfektan dan operasional Rp 234 juta lebih ke Pemkab Tabanan untuk mengatasi bencana ini.
Lima kecamatan yang mengalami kematian babi mendadak yakni Kecamatan Kediri, Marga, Penebel, Tabanan, dan Selemadeg. Berdasarkan data dari 75.000 lebih populasi babi di Tabanan, kini babi yang masih hidup 74.854 ekor.
Kepala Dinas Pertanian Tabanan I Made Budana, didampingi Kabid Peternakan I Made Suamba menjelaskan berdasarkan data sementara per Rabu (29/1) di Tabanan babi mati mencapai 537 ekor. Jumlah ini tersebar di lima kecamatan. "Ini berdasarkan data lapangan," ujarnya Jumat (31/1).
Dikatakan, kematian babi yang terjadi di lima kecamatan tersebut, rata-rata matinya mengalami permasalahan sama. Terdapat bintik-bintik merah, tanda biru di belakang telinga dan keluarkan darah dari hidung. Namun Budana belum bisa menyimpulkan penyebab dari kematian itu. Sebab sampel masih diuji laboratorium Balai Veteriner Medan. "Kami belum berani simpulkan penyebab dari kematian babi ini, karena yang berwenang adalah Balai Veteriner Medan, jadi masih menunggu,"katanya.
Akibat dari peristiwa yang membuat peternak rugi itu, jumlah populasi babi di Tabanan yang mencapai 75.000 lebih, sekarang tersisa sekitar 74.854 ekor. Jumlah populasi kurang selain karena mati mendadak juga ada yang dijual dalam kondisi kurang fit sebanyak 244 ekor. "Kami sudah imbau kepada peternak, babi yang sakit jangan dijual. Mungkin dijual maksudnya supaya tidak rugi," jelas Budana.
Meskipun demikian dari kejadian itu Dinas Pertanian sudah melakukan sosialiasi pencegahan ke masyarakat. Utamanya mengimbau peternak rutin melakukan sanitasi di kandang dengan disinfektan. Kemudian membatasi orang luar masuk ke kandang. Dan melakukan penyemprotan kepada bangsung (tempat babi). "Jadi hanya ini yang baru bisa dilakukan. Meskipun nanti kematian babi itu dikatakan positif ASF (African Swine fever) tidak ada obatnya. Hanya melakukan sanitasi dikandang saja," beber Budana.
Selain itu, langkah selanjutnya yang sudah dirancang sesuai rapat dengan Komisi II Dewan Tabanan pada Jumat (31/) pagi, telah mengajukan anggaran dana sebesar Rp 230 juta ke Pemkab Tabanan. Dana itu sebagian untuk pembelian disinfektan sebesar Rp 183 juta dengan jumlah disinfektan sebanyak 1.200 liter, dan sisanya untuk operasional. "Ini kita belum tahu kapan akan terealisasi. Kita ajukan disinfektan 1.200 liter untuk penanganan dua bulan," katanya.
Sebenarnya menurut Budana Dinas Pertanian Tabanan di tahun 2020 telah melakukan pengadaan disinfektan sebanyak 36 liter. Hanya saja pihaknya memasang di perencanaan bulan April sebab sebelumnya tidak mengetahui akan ada kasus kematian babi di Tabanan. "Namun kami sudah koordinasi agar 36 liter ini bisa segera. Kalau bisa minggu depan sudah datang dan segera bisa disebarkan ke peternak," tegasnya.
Di sisi lain terkait dengan adanya peternak yang membuang bangkai babi ke sungai, Budana menegaskan sudah juga mengimbau petani agar babi yang mati jangan dibuang. Namun karena peternak frustasi makanya dibuang ke sungai. "Kami juga tidak menyalahkan peternak karena mereka sudah frustasi," ucap Budana. *des
Lima kecamatan yang mengalami kematian babi mendadak yakni Kecamatan Kediri, Marga, Penebel, Tabanan, dan Selemadeg. Berdasarkan data dari 75.000 lebih populasi babi di Tabanan, kini babi yang masih hidup 74.854 ekor.
Kepala Dinas Pertanian Tabanan I Made Budana, didampingi Kabid Peternakan I Made Suamba menjelaskan berdasarkan data sementara per Rabu (29/1) di Tabanan babi mati mencapai 537 ekor. Jumlah ini tersebar di lima kecamatan. "Ini berdasarkan data lapangan," ujarnya Jumat (31/1).
Dikatakan, kematian babi yang terjadi di lima kecamatan tersebut, rata-rata matinya mengalami permasalahan sama. Terdapat bintik-bintik merah, tanda biru di belakang telinga dan keluarkan darah dari hidung. Namun Budana belum bisa menyimpulkan penyebab dari kematian itu. Sebab sampel masih diuji laboratorium Balai Veteriner Medan. "Kami belum berani simpulkan penyebab dari kematian babi ini, karena yang berwenang adalah Balai Veteriner Medan, jadi masih menunggu,"katanya.
Akibat dari peristiwa yang membuat peternak rugi itu, jumlah populasi babi di Tabanan yang mencapai 75.000 lebih, sekarang tersisa sekitar 74.854 ekor. Jumlah populasi kurang selain karena mati mendadak juga ada yang dijual dalam kondisi kurang fit sebanyak 244 ekor. "Kami sudah imbau kepada peternak, babi yang sakit jangan dijual. Mungkin dijual maksudnya supaya tidak rugi," jelas Budana.
Meskipun demikian dari kejadian itu Dinas Pertanian sudah melakukan sosialiasi pencegahan ke masyarakat. Utamanya mengimbau peternak rutin melakukan sanitasi di kandang dengan disinfektan. Kemudian membatasi orang luar masuk ke kandang. Dan melakukan penyemprotan kepada bangsung (tempat babi). "Jadi hanya ini yang baru bisa dilakukan. Meskipun nanti kematian babi itu dikatakan positif ASF (African Swine fever) tidak ada obatnya. Hanya melakukan sanitasi dikandang saja," beber Budana.
Selain itu, langkah selanjutnya yang sudah dirancang sesuai rapat dengan Komisi II Dewan Tabanan pada Jumat (31/) pagi, telah mengajukan anggaran dana sebesar Rp 230 juta ke Pemkab Tabanan. Dana itu sebagian untuk pembelian disinfektan sebesar Rp 183 juta dengan jumlah disinfektan sebanyak 1.200 liter, dan sisanya untuk operasional. "Ini kita belum tahu kapan akan terealisasi. Kita ajukan disinfektan 1.200 liter untuk penanganan dua bulan," katanya.
Sebenarnya menurut Budana Dinas Pertanian Tabanan di tahun 2020 telah melakukan pengadaan disinfektan sebanyak 36 liter. Hanya saja pihaknya memasang di perencanaan bulan April sebab sebelumnya tidak mengetahui akan ada kasus kematian babi di Tabanan. "Namun kami sudah koordinasi agar 36 liter ini bisa segera. Kalau bisa minggu depan sudah datang dan segera bisa disebarkan ke peternak," tegasnya.
Di sisi lain terkait dengan adanya peternak yang membuang bangkai babi ke sungai, Budana menegaskan sudah juga mengimbau petani agar babi yang mati jangan dibuang. Namun karena peternak frustasi makanya dibuang ke sungai. "Kami juga tidak menyalahkan peternak karena mereka sudah frustasi," ucap Budana. *des
1
Komentar