Dinas PKP Pantau Tukang Jagal Babi
Petugas mengawasi peternak yang memanfaatkan limbah hotel dan restauran untuk pakan ternak babi.
BANGLI, NusaBali
Dinas Pertanian, Ketahanan Pangan, dan Perikanan (PKP) Bangli siapkan dokter khusus untuk memantau penyebaran virus ASF atau demam babi Afrika di Kabupaten Bangli. Dinas PKP juga memantau secara ketat tukang jagal atau tukang potong hewan. Upaya ini untuk mencegah virus ASF yang menyebabkan peternak babi mengalami kerugian besar.
Kepala Dinas PKP Bangli, I Wayan Sarma mengatakan sejak bulan Juli lalu telah menugaskan dua dokter hewan untuk memantau penyebaran virus ASF serta memberikan imbauan kepada para peternak. “Virus ini sudah terpantau sejak bulan Juli lalu. Maka dari itu kami menugaskan secara khusus dua orang dokter untuk antisipasi penyebaran virus di wilayah Bangli,” ungkap Wayan Sarma, Senin (3/2). Awalnya, petugas Dinas PKP turun ke lapangan dengan operasi senyap dengan tujuan para peternak tidak resah.
Dua dokter hewan yang diterjunkan ke lapangan bertugas melakukan pemantauan serta menerima laporan dari peternak babi. Penyuluh lapangan juga dioptimalkan untuk menyampaikan imbauan kepada para peternak. “Kami pantau para peternak yang memanfaatkan limbah hotel dan restauran untuk pakan ternak babi,” sebutnya. Peternak yang memanfaatkan limbah hotel dan restauran menjadi fokus pengawasan karena paling berpotensi tertular virus flu babi. “Ini paling berpotensi kontak dengan asal negara yang terkena virus flu babi Afrika,” jelasnya.
Wayan Sarma mengatakan, saat ini petugas juga mengawasi para tukang jagal. Mengingat tukang jagal keluar masuk dari kandang satu ke kandang lainnya. “Mereka keluar masuk kandang babi, kami tidak tahu ada yang terkontamidasi,” tandasnya. Langkah antisipasi, para peternak diimbau tidak mengambil bibit dari luar kabupaten. Memperketat lalu lintas keluar masuk kadang, termasuk para tukang jagal. Alat-alat yang digunakan harus steril. “Batasi orang yang masuk ke kandang, alat-alat yang digunakan hendaknya disterilisasi menggunakan desinfektan,” imbuhnya.
Wayan Sarma mengatakan, kasus kematian babi di Bangli masih tergolong normal. Tidak mati dalam jumlah besar seperti di kabupaten lainnya. “Memang ada saja babi yang mati tapi jumlah beberapa ekor. Itu kasus normal seperti mati setelah melahirkan. Namun untuk kasus kematian babi akibat virus flu babi sampai saat ini belum ada,” tegasnya. *esa
Kepala Dinas PKP Bangli, I Wayan Sarma mengatakan sejak bulan Juli lalu telah menugaskan dua dokter hewan untuk memantau penyebaran virus ASF serta memberikan imbauan kepada para peternak. “Virus ini sudah terpantau sejak bulan Juli lalu. Maka dari itu kami menugaskan secara khusus dua orang dokter untuk antisipasi penyebaran virus di wilayah Bangli,” ungkap Wayan Sarma, Senin (3/2). Awalnya, petugas Dinas PKP turun ke lapangan dengan operasi senyap dengan tujuan para peternak tidak resah.
Dua dokter hewan yang diterjunkan ke lapangan bertugas melakukan pemantauan serta menerima laporan dari peternak babi. Penyuluh lapangan juga dioptimalkan untuk menyampaikan imbauan kepada para peternak. “Kami pantau para peternak yang memanfaatkan limbah hotel dan restauran untuk pakan ternak babi,” sebutnya. Peternak yang memanfaatkan limbah hotel dan restauran menjadi fokus pengawasan karena paling berpotensi tertular virus flu babi. “Ini paling berpotensi kontak dengan asal negara yang terkena virus flu babi Afrika,” jelasnya.
Wayan Sarma mengatakan, saat ini petugas juga mengawasi para tukang jagal. Mengingat tukang jagal keluar masuk dari kandang satu ke kandang lainnya. “Mereka keluar masuk kandang babi, kami tidak tahu ada yang terkontamidasi,” tandasnya. Langkah antisipasi, para peternak diimbau tidak mengambil bibit dari luar kabupaten. Memperketat lalu lintas keluar masuk kadang, termasuk para tukang jagal. Alat-alat yang digunakan harus steril. “Batasi orang yang masuk ke kandang, alat-alat yang digunakan hendaknya disterilisasi menggunakan desinfektan,” imbuhnya.
Wayan Sarma mengatakan, kasus kematian babi di Bangli masih tergolong normal. Tidak mati dalam jumlah besar seperti di kabupaten lainnya. “Memang ada saja babi yang mati tapi jumlah beberapa ekor. Itu kasus normal seperti mati setelah melahirkan. Namun untuk kasus kematian babi akibat virus flu babi sampai saat ini belum ada,” tegasnya. *esa
1
Komentar