Alamat Sang Koordinator Noto Rogo Ternyata Palsu
7 Warga Desa Bajera Disebut Ikut Program
Polisi terus dalami munculnya program Noto Rogo, mirip investasi yang diduga penipuan, di Tabanan.
TABANAN, NusaBali
Dari hasil penyelidikan, sudah ada 7 warga di Desa Bajera, Kecamatan Selemadeg, Tabanan ikut program Noto Rogo, investasi Rp 1 juta yang diimingi dapat keuntungan Rp 1 miliar tersebut. Sementara, alamat koordinator program Noto Rogo di Tabanan ternyata palsu.
Berdasarkan hasil penyelidikan Polsek Selemadeg, 7 warga Desa Bajera yang ikut program Noto Rogo itu telah menyetor uang kepada I Nengah Arsana Putra, selaku Kordinator Noto Rogo di Tabanan. Kemudian, Nengah Arsana Putra selaku Kordinator Noto Rogo di Tabanan yang menyerahkan uang lewat rekening ke Kordinator Noto Rogo Pusat di Jawa.
Kapolsek Selemadeg, Kompol I Made Budi Astawa, mengatakan Nengah Arsana Putra mengaku beralamat di Jalan Sriwijaya Nomor 5 Banjar Kamasan, Desa Dajan Peken, Kecamatan Tabanan. Namun, setelah diselidiki, tidak ada nama Nengah Arsana Putra di alamat tersebut. “Alamat tersebut malah ditempati orang lain,” terang Kompol Made Budi Astawa saat dikonfirmasi NusaBali, Senin (3/2).
Menurut Kompol Budi Astawa, program Noto Rogo yang diduga penipuan berkedok investasi ini terendus karena adanya laporan dari aparat Desa Bajera ke Polsek Selemadeg. Masalahnya, ada kejanggalan dalam program ini. Sebab, untuk bisa ikut program Noto Rogo, peserta harus menyerahkan uang Rp 1 juta. Nah, dari uang investasi Rp 1 juta itu, mereka dijanjikan bisa meraup Rp 1 miliar. "Uang Rp 1 miliar juga belum tentu kapan akan didapatkan," tandas Kompol Budi Astawa.
Kompol Budi Astawa menyebutkan, dari hasil penyelidikan, ada 7 warga Desa Bajera yang sudah setorkan uang investasi kepada Nengah Arsana Putra, yang mengaku sebagai Koordinator Notp Rogo di Tabanan. Uang tersebut diserahkan kepada Nengah Arsana lewat pertemuan di salah satu rumah warga, yakni Wayan Suaka, di Banjar Sari, Desa Bajera. Di antara mereka, ada yang sudah ikut program Noto Rogo selama 6 bulan, yakni Wayan Suaka.
"Ya, di Desa Bajera ada 7 orang yang ikut program Noto Rogo. Salah satunya sudah ikut selama 6 bulan, sementara 6 orang lagi belum diketahui sejak kapan mereka ikut. Ini masih kami gali,” beber Kompol Budi Astawa.
Saat ini, kata Kompol Budi Astawa, pihaknya masih melakukan pendalaman dan mengumpulkan bukti-bukti. Polsek Selemadeg, antara lain, berkoordinasi dengan seluruh Perbekel dan Bbabinkamtibmas di wilayah Kecamatan Selemadeg untuk mengimbau warganya agar tidak terpancing dengan hal-hal yang menyesatkan.
Sementara itu, Kelian Dinas Banjar Sari, Desa Bajera, I Nengah Sukarsa, mengakui ada pertemuan di rumah salah satu warganya, 27 Januari 2020 lalu, terkait dengan program Noto Rogo ini. "Kala itu, sekitar 40 orang kumpul di sana," jelas Nengah Sukarsa saat dikonfirmasi NusaBali terpisah, Senin kemarin.
Setahu Nengah Sukarsa, dari Banjar Sari diperkirakan sudah 2 orang yang ikut program Noto Rogo. Namun, salah satunya belum pasti. "Satu warga sudah pasti ikut, yang satunya lagi belum diketahui apa sudah benar ikut atau belum," katanya.
Menurut Sukarsa, pihaknya sudah memberikan imbauan kepada masyarakat khususnya di Banjar Sari agar tidak mudah percaya dengan iming-iming. "Jadi warga sudah kami imbau waspada dan tidak mudah percaya. Karena uang Rp 1 juta sangat sulit dicari."
Sedangkan Perbekel Bajera, I Putu Sukarata, sebelumnya membenarkan adanya program Noto Rogo yang masuk ke Banjar Sari. Menurut Putu Sukarata, sempat ada pertemuan di salah satu rumah warganya di Banjar Sari, 27 Januari 2020 lalu. “Baru tiga hari lalu tahu beritanya itu,” ujar Putu Sukarata, Minggu (2/2).
Sukarata menegaskan, piaknya sudah membuat surat kepada seluruh kelian banjar dinas di Desa Bajera untuk mengimbau warganya agar berhati-hati dengan kegiatan seperti ini. “Itu sudah tanda-tanda penipuan di atas 50 persen. Tidak benar menaruh uang Rp 1 juta akan didapatkan Rp 1 miliar, dari mana itu datangnya?” sesal Sukarata.
Karena itu, Sukarata menyarankan jika ada yang melakukan pertemuan lagi, maka kelian banjar dinas setempat diminta segera melaporkan ke pihak desa. “Sudah saya sarankan ke kelian dinas, jika ada pertemuan itu lapor ke saya, saya akan turun itu cek,” tegas Sukarata. *des
Dari hasil penyelidikan, sudah ada 7 warga di Desa Bajera, Kecamatan Selemadeg, Tabanan ikut program Noto Rogo, investasi Rp 1 juta yang diimingi dapat keuntungan Rp 1 miliar tersebut. Sementara, alamat koordinator program Noto Rogo di Tabanan ternyata palsu.
Berdasarkan hasil penyelidikan Polsek Selemadeg, 7 warga Desa Bajera yang ikut program Noto Rogo itu telah menyetor uang kepada I Nengah Arsana Putra, selaku Kordinator Noto Rogo di Tabanan. Kemudian, Nengah Arsana Putra selaku Kordinator Noto Rogo di Tabanan yang menyerahkan uang lewat rekening ke Kordinator Noto Rogo Pusat di Jawa.
Kapolsek Selemadeg, Kompol I Made Budi Astawa, mengatakan Nengah Arsana Putra mengaku beralamat di Jalan Sriwijaya Nomor 5 Banjar Kamasan, Desa Dajan Peken, Kecamatan Tabanan. Namun, setelah diselidiki, tidak ada nama Nengah Arsana Putra di alamat tersebut. “Alamat tersebut malah ditempati orang lain,” terang Kompol Made Budi Astawa saat dikonfirmasi NusaBali, Senin (3/2).
Menurut Kompol Budi Astawa, program Noto Rogo yang diduga penipuan berkedok investasi ini terendus karena adanya laporan dari aparat Desa Bajera ke Polsek Selemadeg. Masalahnya, ada kejanggalan dalam program ini. Sebab, untuk bisa ikut program Noto Rogo, peserta harus menyerahkan uang Rp 1 juta. Nah, dari uang investasi Rp 1 juta itu, mereka dijanjikan bisa meraup Rp 1 miliar. "Uang Rp 1 miliar juga belum tentu kapan akan didapatkan," tandas Kompol Budi Astawa.
Kompol Budi Astawa menyebutkan, dari hasil penyelidikan, ada 7 warga Desa Bajera yang sudah setorkan uang investasi kepada Nengah Arsana Putra, yang mengaku sebagai Koordinator Notp Rogo di Tabanan. Uang tersebut diserahkan kepada Nengah Arsana lewat pertemuan di salah satu rumah warga, yakni Wayan Suaka, di Banjar Sari, Desa Bajera. Di antara mereka, ada yang sudah ikut program Noto Rogo selama 6 bulan, yakni Wayan Suaka.
"Ya, di Desa Bajera ada 7 orang yang ikut program Noto Rogo. Salah satunya sudah ikut selama 6 bulan, sementara 6 orang lagi belum diketahui sejak kapan mereka ikut. Ini masih kami gali,” beber Kompol Budi Astawa.
Saat ini, kata Kompol Budi Astawa, pihaknya masih melakukan pendalaman dan mengumpulkan bukti-bukti. Polsek Selemadeg, antara lain, berkoordinasi dengan seluruh Perbekel dan Bbabinkamtibmas di wilayah Kecamatan Selemadeg untuk mengimbau warganya agar tidak terpancing dengan hal-hal yang menyesatkan.
Sementara itu, Kelian Dinas Banjar Sari, Desa Bajera, I Nengah Sukarsa, mengakui ada pertemuan di rumah salah satu warganya, 27 Januari 2020 lalu, terkait dengan program Noto Rogo ini. "Kala itu, sekitar 40 orang kumpul di sana," jelas Nengah Sukarsa saat dikonfirmasi NusaBali terpisah, Senin kemarin.
Setahu Nengah Sukarsa, dari Banjar Sari diperkirakan sudah 2 orang yang ikut program Noto Rogo. Namun, salah satunya belum pasti. "Satu warga sudah pasti ikut, yang satunya lagi belum diketahui apa sudah benar ikut atau belum," katanya.
Menurut Sukarsa, pihaknya sudah memberikan imbauan kepada masyarakat khususnya di Banjar Sari agar tidak mudah percaya dengan iming-iming. "Jadi warga sudah kami imbau waspada dan tidak mudah percaya. Karena uang Rp 1 juta sangat sulit dicari."
Sedangkan Perbekel Bajera, I Putu Sukarata, sebelumnya membenarkan adanya program Noto Rogo yang masuk ke Banjar Sari. Menurut Putu Sukarata, sempat ada pertemuan di salah satu rumah warganya di Banjar Sari, 27 Januari 2020 lalu. “Baru tiga hari lalu tahu beritanya itu,” ujar Putu Sukarata, Minggu (2/2).
Sukarata menegaskan, piaknya sudah membuat surat kepada seluruh kelian banjar dinas di Desa Bajera untuk mengimbau warganya agar berhati-hati dengan kegiatan seperti ini. “Itu sudah tanda-tanda penipuan di atas 50 persen. Tidak benar menaruh uang Rp 1 juta akan didapatkan Rp 1 miliar, dari mana itu datangnya?” sesal Sukarata.
Karena itu, Sukarata menyarankan jika ada yang melakukan pertemuan lagi, maka kelian banjar dinas setempat diminta segera melaporkan ke pihak desa. “Sudah saya sarankan ke kelian dinas, jika ada pertemuan itu lapor ke saya, saya akan turun itu cek,” tegas Sukarata. *des
Komentar