Di TPA Banjar Palak, Sampah Hanya Dibuang ke Jurang
Sampah bekas upacara Usaba Dalem di Pura Dalem Puri Besakih dibuang ke jurang di TPA Banjar Palak, Desa Besakih, Kecamatan Rendang, Karangasem.
AMLAPURA, NusaBali
Sampah ini tidak dipilah, sampah organik dan sampah plastik jadi satu. Warga lokal terlihat mengambil botol dan gelas plastik untuk dijual.
Informasi di lapangan, selama ini puluhan truk yang datang dari Pura Dalem Puri Besakih, Pura Besakih dan sekitarnya buang sampah ke TPA Banjar Palak. Setiba di TPA, sampah diturunkan dan didorong agar nyemplung ke jurang. Pengumpul barang bekas, Ni Kadek Sukerti, dari Banjar Batang, Desa Besakih mengaku berusaha mengumpulkan botol dan gelas plastic dari TPA Banjar Palak. Biasanya dapat minimal 3 kampil dan dijual dengan harga Rp 25.000. “Setelah terkumpul ada yang datang mengambil barang bekas ini,” katanya, Minggu (2/2).
Pengumpul barang bekas lainnya, Ni Ketut Dedep, dari Banjar Batusesa, Desa Menanga, Kecamatan Rendang mengaku baru dapat mengumpulkan 5 kampil. “Jumlah ini masih kurang, target minimal dapat enam kampil sehari,” katanya. Rata-rata pengumpul barang bekas bermodal kampil dan alat untuk mengorek sampah. Di TPA Banjar Balak ada bangunan gedung untuk mengolah sampah, namun selama ini tidak berfungsi. Petugas kebersihan hanya mendorong agar seluruh sampah jatuh ke jurang. Sehingga nantinya dari luar kelihatan TPA Banjar Palak bersih. Padahal sampah menggunung di jurang sedalam 8 meter.
Terpisah, Kepala Dinas Lingkungan Hidup I Gede Ngurah Yudiantara mengakui gedung pengolahan sampah TPST (Tempat Pengolahan Sampah Terpadu) di TPA Banjar Palak tidak berfungsi. Sedangkan sampah hanya dibuang begitu saja ke jurang. “Semestinya sampah itu dipilah terlebih dahulu, dipisahkan antara sampah plastik, botol bekas minuman, dan sampah anorganik lainnya. Dikatakan, penanganan sampah di TPA Banjar Palak akan dievaluasi kembali agar sampah yang benar-benar organik dibuang ke jurang. Sebelumnya sampah organik diambil petani untuk pupuk kompos, namun sampah bekas upakara tidak lagi diminati petani setempat. *k16
Informasi di lapangan, selama ini puluhan truk yang datang dari Pura Dalem Puri Besakih, Pura Besakih dan sekitarnya buang sampah ke TPA Banjar Palak. Setiba di TPA, sampah diturunkan dan didorong agar nyemplung ke jurang. Pengumpul barang bekas, Ni Kadek Sukerti, dari Banjar Batang, Desa Besakih mengaku berusaha mengumpulkan botol dan gelas plastic dari TPA Banjar Palak. Biasanya dapat minimal 3 kampil dan dijual dengan harga Rp 25.000. “Setelah terkumpul ada yang datang mengambil barang bekas ini,” katanya, Minggu (2/2).
Pengumpul barang bekas lainnya, Ni Ketut Dedep, dari Banjar Batusesa, Desa Menanga, Kecamatan Rendang mengaku baru dapat mengumpulkan 5 kampil. “Jumlah ini masih kurang, target minimal dapat enam kampil sehari,” katanya. Rata-rata pengumpul barang bekas bermodal kampil dan alat untuk mengorek sampah. Di TPA Banjar Balak ada bangunan gedung untuk mengolah sampah, namun selama ini tidak berfungsi. Petugas kebersihan hanya mendorong agar seluruh sampah jatuh ke jurang. Sehingga nantinya dari luar kelihatan TPA Banjar Palak bersih. Padahal sampah menggunung di jurang sedalam 8 meter.
Terpisah, Kepala Dinas Lingkungan Hidup I Gede Ngurah Yudiantara mengakui gedung pengolahan sampah TPST (Tempat Pengolahan Sampah Terpadu) di TPA Banjar Palak tidak berfungsi. Sedangkan sampah hanya dibuang begitu saja ke jurang. “Semestinya sampah itu dipilah terlebih dahulu, dipisahkan antara sampah plastik, botol bekas minuman, dan sampah anorganik lainnya. Dikatakan, penanganan sampah di TPA Banjar Palak akan dievaluasi kembali agar sampah yang benar-benar organik dibuang ke jurang. Sebelumnya sampah organik diambil petani untuk pupuk kompos, namun sampah bekas upakara tidak lagi diminati petani setempat. *k16
Komentar