Pawai Ogoh-ogoh Diganti Pawai Baleganjur
Pawai ogoh-ogoh yang kerap dilakukan setiap tahun menjelang hari raya Nyepi ditiadakan di provinsi Banten.
JAKARTA, NusaBali
Sebagai gantinya adalah pawai baleganjur yang akan berlangsung pada Minggu (24/3) mendatang. Pengumuman telah dilakukan kepada semua banjar di provinsi Banten.
"Dalam rangkaian kegiatan hari raya Nyepi nanti tidak ada pawai ogoh-ogoh. Kami menggantinya dengan pawai baleganjur agar anak-anak muda lebih meningkatkan kemampuannya bermain baleganjur," ujar Ketua Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI) provinsi Banten Ida Bagus Alit Wiratmaja kepada NusaBali di Gedung Manggala Wanabakti, Kementerian Kehutanan dan Lingkungan Hidup, Jakarta Pusat, Jumat (31/1).
Pawai baleganjur juga dipilih agar lebih efisien, karena biaya membuat ogoh-ogoh terlalu tinggi. Satu ogoh-ogoh bisa menghabiskan dana mininal Rp 30 juta. Bila dikali dengan enam banjar yang ikut serta dapat menelan biaya Rp 180 juta.
Berbeda dengan baleganjur. Setiap banjar pasti memiliki perlengkapan tersebut, sehingga mereka bisa langsung berlatih mempersiapkan diri mengikuti pawai di sekitar Pura Eka Wira Anantha, Serang Banten.
Sejumlah muda-mudi banjar sudah mulai berlatih. Bahkan banjar Rempoa telah latihan sejak satu bulan ini. Mereka antara lain mahasiswa Hindu dari PKN STAN dan Sekolah Tinggi Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (STMKG). Selain pawai baleganjur, pada tanggal 24 Maret akan dilakukan upakara Tawur Kesanga.
Di upakara itu, ada satu ogoh-ogoh. "Ogoh-ogoh kami gunakan hanya untuk ritual saja," imbuh Alit. Ogoh-ogoh dibuat kalangan muda banjar Ciledug, karena tahun 2020 ini banjar Ciledug kebagian menjadi panitia peringatan hari raya Nyepi tahun baru Saka 1942 di provinsi Banten.
Kemudian pada 22 Maret, mereka melaksanakan melasti di pantai Tanjung Pasir. Disana mereka akan mengadakan bakti sosial kepada para pedagang sekitar. Plus bakti sosial ke kalangan internal, karena ada umat Hindu yang kena banjir pada awal tahun 2020 kemarin.
"Ada 100 lebih umat terkena banjir, terbanyak dari banjar Ciledug. Ada juga dari banjar Tangerang dan Rempoa. Baksos telah dilakukan disana, tetapi panitia hari raya Nyepi provinsi Banten akan memberikan bantuan lagi," papar Alit.
Setelah melakukan semua kegiatan itu, lanjut Alit, umat Hindu provinsi Banten menggelar Dharma Santi pada 5 April di Ciledug. Dharma Santi mengambil tema Simakrama Internal dan Menjaga Keberagaman Umat Beragama untuk meningkatkan Toleransi. "Pada Dharma Santi, kami mengundang tokoh-tokoh agama lainnya," ucap Alit. *k22
"Dalam rangkaian kegiatan hari raya Nyepi nanti tidak ada pawai ogoh-ogoh. Kami menggantinya dengan pawai baleganjur agar anak-anak muda lebih meningkatkan kemampuannya bermain baleganjur," ujar Ketua Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI) provinsi Banten Ida Bagus Alit Wiratmaja kepada NusaBali di Gedung Manggala Wanabakti, Kementerian Kehutanan dan Lingkungan Hidup, Jakarta Pusat, Jumat (31/1).
Pawai baleganjur juga dipilih agar lebih efisien, karena biaya membuat ogoh-ogoh terlalu tinggi. Satu ogoh-ogoh bisa menghabiskan dana mininal Rp 30 juta. Bila dikali dengan enam banjar yang ikut serta dapat menelan biaya Rp 180 juta.
Berbeda dengan baleganjur. Setiap banjar pasti memiliki perlengkapan tersebut, sehingga mereka bisa langsung berlatih mempersiapkan diri mengikuti pawai di sekitar Pura Eka Wira Anantha, Serang Banten.
Sejumlah muda-mudi banjar sudah mulai berlatih. Bahkan banjar Rempoa telah latihan sejak satu bulan ini. Mereka antara lain mahasiswa Hindu dari PKN STAN dan Sekolah Tinggi Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (STMKG). Selain pawai baleganjur, pada tanggal 24 Maret akan dilakukan upakara Tawur Kesanga.
Di upakara itu, ada satu ogoh-ogoh. "Ogoh-ogoh kami gunakan hanya untuk ritual saja," imbuh Alit. Ogoh-ogoh dibuat kalangan muda banjar Ciledug, karena tahun 2020 ini banjar Ciledug kebagian menjadi panitia peringatan hari raya Nyepi tahun baru Saka 1942 di provinsi Banten.
Kemudian pada 22 Maret, mereka melaksanakan melasti di pantai Tanjung Pasir. Disana mereka akan mengadakan bakti sosial kepada para pedagang sekitar. Plus bakti sosial ke kalangan internal, karena ada umat Hindu yang kena banjir pada awal tahun 2020 kemarin.
"Ada 100 lebih umat terkena banjir, terbanyak dari banjar Ciledug. Ada juga dari banjar Tangerang dan Rempoa. Baksos telah dilakukan disana, tetapi panitia hari raya Nyepi provinsi Banten akan memberikan bantuan lagi," papar Alit.
Setelah melakukan semua kegiatan itu, lanjut Alit, umat Hindu provinsi Banten menggelar Dharma Santi pada 5 April di Ciledug. Dharma Santi mengambil tema Simakrama Internal dan Menjaga Keberagaman Umat Beragama untuk meningkatkan Toleransi. "Pada Dharma Santi, kami mengundang tokoh-tokoh agama lainnya," ucap Alit. *k22
Komentar