Stok Bawang Putih Masih Aman
Pasca Kran Impor dari China Terhenti
Meskipun pemerintah pusat menyatakan tidak melarang masuknya bahan pangan dari China, kecuali hewan hidup, pasokan impor dari China dipastikan akan tersendat menyusul dihentikannya penerbangan dari dan ke negeri Tirai Bambu sejak Rabu (5/2).
DENPASAR, NusaBali
Atensi pun diberikan kepada komoditas bawang putih yang menjadi kebutuhan rumah tangga hingga industri kuliner di Bali. Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Bali mengatakan stok bawang putih di Bali tetap tersedia menjelang Hari Raya Galungan. "Dengan adanya pemberhentian ini, dari data yang ada sepertinya masih akan tersedia sampai tiga bulan kedepan," ucap Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Bali, I Wayan Jatra di Rumah Dinas Gubernur, Bali, Selasa (4/2).
Ia menyebutkan 75 persen kebutuhan bawang putih di Bali bergantung dari China. "Hampir 75 persen kebutuhan bawang putih di Bali diimpor dari China. Karena di sana paling murah dan berkualitas dan diminati oleh masyarakat kita," ungkapnya.
Jatra mengatakan ketika impor berhenti, distributor yang mengirimkan bawang putih ke daerah pun akan mulai mengerem untuk menghindari kehabisan barang. "Ketika ada kebijakan ini para distributor biasanya mulai mengerem ke pasaran. Akibatnya harga akan mulai naik, karena itu sentimen pasar biasanya," paparnya.
Untuk memastikan hal itu tidak terjadi, ia bersama jajarannya berupaya memantau agar tidak terjadi penimbunan. "Tentu kita akan pantau agar tidak terjadi penimbunan-penmbunan dan berdampak kepada ketersediaan dan harga di pasar," sambungnya.
Selain itu pihaknya berupaya mengurangi ketergantungan terhadap bawang putih impor dengan memberdayakan petani bawang di Desa Songan, Kintamani. "Kebijakan lain untuk menanam di daerah sendiri tentu sudah dilakukan di Kintamani. Tapi kan baru tahap penanaman sekarang, jadi masih harus tiga bulan lagi untuk dipanen," tutupnya.*
Ia menyebutkan 75 persen kebutuhan bawang putih di Bali bergantung dari China. "Hampir 75 persen kebutuhan bawang putih di Bali diimpor dari China. Karena di sana paling murah dan berkualitas dan diminati oleh masyarakat kita," ungkapnya.
Jatra mengatakan ketika impor berhenti, distributor yang mengirimkan bawang putih ke daerah pun akan mulai mengerem untuk menghindari kehabisan barang. "Ketika ada kebijakan ini para distributor biasanya mulai mengerem ke pasaran. Akibatnya harga akan mulai naik, karena itu sentimen pasar biasanya," paparnya.
Untuk memastikan hal itu tidak terjadi, ia bersama jajarannya berupaya memantau agar tidak terjadi penimbunan. "Tentu kita akan pantau agar tidak terjadi penimbunan-penmbunan dan berdampak kepada ketersediaan dan harga di pasar," sambungnya.
Selain itu pihaknya berupaya mengurangi ketergantungan terhadap bawang putih impor dengan memberdayakan petani bawang di Desa Songan, Kintamani. "Kebijakan lain untuk menanam di daerah sendiri tentu sudah dilakukan di Kintamani. Tapi kan baru tahap penanaman sekarang, jadi masih harus tiga bulan lagi untuk dipanen," tutupnya.*
1
Komentar