Per Bulan, 9-10 Kasus HIV/AIDS di Jembrana
Januari 2020, terdapat 8 kasus baru, dan saat ini juga diprediksi ada 5 - 10 kasus baru yang belum terdeteksi.
NEGARA, NusaBali
Temuan kasus HIV/AIDS di Kabupaten Jembrana, terus meningkat setiap tahun. Sejak tahun 2006 - Januari 2020, ditemukan 1.075 kasus HIV/AIDS. Jika dirata-ratakan setiap bulan, terdapat 9 - 10 kasus baru di Gumi Makepung ini.
Guna menekan penyebaran kasus HIV/AIDS tersebut, Dinas Kesehatan (Dinkes) Jembrana membentuk Kader Desa Peduli AIDS (KDPA) di setiap desa/kelurahan se-Jembrana. Hal itu diungkapkam Kepala Bidang (Kabid) Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinkes Jembrana, dr IGusti Agung Putu Arisantha saat acara Sosialiasi Pembentukan KDPA di aula Jimbarwana Pemkab Jembrana, Jumat (7/2).
Sosialisasi dihadiri para perbekel/lurah dan bendesa adat se-Kabupaten Jembrana. “Di Jembrana, tahun 2019 ada 95 kasus HIV/AIDS baru. Sedangkan pada Januari 2020, terdapat 8 kasus baru, dan saat ini juga diprediksi ada sekitar 5 - 10 kasus baru yang belum terdeteksi,” ujarnya.
Arisantha mengaku, tim KDPA di masing-masing desa/keluarahan ini melibatkan para perbekel/lurah, bendesa adat, termasuk tokoh-tokoh di desa setempat. Sebagai pendamping juga disediakan tenaga kesehatan dari Puskesmas terdekat. “Kami tidak ingin kasus-kasus ini semakin merajalela di masyarakat. Untuk itu, melalui Kader Desa Peduli AIDS, kami harapkan semakin banyak masyarakat yang lebih sadar untuk mencegah HIV/AIDS,” ujarnya.
Arisantha mengatakan, tugas dari KDPA di masing-masing desa/kelurahan, ini adalah menyadarkan masyarakatnya akan dampak dan bahaya dari penyebaran virus HIV/AIDS. Selain itu, memberikan penyadaran kepada masyarakat, supaya aktif memeriksan diri ke Puskesmas atau rumah sakit. Sehingga bisa terdekteksi lebih awal dan dilakukan upaya mengatasi penyebaran HIV/AIDS yang selayaknya fenomena gunung es ini.
Dia berharap agar tim ini mampu memberikan penyadaran sekaligus sosialisasi kepada warga betapa bahaya virus ini. Masyarakat juga diharapkan jika terindikasi terserang virus HIV/AIDS agar memeriksakan diri ke Puskesmas atau rumah sakit. ‘’Karena dengan kesadaran sendiri, petugas akan memberikan pengobatan secara terus menerus. Sehingga penderita bisa bertahan hidup, dengan harapan kualitas hidup penderita juga sama seperti orang sehat pada umumnya,” jelasnya. *ode
Guna menekan penyebaran kasus HIV/AIDS tersebut, Dinas Kesehatan (Dinkes) Jembrana membentuk Kader Desa Peduli AIDS (KDPA) di setiap desa/kelurahan se-Jembrana. Hal itu diungkapkam Kepala Bidang (Kabid) Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinkes Jembrana, dr IGusti Agung Putu Arisantha saat acara Sosialiasi Pembentukan KDPA di aula Jimbarwana Pemkab Jembrana, Jumat (7/2).
Sosialisasi dihadiri para perbekel/lurah dan bendesa adat se-Kabupaten Jembrana. “Di Jembrana, tahun 2019 ada 95 kasus HIV/AIDS baru. Sedangkan pada Januari 2020, terdapat 8 kasus baru, dan saat ini juga diprediksi ada sekitar 5 - 10 kasus baru yang belum terdeteksi,” ujarnya.
Arisantha mengaku, tim KDPA di masing-masing desa/keluarahan ini melibatkan para perbekel/lurah, bendesa adat, termasuk tokoh-tokoh di desa setempat. Sebagai pendamping juga disediakan tenaga kesehatan dari Puskesmas terdekat. “Kami tidak ingin kasus-kasus ini semakin merajalela di masyarakat. Untuk itu, melalui Kader Desa Peduli AIDS, kami harapkan semakin banyak masyarakat yang lebih sadar untuk mencegah HIV/AIDS,” ujarnya.
Arisantha mengatakan, tugas dari KDPA di masing-masing desa/kelurahan, ini adalah menyadarkan masyarakatnya akan dampak dan bahaya dari penyebaran virus HIV/AIDS. Selain itu, memberikan penyadaran kepada masyarakat, supaya aktif memeriksan diri ke Puskesmas atau rumah sakit. Sehingga bisa terdekteksi lebih awal dan dilakukan upaya mengatasi penyebaran HIV/AIDS yang selayaknya fenomena gunung es ini.
Dia berharap agar tim ini mampu memberikan penyadaran sekaligus sosialisasi kepada warga betapa bahaya virus ini. Masyarakat juga diharapkan jika terindikasi terserang virus HIV/AIDS agar memeriksakan diri ke Puskesmas atau rumah sakit. ‘’Karena dengan kesadaran sendiri, petugas akan memberikan pengobatan secara terus menerus. Sehingga penderita bisa bertahan hidup, dengan harapan kualitas hidup penderita juga sama seperti orang sehat pada umumnya,” jelasnya. *ode
1
Komentar