Kepala BPIP yang Baru Dilantik Presiden Jokowi
Pancasila Harus Bisa Lebih Diterima oleh Semua Golongan
Rektor UIN Sunan Kalijaga Jogjakarta Prof Yudian Wahyudi resmi menjabat Kepala Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP).
JAKARTA, NusaBali
Yudian membacakan sumpah jabatan di depan Presiden Joko Widodo (Jokowi). Yudian PUN siap menjalankan permintaan Presiden Jokowi untuk menanamkan nilai-nilai Pancasila kepada kaum milenial.
Pembacaan sumpah jabatan dilakukan di Istana Negara, Jakarta Pusat, Rabu (5/2). Pengangkatan Yudian Wahyudi menjadi Kepala BPIP diatur dalam Keputusan Presiden RI Nomor 12/P Tahun 2020. Selain Kepala BPIP, Jokowi melantik Muhammad Yusuf Ateh sebagai Kepala Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP).
Sejumlah tokoh hadir dalam acara pelantikan ini, di antaranya Wapres Ma'ruf Amin, Menko Polhukam Mahfud Md, Menkum HAM Yasonna Laoly, Menaker Ida Fauziyah, Ketua DPR Puan Maharani, Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto, Kapolri Jenderal Idham Azis, hingga Ketua Dewan Pengarah BPIP Megawati Soekarnoputri. Setelah pembacaan sumpah jabatan, para undangan menyampaikan ucapan selamat diawali oleh Presiden Jokowi.
Presiden Joko Widodo (Jokowi) pun meminta Kepala BPIP yang baru, Yudian Wahyudi, untuk menanamkan nilai-nilai Pancasila ke generasi milenial. Yudian siap menjalankan permintaan Jokowi itu. Yudian awalnya bicara Pancasila sebagai working ideology. Menurut Yudian, kebijakan pemerintah harusnya dirasakan semua lini kehidupan masyarakat
"Prinsipnya begini. Yang pertama kita ini harus menjadikan Pancasila ini sebagai katakanlah working ideology. Kebijakan yang itu bisa dirasakan semua lini kehidupan kita," kata Yudian di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta Pusat, Rabu kemarin dilansir detik.com. Yudian lantas menyinggung sejarah yang terputus dan kaum milenial. Dia tidak ingin kaum muda Indonesia tak memahami ideologi bangsanya sendiri.
"Kedua, kita ini terputus sejarah anak-anak milenial ini. Maka presiden itu berpesan supaya kita memperhatikan yang jumlahnya sekitar 125 juta jangan sampai mereka tidak mengerti apa itu Pancasila dan akhirnya merugikan kita. Karena dari semua yang termahal yang paling mahal itu nilainya persatuan dan itu pemersatunya adalah Pancasila," ujar dia.
Menurut dia, sangat berbahaya jika anak-anak muda Indonesia tidak kenal Pancasila. Karena itu, dia akan mencari cara agar Pancasila bisa lebih diterima oleh semua golongan. "Jadi nanti di samping penemuan metode-metode dengan media segala macam tadi, juga kerjasama dengan semua lapisan. Jadi kami tidak lagi berhenti di hotel seminar gitu tapi kami juga masuk ke desa-desa ke semua lembaga begitu," ujar dia. *
Pembacaan sumpah jabatan dilakukan di Istana Negara, Jakarta Pusat, Rabu (5/2). Pengangkatan Yudian Wahyudi menjadi Kepala BPIP diatur dalam Keputusan Presiden RI Nomor 12/P Tahun 2020. Selain Kepala BPIP, Jokowi melantik Muhammad Yusuf Ateh sebagai Kepala Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP).
Sejumlah tokoh hadir dalam acara pelantikan ini, di antaranya Wapres Ma'ruf Amin, Menko Polhukam Mahfud Md, Menkum HAM Yasonna Laoly, Menaker Ida Fauziyah, Ketua DPR Puan Maharani, Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto, Kapolri Jenderal Idham Azis, hingga Ketua Dewan Pengarah BPIP Megawati Soekarnoputri. Setelah pembacaan sumpah jabatan, para undangan menyampaikan ucapan selamat diawali oleh Presiden Jokowi.
Presiden Joko Widodo (Jokowi) pun meminta Kepala BPIP yang baru, Yudian Wahyudi, untuk menanamkan nilai-nilai Pancasila ke generasi milenial. Yudian siap menjalankan permintaan Jokowi itu. Yudian awalnya bicara Pancasila sebagai working ideology. Menurut Yudian, kebijakan pemerintah harusnya dirasakan semua lini kehidupan masyarakat
"Prinsipnya begini. Yang pertama kita ini harus menjadikan Pancasila ini sebagai katakanlah working ideology. Kebijakan yang itu bisa dirasakan semua lini kehidupan kita," kata Yudian di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta Pusat, Rabu kemarin dilansir detik.com. Yudian lantas menyinggung sejarah yang terputus dan kaum milenial. Dia tidak ingin kaum muda Indonesia tak memahami ideologi bangsanya sendiri.
"Kedua, kita ini terputus sejarah anak-anak milenial ini. Maka presiden itu berpesan supaya kita memperhatikan yang jumlahnya sekitar 125 juta jangan sampai mereka tidak mengerti apa itu Pancasila dan akhirnya merugikan kita. Karena dari semua yang termahal yang paling mahal itu nilainya persatuan dan itu pemersatunya adalah Pancasila," ujar dia.
Menurut dia, sangat berbahaya jika anak-anak muda Indonesia tidak kenal Pancasila. Karena itu, dia akan mencari cara agar Pancasila bisa lebih diterima oleh semua golongan. "Jadi nanti di samping penemuan metode-metode dengan media segala macam tadi, juga kerjasama dengan semua lapisan. Jadi kami tidak lagi berhenti di hotel seminar gitu tapi kami juga masuk ke desa-desa ke semua lembaga begitu," ujar dia. *
Komentar