Ratusan Babi Mati Positif ASF
Diduga karena Makanan Sisa/Limbah yang Tak Dimasak
Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi Bali Ir Ida Bagus Wisnuardhana MSi, menjelaskan bahwa sebanyak 808 ekor babi mati dinyatakan terkena flu babi Afrika atau African swine fever (ASF).
DENPASAR, NusaBali
“Kami perkirakan virus ini menjangkiti babi pada peternakan yang memberikan makanan sisa hotel dan restoran. Ya sampah hotel yang tidak dimasak. Kita duga dari sanalah penularannya. Kami sudah cek itu dan identifikasi di Denpasar, Badung, Gianyar, dan Tabanan,” ujar Wisnuardhana, saat dikonfirmasi pada Rabu (5/2) sore.
Di menjelaskan bahwa pengambilan sampel ini diambil dari jumlah babi yang mati sekitar 5-10 persen. Sampelnya berupa darah, daging, dan feses (kotoran) yang diambil oleh Balai Besar Veteriner Denpasar.
“Karena peralatannya terbatas dikirim lah (sampel) ke Balai Veteriner Medan (Sumatera Utara), kemudian dikirim lagi ke Jakarta sehingga agak lama. Seminggu lalu sudah menerima informasi dari BBVet bahwa kematian babi di Bali ini memang disebabkan oleh ASF atau demam babi Afrika. Kenapa terjadi, ya karena populasi babi di Bali ini banyak sekali,” tuturnya.
Dia menjelaskan bahwa populasi babi di Bali itu tinggi, sampai sekarang tercatat ada 690 ribu ekor, dan pihaknya akan terus mendata dengan Dinas Peternakan yang ada di masing-masing kabupaten.
“Yang saat ini mati tercatat ada 808 ekor. Saya harapkan para peternak, masyarakat tidak perlu resah dengan adanya demam babi ini. Karena demam babi tidak menular kepada manusia, tinggal ikuti rekomendasi petunjuk dari petugas di lapangan,” kata Wisnuardhana.
Pihaknya juga menyarankan bahwa dalam rangka pemberian pakan, makanannya harus sehat, jika memberikan makanan dari limbah hotel, restoran, dan limbah rumah tangga supaya dimasak dengan baik, karena penularannya bisa melalui makanan dan kontak langsung. Selain itu, tetap menjaga kebersihan kandang.
“Kami menduga pertama terjangkitnya babi itu pada peternakan-peternakan yang memberikan babinya makanan sisa. Juga dari sampah restoran yang belum dimasak dengan baik,” katanya.
Wisnuardhana mengatakan bahwa sudah menerima bantuan desinfektan dari Dirjen Peternakan dan sudah disebarkan kepada para petani. “Diberikan alat semprot supaya kandangnya disemprot dengan desinfektan, biar virusnya bisa dihilangkan. Jadi itu upaya-upaya dan cara mengedukasi para peternak,” ucapnya.
Dijelaskannya, penyebaran atau penularan (ASF) bisa terjadi dengan dua cara yaitu penularan secara langsung dan secara tidak langsung. Penularan secara langsung terjadi melalui kontak fisik antara babi terinfeksi ASF dengan babi sehat. Sedangkan penularan tidak langsung terjadi melalui saluran pencernaan.
Seekor babi dapat terinfeksi virus ASF karena menelan sampah sisa makanan yang mengandung partikel virus ASF. Bisa juga melalui kontak dengan benda mati seperti pakaian, sepatu, dan kendaraannya yang tercemar partikel virus ASF.
“Awal penularannya di Pesanggaran (Denpasar Selatan), karena sisa-sisa makanan yang belum dimasak dengan baik. Sudah ada empat tempat yang kita identifikasi yaitu, Denpasar, Badung, Tabanan, dan Gianyar. Sekarang di Klungkung juga ada ternak mati. Tim kami tetap turun untuk sosialisasi ke tempat-tempat yang ada babi mati maupun tidak ada, agar tidak ada lagi yang tertular,” jelas birokrat asal Kecamatan Kerambitan, Kabupaten Tabanan, ini.
Untuk konsumsi daging babi, menurut Wisnuardhana, tetap aman. Peternak juga harus paham ini agar tidak ditipu oleh oknum yang mau ambil keuntungan di tengah wabah virus ini dengan menjual babi mereka dengan harga murah. “Nanti kami akan kampanyekan makan daging babi olahan. Sehingga tidak perlu khawatir. Sepanjang rekomendasi dan sosialisasi kami diikuti,” tegasnya. *ant, nat
Di menjelaskan bahwa pengambilan sampel ini diambil dari jumlah babi yang mati sekitar 5-10 persen. Sampelnya berupa darah, daging, dan feses (kotoran) yang diambil oleh Balai Besar Veteriner Denpasar.
“Karena peralatannya terbatas dikirim lah (sampel) ke Balai Veteriner Medan (Sumatera Utara), kemudian dikirim lagi ke Jakarta sehingga agak lama. Seminggu lalu sudah menerima informasi dari BBVet bahwa kematian babi di Bali ini memang disebabkan oleh ASF atau demam babi Afrika. Kenapa terjadi, ya karena populasi babi di Bali ini banyak sekali,” tuturnya.
Dia menjelaskan bahwa populasi babi di Bali itu tinggi, sampai sekarang tercatat ada 690 ribu ekor, dan pihaknya akan terus mendata dengan Dinas Peternakan yang ada di masing-masing kabupaten.
“Yang saat ini mati tercatat ada 808 ekor. Saya harapkan para peternak, masyarakat tidak perlu resah dengan adanya demam babi ini. Karena demam babi tidak menular kepada manusia, tinggal ikuti rekomendasi petunjuk dari petugas di lapangan,” kata Wisnuardhana.
Pihaknya juga menyarankan bahwa dalam rangka pemberian pakan, makanannya harus sehat, jika memberikan makanan dari limbah hotel, restoran, dan limbah rumah tangga supaya dimasak dengan baik, karena penularannya bisa melalui makanan dan kontak langsung. Selain itu, tetap menjaga kebersihan kandang.
“Kami menduga pertama terjangkitnya babi itu pada peternakan-peternakan yang memberikan babinya makanan sisa. Juga dari sampah restoran yang belum dimasak dengan baik,” katanya.
Wisnuardhana mengatakan bahwa sudah menerima bantuan desinfektan dari Dirjen Peternakan dan sudah disebarkan kepada para petani. “Diberikan alat semprot supaya kandangnya disemprot dengan desinfektan, biar virusnya bisa dihilangkan. Jadi itu upaya-upaya dan cara mengedukasi para peternak,” ucapnya.
Dijelaskannya, penyebaran atau penularan (ASF) bisa terjadi dengan dua cara yaitu penularan secara langsung dan secara tidak langsung. Penularan secara langsung terjadi melalui kontak fisik antara babi terinfeksi ASF dengan babi sehat. Sedangkan penularan tidak langsung terjadi melalui saluran pencernaan.
Seekor babi dapat terinfeksi virus ASF karena menelan sampah sisa makanan yang mengandung partikel virus ASF. Bisa juga melalui kontak dengan benda mati seperti pakaian, sepatu, dan kendaraannya yang tercemar partikel virus ASF.
“Awal penularannya di Pesanggaran (Denpasar Selatan), karena sisa-sisa makanan yang belum dimasak dengan baik. Sudah ada empat tempat yang kita identifikasi yaitu, Denpasar, Badung, Tabanan, dan Gianyar. Sekarang di Klungkung juga ada ternak mati. Tim kami tetap turun untuk sosialisasi ke tempat-tempat yang ada babi mati maupun tidak ada, agar tidak ada lagi yang tertular,” jelas birokrat asal Kecamatan Kerambitan, Kabupaten Tabanan, ini.
Untuk konsumsi daging babi, menurut Wisnuardhana, tetap aman. Peternak juga harus paham ini agar tidak ditipu oleh oknum yang mau ambil keuntungan di tengah wabah virus ini dengan menjual babi mereka dengan harga murah. “Nanti kami akan kampanyekan makan daging babi olahan. Sehingga tidak perlu khawatir. Sepanjang rekomendasi dan sosialisasi kami diikuti,” tegasnya. *ant, nat
Komentar